Pernahkah Anda berpikir, apakah semua makanan yang terlihat sehat benar-benar aman dikonsumsi? Buah-buahan yang cerah dan sayuran hijau segar memang terlihat menggugah selera, tetapi di balik kesempurnaan visualnya, ada ancaman yang tersembunyi: pestisida dan bahan kimia berbahaya.Â
Tanpa disadari, setiap hari, bisa saja kita mengonsumsi bahan kimia berbahaya tersebut – yang meskipun tidak terlihat, perlahan-lahan dapat memengaruhi kesehatan. Seberapa besar risikonya? Apa dampak jangka panjang dari bahan-bahan kimia ini pada tubuh kita? Pertama-tama, mari kita berkenalan dengan pestisida!
Pestisida: Kawan atau Lawan?
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama yang merusak tanaman. Hama ini dapat berupa serangga, gulma (tanaman pengganggu), jamur, atau organisme lain yang berpotensi merusak hasil pertanian. Namun, residu (zat sisa) dari pestisida sering kali menempel pada tanaman hingga saat kita mengonsumsinya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa pestisida berpotensi beracun bagi manusia dan dapat menimbulkan dampak kesehatan secara langsung maupun tidak langsung, tergantung pada jumlah dan cara seseorang terpapar.
Sebuah studi dari Mesir melaporkan bahwa sekitar 40% residu pestisida yang terdeteksi dalam sampel sayur dan buah di negara tersebut melebihi kadar residu maksimum yang diizinkan untuk dikonsumsi. Padahal, bahan pestisida seperti organofosfat dan karbamat merupakan bahan berbahaya karena dapat merusak sistem saraf pada manusia. Selain itu, beberapa bahan yang digunakan dalam pestisida juga dikategorikan sebagai karsinogen atau zat yang dapat menyebabkan kanker. Jadi, bagaimana? Pestisida: kawan atau lawan?
Dampak Kesehatan Akibat Pestisida
Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan, udara, atau bahkan air yang terkontaminasi. Bagaikan peribahasa sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit, ‘konsumsi’ residu pestisida dalam jumlah yang kecil sekali pun dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada kemudian hari. Menurut studi, berikut merupakan beberapa dampak kesehatan yang perlu diwaspadai:
Gangguan Sistem Saraf
Beberapa pestisida, terutama dengan bahan organofosfat, telah terbukti dapat merusak sistem saraf. Paparan jangka panjang terhadap pestisida ini dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala, kelelahan, gangguan memori, dan bahkan penyakit degeneratif seperti Parkinson. Studi menunjukkan bahwa petani yang sering menggunakan pestisida memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini karena tingginya paparan pestisida yang diterima – tidak hanya dari makanan melainkan juga paparan langsung saat penggunaan.
Peningkatan Risiko Kanker
Menurut beberapa studi, paparan pestisida seperti herbisida glifosat telah terbukti dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kanker di kemudian hari. International Agency for Research on Cancer WHO bahkan mengklasifikasikan glifosat sebagai bahan yang bersifat karsinogenik bagi manusia. Artinya, paparan bahan tersebut secara terus-menerus dapat memicu pertumbuhan sel yang berkembang menjadi kanker di dalam tubuh.
Gangguan Hormon dan Reproduksi
Pestisida juga dapat mengganggu regulasi hormon dalam tubuh. Ketika regulasi hormon terganggu, terjadi ketidakseimbangan hormon dalam tubuh yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Permasalahan tersebut antara lain gangguan kesuburan, menstruasi yang tidak teratur, hingga gangguan perkembangan janin pada ibu hamil. Selain itu, pada anak, paparan pestisida terus-menerus dapat berdampak pada perkembangan fisiknya.
Lantas, Bagaimana Cara Mengurangi Paparan Pestisida dalam Makanan?
Sebenarnya, di Indonesia, penggunaan pestisida telah diatur oleh beberapa regulasi yang berada di bawah tanggung jawab Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). BPOM telah menetapkan batas maksimum residu yang diizinkan pada produk pangan. Batas ini ditentukan berdasarkan penelitian yang memastikan bahwa jumlah residu pestisida yang tertinggal pada makanan tidak membahayakan kesehatan manusia. Meskipun demikian, kepatuhan penerapan di lapangan masih menjadi tantangan.
Sebagai konsumen, kita tidak mungkin sepenuhnya menghindari pestisida dan bahan kimia berbahaya dalam makanan. Namun, terdapat beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk mengurangi paparan yang masuk ke dalam tubuh, seperti berikut:
Mencuci Bahan Masakan dengan Benar
Mencuci bahan masakan, buah, dan sayur dengan air yang mengalir dapat membantu mengurangi sebagian besar residu pestisida dibandingkan dengan hanya merendam bahan masakan dalam air. Beberapa studi merekomendasikan penambahan bahan chlorine food grade atau cuka untuk membersihkan residu pestisida, terutama pada buah dan sayur yang dikonsumsi secara mentah.
Pilih Produk Organik
Saat ini, tersedia banyak produk organik yang ditanam tanpa menggunakan pestisida maupun pupuk sintetis, sehingga akan lebih aman untuk dikonsumsi. Meskipun sering kali harganya cenderung lebih tinggi, produk organik bisa menjadi pilihan yang lebih baik bagi kesehatan.
Jadi, kesimpulannya, makanan yang kita konsumsi setiap hari bisa jadi mengandung pestisida dan bahan kimia berbahaya yang tersembunyi. Dampak dari paparan bahan kimia ini tidak selalu terlihat secara langsung, tetapi bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius dalam jangka panjang, mulai dari gangguan sistem saraf, kanker, hingga gangguan hormonal.
Meskipun pemerintah telah menetapkan batas maksimum residu yang diizinkan pada produk pangan, untuk melindungi diri dan keluarga dari bahaya pestisida dan bahan kimia lainnya, kita bisa mulai dengan langkah-langkah sederhana, seperti mencuci makanan dengan benar dan memilih produk-produk organik. Dengan demikian, kita bisa menikmati makanan yang lebih sehat dan aman, serta menjaga kesehatan kita dalam jangka panjang.
Dari sini kita dapat belajar bahwa, "Kesehatan bukan hanya tentang apa yang kita makan, tapi juga tentang apa yang tidak kita sadari sedang kita masukkan ke dalam tubuh."
Referensi
World Health Organization. Pesticide residues in food. Who.int. Published September 15, 2022. Accessed September 12, 2024. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pesticide-residues-in-food
El-Sheikh E-SA, Ramadan MM, El-Sobki AE, Shalaby AA, McCoy MR, Hamed IA, Ashour M-B, Hammock BD. Pesticide Residues in Vegetables and Fruits from Farmer Markets and Associated Dietary Risks. Molecules. 2022; 27(22):8072. https://doi.org/10.3390/molecules27228072
IARC Monograph on Glyphosate. Who.int. Published 2018. Accessed September 12, 2024. https://www.iarc.who.int/featured-news/media-centre-iarc-news-glyphosate/
Flores-Gutierrez CA, Torres-Sanchez ED, Reyes-Uribe E, et al. The Association between Pesticide Exposure and the Development of Fronto-Temporal Dementia-Cum-Dissociative Disorders: A Review. Brain Sci. 2023;13(8):1194. Published 2023 Aug 12. doi:10.3390/brainsci13081194Â
Sun SH, Kim SJ, Kwak SJ, Yoon KS. Efficacy of sodium hypochlorite and acidified sodium chlorite in preventing browning and microbial growth on fresh-cut produce. Prev Nutr Food Sci. 2012 Sep;17(3):210-6. doi: 10.3746/pnf.2012.17.3.210. PMID: 24471086; PMCID: PMC3866743.Â
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 229 Tahun 2022. BPOM. Published October 31, 2022. Accessed September 12, 2024. https://standarpangan.pom.go.id/dokumen/peraturan/202x/Keputusan_Kepala_Badan_Pengawas_Obat_dan_Makanan_tentang_Pedoman_Mitigasi_Risiko_Kesehatan_Senyawa_Etilen_Oksida__Ethylene_Oxide_.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H