Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Chauvinisme dalam Anime Attack on Titan

22 Februari 2021   21:18 Diperbarui: 24 Februari 2021   10:32 5190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pun demikian orang-orang Eldia memandang seperti itu, jadi sebanarnya konflik dalam season terkahir ini didasari pada dendam masa lalu. Dan mengagungkan bangsa sendiri serta merendahkan bangsa lain, itulah sisi dari chauvinisme dalam anime ini.

Orang Marley yang memperlakukan orang Eldia bisa dikatakan chauvinisme, bisa dilihat dari perlakuan mereka yang diksriminatif, dengan mewajibkan orang Eldia di Marley memakai ban di lengan mereka. Sama seperti yang dilakukan oleh Nazi terhadap orang Yahudi.

Apa yang dilakukan oleh Marley yang menaruh orang Eldia dalam suatu penampungan, memakai ban di lengannya, dan merubah mereka menjadi titan yang memangsa bangsa mereka sendiri, bak seperti tragedi Holocaust dalam dunia nyata.

Pun demikian dendam Eren terhadap bangsa Marley dan akan meratakan dengan kekuatan Founding titan juga tidak bisa dibenarkan. Rasa dendam Eren terhadap Marley juga bisa dikategorikan sebagai chauvinisme, Eren pun memandang bangsa Marley sebagai bangsa iblis.

Pada akhirnya anime ini mempertontonkan kepada kita bahwa rasa cinta kepada tanah air yang berlebihan bisa jadi pemicu utama dalam sebuah peperangan. Rasa cinta tanah air yang berlebih biasanya akan memantik suatu konflik bahkan perang. Itulah yang terjadi di dalam anime ini. 

Tindakan Marley tidak dibenarkan, pun tindakan Eren yang akan meratakan dunia, dan memandang dunia sebagai ancaman. Kekuatan mutlak Eren membawa dia ke dalam kondisi yang rusak. Sama seperti yang dikatakan Lord Ancon bahwa kekuasaan cenderung rusak, apalagi kekuasaan itu mutlak.

Di dunia nyata pun demikian, chauvinisme bisa menjadi pemantik suatu konflik. Bahkan menimbulkan perang dunia. Hitler dan Nazi adalah gambaran tentang chauvinisme itu, selain itu ada juga Musolini di Italia, semuanya didasarkan pada rasa cinta tanah air yang berlebih dan merendahkan bangsa lain, dan akhirnya perangpun timbul karena rasa cinta tanah air yang berlebih.

Jadi nasionalisme yang baik itu bagaimana? Nasionalisme yang baik itu adalah tidak hanya cinta akan "bangsa" yang disatukan karena satu "golongan" satu "nasib" dan satu "riwayat" yang sama.

Nasionalisme sejati adalah suatu cinta tanah air yang masuk pula pada segala manusianya itu sendiri, tidak peduli dia itu ras apa, suku mana, tetapi rasa cinta terhadap kemanusiaan, dan tentunya tidak merendahkan bangsa lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun