Judul Resensi            : Drs. Cornelis, M.H. Motivator & Pemimpin
Penulis                  : R. Masri Sareb Putra, M.A
Penerbit                 : Lembaga Literasi Dayak
Cetakan Keenam        : 2021
Tebal                    : xxii, 410 halaman
Ukuran                  : 15 x 23 cm
Menyebut pemimpin Dayak, Drs. Cornelis, M.H. tak mungkin dilepaskan. Pemimpin muncul sebagai representasi sosok berkepribadian Dayak, putra Asli Kalimantan. Bahkan dengan segenap keberanian layaknya menyebutnya sebagai salah pemimpin berkelas dunia dari Kalimantan. Namanya tertulis di hati rakyat Kalimantan dan Dayak.
Pemimpin yang Efektif dan Melayani
Seorang pemimpin yang efektif akan mampu mendorong orang bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang dibangunnya. Nilai-nilai dari sosok Cornelis dilukiskan dengan indah dalam sebuah puisi karya Alexius Akim yang secara khusus dibuat untuk Cornelis. Apabila disarikan puisi sesuai dengan karakteristik kuat dan inspiratif dari seorang Cornelis.
Dalam praktiknya ia melayani seluruh rakyat yang dipimpinnya tanpa memandang suku dan agamanya dalam perspektif NKRI dan Bineka Tunggal Ika. Itulah pemimpin yang tak hanya mendengar saja tetapi memahami persoalan dari bawah.
Ia memperhatikan seluruh lapisan masyarakat hal itu nampak dalam legasi yang ditinggalkan untuk rakyatnya baik berupa bangunan maupun adat-budaya bahkan menyangkut keagamaan. Karena menurutnya kalau warisan budaya hilang nanti kita tidak ada jadi Indonesia, karena suku bangsa di Indonesia tidak boleh ada yang hilang.
Pribadi yang dirasakan orang yang mengenal orang Dayak adalah kerendahan hati dan keramahan. Orang Dayak selalu menerima dengan terbuka terhadap siapa pun. Melayani menjadi kata yang mewakilinya. Demikian halnya dengan Cornelis tampil sebagai pemimpin yang melayani (Servant Leadership).
Mengubah Mentalitas Ulun
Pribadi Dayak juga dikenal dengan keberaniannya demikian dengan Cornelis. Namun keberanian tak serampangan, ia bahkan menemukan dari pengalaman hingga terucaplah moto/semboyan begitu terkenal di Kalimantan "Jika berani, jangan takut-takut; jika takut jangan berani-berani!
Dengan keberaniannya, ia pun didaulat sebagai bupati, gubernur masing-masing dua periode, Ketua DPD Partai, dan yang tak kalah mentereng sebagai presiden Dayak atau Ketua Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) dengan tugas menjaga martabat dan kehormatan suku bangsa Dayak.
Dalam masanya memimpin Dayak disegani, dihormati, orang yang tak lagi memandang sebelah mata bahkan orang mulai berani mengaku diri sebagai Dayak. Sebab siapa pun yang merendahkan Dayak akan dia tuntut dan diseret ke pengadilan adat dan negara. Bersamanya Dayak semakin kuat atau dengan istilah "Dayak Satu Komando". Keberaniannya juga ia tunjukkan dengan mampu berdiplomasi dan bersinergi dengan pemerintah bahkan dunia internasional.
Keberanian utamanya adalah mengubah mentalitas "ulun" orang Dayak. Untuk keluar dari paradigma itu ia memulai dengan pemikiran bahwa nenek moyang Dayak bukan dari Yunan.
Pengakuan akan keberaniannya menyuarakan persoalan rakyat membawanya melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR-RI. Tak tanggung-tanggung ia menjadi anggota DPR dengan suara laki-laki terbanyak mengalahkan nama-nama yang telah dikenal publik seperti Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan Fadli Zon. Di ruang dewan di komisi II lagi-lagi keberaniannya begitu nampak karena dengan lantang ia menyuarakan kepentingan rakyat.
Lebih dari Sekadar Sosok, Pribadi Dayak
Ditulis dengan semangat tak sekadar menganggumi atau mengelu-elukan sosok namun lebih menampilkan sosoknya sebagai pemimpin 'sejati' yang melayani rakyat sukunya dalam bingkai NKRI. Selain itu, bagaimana sosoknya ditampilkan dengan pemikiran Dayak yang sesungguhnya yang disarikan dalam nilai keberanian dengan didahului pertimbangan dan pemikiran yang mendalam.
Sosok Cornelis tak semata sebagai pribadi tapi melihat sosok Dayak yang jauh dari stigma negatif yang terlanjur disematkan untuk suku asli Borneo. Bukan hanya sebuah kisah perjalanan seseorang tetapi pembaca akan mendapati fakta dan sejarah Dayak dalam perspektif manusia Dayak.
Pemimpin yang dikenang selalu meninggalkan warisan (Legacy) baik warisan dalam bentuk fisik maupun non fisik yang terus diingat. Bentuk fisik berupa bangunan-bangunan megah yang mengubah wajah wilayah yang dipimpinnya. Cornelis pun banyak meninggal Legacy bagi masyarakat Kalimantan. Apa yang diwariskannya merupakan tanda perkembangan peradaban Kalimantan Barat yang semakin maju.
Dengan jumlah halaman lebih dari 400 tak menunjukkan buku ini bertele-tele tetapi justru sari pati, kepemimpinan. Menampilkan sebuah buku untuk enak dibaca dengan besaran huruf dan jenis huruf yang tak melelahkan ditambah dengan gambar dan infografis sehingga tak membosankan. (Matius Mardani)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H