Anime Attack on Titan garapan Hajime Isayama masih menjadi perbincangan, jujur saja anime ini memang menarik dari segi cerita yang ditawarkan. Terutama dalam season terkahir, anime ini mengubah pandangan bahwa tokoh utama dalam serial anime "akan selalu baik". Hal ini yang menjadi perdebatan diantara para penggemar.
Di season terkahir ini, tokoh utama dalam anime ini yaitu Eren Yeager berubah seolah-olah menjadi jahat. Tetapi ada sebagian dari penggemar yang membenarkan perbuatan Eren nantinya. Padahal di anime lain seperti Death Note pun sama, tokoh utama dalam anime Death Note yaitu Light Yagami melakukan perbuatan yang bisa dikatakan mirip dengan Eren.
Dengan kekuatan Death Note, Light Yagami membunuh semua narapidana, dengan anggapan jika semua narapidana mati, maka kejahatan akan hilang, dan dunia akan menjadi ideal. Obesesi itulah yang mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan, dan menciptakan dunia yang hanya dihuni oleh orang-orang baik saja.
Menciptakan dunia yang hanya dihuni orang baik terdengar klise, sekilas memang baik, tetapi hal itu tidak mungkin. Kebaikan tidak akan ada apabila tidak ada kejahatan. Hal yang sama dilakukan dengan Eren Yeager. Eren membuat suatu rencana yang dalam anime disebut rumbling (getaran tanah).
Dengan kekuatan itu, Eren ingin menciptakan dunianya sendiri yang hanya akan dihuni oleh bangsa Eldia saja, karena menurutnya, permusuhan ras tidak akan terjadi apabila hanya ada satu ras tersisa di muka bumi.
Perbuatan tersebut jelas salah, memusnahkan ras lain jelas merupakan kejahatan luar biasa.
Lantas apakah perbuatan yang dilakukan itu murni keinginan dari Eren sendiri atau bukan? Ada hal yang menarik dalam episode ke 14 kemarin.
Di dalam episode itu Eren, Mikasa, Armin, dan Gabi duduk dalam satu meja dan mereka saling berbicara.
Percakapan dimulai dengan pertanyaan Armin kepada Eren. Armin menanyakan kepada Eren "mengapa Eren mengambil tindakan untuk menyerang Marley, apakah itu benar-benar keinginan dia atau Eren telah dikendalikan oleh Zeke dan Yelena". Kurang lebih begitu.
Kemudian Eren menjawab pertanyaan Armin, "aku bebas, apapun yang kupilih, semuanya kuputuskan atas dasar kehendak bebasku". Kemudian Armin bertanya kembali apakah pertemuan dengan Yelena dan Zeke adalah kehendak bebasmu? Dan Eren menjawab. Iya benar
Kemudian Mikasa membantahnya, "tidak, di negara musuh sekalipun, kamu tidak akan melibatkan penduduk dan anak-anak yang tidak ada sangkut pautnya." Di episode sebelumnya dalam penyerangan Liberio, banyak sekali korban, warga sipil dan anak-anak akbiat dari rencana penyerangan Eren.
Kemudian Eren balik bertanya kepada Armin, "apakah menemui Anie akhir-akhir ini adalah didasari atas kehendakmu sendiri atau tidak"? kita tahu sendiri bahwa Armin adalah pewaris dari titan kolosal Bertolt Hoover, yang mana Hoover mempunyai perasaan kepada Anie, dalam anime ini orang yang mewakili kekuatan titan akan mewarisi sebagian ingatan dari pengguna titan sebelumnya.
Yang menarik dalam percakapan ini adalah perbincangan ini membahas tentang kehendak bebas. Kehendak bebas atau dalam bahasa inggris disebut dengan free will adalah kemampuan seseorang untuk memilih tindakan diantara alternatif tindakan lain. Kehendak bebas sudah menjadi perdebatan yang panjang dalam sejarah.
Ada yang megakui ada juga yang tidak mengakui, orang yang tidak mengakui biasanya menyebut kehendak bebas hanya sebagai ilusi belaka. Nah lantas apakah yang dilakukan Eren itu murni dari kehendak bebasnya atau ada pengaruh eksternal? Mungkin untuk menjawab ini saya akan meminjam pemikiran dari  Plato, menurut Plato esensi dari manusia adalah jiwa.
Jiwa sendiri terbagi ke dalam tiga bagian, ada yang disebut ephitumia (nafsu), thumos (kehendak), dan logistikon (rasio). Jika kita mengacu pada teori Plato, kehendak atau keinginan jelas merupakan bagian dari jiwa. Jiwa sendiri tentunya tidak ada sangkut pautnya dengan dunia materi, atau dunia eksternal. Itu murni dari internal seseorang atau keinginan dari jiwa.
Kehendak untuk menjadi orang kaya, mempunyai kedudukan tinggi, dan sebagainya merupakan keinginan jiwa. Hal yang sama juga dilakukan oleh Eren, jika mengacu pada esensi jiwa menurut Plato, maka rencana getaran tanah oleh Eren adalah murni kehendaknya sendiri, bukan karena pengaruh dari luar.
Keinginan Eren untuk menciptakan kedamaian yaitu hanya menyisakan satu ras saja, yaitu Eldia merupakan kehendaknya sendiri tidak ada sangkut pautnya dengan pihak eksternal. Kehendak bebas kadang dikaitkan dengan tanggung jawab moral. Hal ini bisa dilihat dalam percakapan di atas tadi.
Mikasa mengatakan bahwa Eren tidak mungkin melakukan hal itu, tidak akan mungkin melibatkan penduduk sipil dan anak-anak tidak bersalah dengan rencananya. Dengan kata lain, kehendak bebas yang dimaksud Eren tidak mencerminkan dirinya, yang oleh Mikasa Eren dinilai sebagai orang baik.
Jadi perbuatan itu bukanlah murni kehendak bebasnya sendiri. Tetapi ada dorongan dari pihak lain. Setiap orang yang melakukan kejahatan tentunya bukan kehendaknya sendiri, ada faktor-faktor lain seperti ekonomi, lingkungan, dan sosial. Pandangan ini disebut dengan determinisme.
Dalam pandangan ini, kejadian saat ini merupakan akbiat dari peristiwa-peristiwa sebelumnya yang terjadi, dan itu merupakan di luar kendali kita. Saya menulis artikel ini, dalam padangan determinisme bukan hasil dari kehendak saya, melainkaan ada sebab atau peristiwa sebelumnya yang membuat saya menulis artikel ini.
Peristiwa tersebut ya karena saya menonton anime ini dari season 1, tentunya ada peristiwa lain yang membuat saya menonton Attack on Titan. Karena saya memang suka anime dan selalu mencari rekomendasi anime sampailah saya pada anime ini. Peristiwa-peristiwa sebelum itulah yang akhirnya membuat saya menulis artikel ini, jadi kehendak bebas itu hanyalah ilusi dalam pandangan ini.
Kembali dalam percakapan di atas tadi, Armin sempat bertanya kepada Eren, bahwa sebelum melakukan penyerangan terhadap Marley, Eren bertemu dengan Zeke dan Yelena. Jika dalam determinisme, maka peristiwa pertemuan dengan Zeke dan Yelena lah yang membuat Eren mengambil tindakan sendiri. Jadi kehendak bebas itu tidak ada.
Apalagi Eren menjelaskan bahwa Zeke yang merupakan saudaranya itu memahami seluk beluk tentang raksasa, maka akibat serangkaian peristiwa itulah yang menyebabkan Eren untuk melakukan aksinya tersebut. Dengan kata lain, itu bukan kehendak Eren sendiri, tetapi karena pengaruh Eksternal, yaitu Zeke dan Yelena.
Begitupun dengan sikap Armin yang selalu menemui Anie, dalam pandangan ini, itu bukanlah kehendaknya sendiri. Tetapi ada satu peristiwa yang menentukan mengapa Armin selalu bertemu dengan Anie, yaitu Armin menjadi pewaris kolosal titan. Nah jadi dalam determinisme kehendak bebas itu hanyalah ilusi belaka.
Determinisme menganggap bahwa segala sesuatu, fenomena alam dan segala sesuatu yang terjadi, termasuk kesadaran manusia tunduk dalam satu hukum, yaitu hukum sebab akibat. Dunia dan segalanya seperti mesin, mekanis. Jadi ada sebab dan asal muasalnya. Bahkan pikiranpun begitu, pikiran sejatinya karena reaksi atau zat-zat yang ada dalam tubuh kita sehingga kita bisa berpikir. Pandangan ini memposisikan materi sebagai yang utama, hal ini karena pengaruh dari paham materialisme.
Jelas sekali bahwa pikiran bukanlah objek materi, melainkan ruhani. Meskipun menggunakan materi yaitu otak, tetapi kegiatan berpikir bukanlah satu aspek yang bisa dihitung dengan mekanisme mekanis seperti matematika. Maka dengan sendirinya paham ini menolak esensi dari jiwa itu sendiri yang mempunyai kehendak.
Lebih jauh dari itu, saya lahir ke dunia ini merupakan hasil dari sistem mekanis tadi, yaitu sebab akibat. Pertemuan ibu saya dan bapak saya yang kemudian menikah itulah yang membuat saya ada di dunia itu. Di satu sisi memang benar, tetapi di sisi lain kita seakan-akan tidak diberi kemerdekaan walau hanya dalam berpikir dan mengambil keputusan.
Terkait ada atau tidaknya kehendak bebas, tetap saja kita harus bisa mengontrol diri. Meskipun tidak dipungkiri bahwa manusia mempunyai kehendak yang mana itu bagian dari jiwa, tetap saja kita harus mengontrolnya, yaitu dengan rasio kita sendiri, rasio lah yang akan menentukan suatu kehendak kapan dituruti atau tidak.
Jika kita melibatkan akal dalam menuruti kehendak, maka risiko seperti moral atau nilai bisa kita timbang. Itulah yang membuat kita sebagai manusia menjadi istimewa dibandingkan dengan makhluk lain, karena kita diberkati dengan rasio.
Semua makhluk hidup tentunya mempunyai ciri-ciri yang sama, tetapi ada keutamaan yang harus dioptimalkan, kuda disebut sebagai kuda apabila mencapai keutamaannya yaitu belari kencang, manusia akan mencapai keutamaanya apabila menggunakan rasionya.
Apa yang dilakukan oleh Eren dan Light Yagami yang ingin menciptakan dunia ideal versi dirinya, dunia tanpa ada orang jahat, dunia tanpa ada permusuhan ras yang hanya menyisakan satu ras saja, sekilas memang terlihat baik, tetapi jika melibatkan rasio maka hasilnya berbeda. Tetapi jika demikan tentunya cerita tidak akan seru dan menarik.
Meskipun determinisme mengesampingkan kehendak, kita juga bisa mengambil sisi baiknya, yaitu buatlah hidup kita menjadi lebih bermakna, lebih baik dari kemarin. Karena hal yang kita lakukan sekarang akan menentukan ke depannya nanti. Jika hal-hal baik yang kita tanam maka hal baik di masa mendatang akan kita dapat dan sebaliknya. Hal ini bisa menjauhkan kita pada sifat fatalisme.
Itulah pelajaran yang saya ambil dari anime ini. Ini hanya opini pribadi, bagi yang baru nonton anime baru-baru ini jangan terlalu dianggap serius tulisan ini, atau apabila ada yang memang tidak suka anime tetapi paham dengan maksud saya itu sih lebih baik, saya hanya mengangkat sisi lain dari animenya saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H