“Udah,bang… gak usah basa-basi, pasti ada maunya ni…?” penyataan itu membuatkutersipu malu menertawakan diriku sendiri. Memang betul, tiap kali aku adakeinginan untuk urusan dengan dia yang kucintai itu pasti melalui orang ini.Maka, tak mau berlama-lama lagi aku pun mengutarakan semua rencanaku itu.
“Nog…bisaminta tolong gak?”
“Hmm…udahbisa kutebak ni. Berani bayar berapa, bang??” candanya seperti biasanya. Namunsebatas canda semata.
“Haha…kamuni tetap aja. Tolong dong, aku mau ngasi sesuatu sama dia untuk Valentinebesok.”
“Ciah…ciah…masihmau romantis-romantisanni critanya…?? Oke deh, antar aja ke rumahku, besok pasti kukasi. Eits…jangan lupacoklatnya harus ada samaku. Ganti prangko…haha” candanya kian menjadi.
“Haha…beresbos.” Tutupku. Kini, terasa kelegaan yang kurasakan di dalam hati. Rasanyasemua rencana sudah berjalan sempurna. Maka, tanpa menunda lagi, aku bergegasmengantarkan bingkisan itu.
***
HariValentine itu pun akhirnya tiba juga. Seperti biasa aku membuka akun facebook-ku hendak meng-update status baru dan mengirim ucapanselamat kepada teman-teman yang lain, terutama kepada dia yang berhasilmembuatku gila tak karuan dalam hal cinta itu. Sekejap aku menyunggingkansenyum kecil di bibirku melihat dari beberapa inbox ada satu darinya. Dengan sedikit bergetar aku membukanya dandalam hitungan detik aku telah habis melahapnya.
Sepertimimpi rasanya, tamparan bertubi-tubi di tujukan ke pipiku, dan yang palingsadisnya aku seolah ditelanjangi di depan khalayak ramai. Pokoknya, harga diriini seolah-olah diinjak-injak dan aku merasakan malu dan sakit yang amatmenyiksa membaca semua itu. Sekejap terlintas di benakku bagaimana Yesusdidera, disiksa, dicemooh, dicambuk, ditelanjangi, dan perlakluan sadislainnya. Semua niat baikku dibalas dengan kekejian yang sangat membunuhku. Akutak tahu apakah semua yang kulakukan itu salah besar di matanya. Namun jauh dihati aku yakin bahwa tak ada salahnya sedikitpun membagi kebahagiaan dan kasih sayang di hari spesial seperti ini.Aku tidak tahu apakah ini ketololanku atau memang dia yang tak tahu disayangi.Hari kasih sayang ini pun berubah menjadi hari kasih duka bagiku. Ingin rasanyaaku melampiaskan semua kepedihan ini dengan menghantam semua yang ada disekitarku. Tapi aku masih bisa mengontrol emosiku dan mungkin karenabantuanNya, sehingga tak terjadi kehuru-haraan itu. Tapi aku tak bisa berbuatbanyak. Nasi sudah menjadi bubur dan tak bisa diubah lagi menjadi beras. Akuhanya bisa meratapi nasib malangku ini. Walau demikian, aku menekatkan dalamhatiku bahwa semua ini tidak akan membuatku menyimpan dendam kepadanya.Bagaimana pun dia adalah perempuan yang pernah menghiasi hari-hariku. Ituadalah haknya. Aku tidak tahu apakah ini akan menambah ketololan dalam diriku,namun aku tak akan peduli, karena memang cintaku kepadanya sangat tulus adanya.Namun, satu hal yang sangat kutangiskan bahwa dia tidak mampu merasakanketulusan hatiku itu sehingga ia tega melakukan semua yang sangat melukaihatiku ini. Mungkin inilah kado Valentine yang paling layak kuterima untuk saatini. Walaupun hari ini menjadi hari yang menyakitkan bagiku namun doaku semogahal itu tidak terjadi atas kamu semua. Karena bagaimanapun ceritanya hariValentine itu tetaplah menjadi hari kasih sayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H