Mohon tunggu...
dani manik
dani manik Mohon Tunggu... -

saya ada seorang mahasiswa Filsafat ingin menjadi seorang Kapusin sejati anak bungsu dari 5 bersaudara,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Valentinekah ini???

13 Februari 2014   15:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:51 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkinbagi kebanyakan orang, jika mendengar kata Valentine, yang terlintas adalahsemua tentang yang indah, membahagiakan, romantis, menyenangkan dan hal-halyang menyukakan hati lainnya. Aku yakin 100% akan hal itu. Namun bukanlahdemikian yang kurasakan. Sungguh berbeda 180. Bagiku, malah di hariValentine itulah aku mengalami suatu pengalaman yang sungguh menyakitkan,menusuk jiwa, mencabik-cabik harga diriku, dan hal-hal yang menyedihkanlainnya. Mungkin kamu akan bingung tujuh keliling mendengar hal itu, atau malahmenganggapku seorang berdusta, pengarang cerita, pembual, mengada-ada atau apapun itu. Itu terserah kamu dan aku bisa menerima, Namun, satu hal yang haruskamu tahu bahwa aku berkata jujur dari dalam hati ini dan ini semua tercurahdari kepedihan hati yang kurasakan saat melalui yang namanya Valentine itu.

***

Siangitu aku tertegun seorang diri di dalam kamarku. Aku terdiam seribu bahasa dalamkesendirianku yang mencekam. Berbagai bayangan yang tak bisa kuolah seorangdiri memenuhi benakku hingga membuatku makin tak berdaya menahan pening dikepalaku. Ingin rasanya aku berbagi entah kepada siapa pun, namun aku tak tahuentah kemana. Bukan karena aku tak punya teman, namun karena semuanya seolah menjauhdi saat aku berada dalam kegundahan ini. Maka aku hanya bisa berpasrah danberharap bahwa angin segar mampu mengikis sedikit demi sedikit kepenatan dalamdiriku. Namun, semua harapan itu seolah sirna karena memang tak akan mungkinada angin segar di dalam kamar yang rasanya kian menggerahkan ini ditambah lagicuaca siang ini sungguh terik hingga sanggup membakar kulit semua insan yanghanya bisa berpasrah saja di kolong semesta ini.

Semuakegundahan hati ini datang bukanlah karena kuundang melainkan datang sendirisebagaimana layaknya jalangkung itu. Ingin rasanya aku bisa mengusir namunsemua sia-sia belaka. Maka kembali lagi aku hanya bisa berpasrah. Karena memangtak ada pilihan lain. Walaupun demikian aku masih menyisakan sedikit harapankecil di hatiku.

“Apayang harus kulakukan??” tanyaku jauh di hati berharap mampu membawa sedikitkelegaan di hati. Memang benar, bersama pertanyaan itu, terasa berkurangsedikit kepenatan di hati.

“Apakahaku harus bertahan dengan gengsiku??” tanyaku lagi jauh di hati. Memang, akukini bingung hendak melakukan apa untuk menyongsong hari Valentine yang katanyamerupakan hari yang membahagiakan itu. Aku telah terlanjur berjanji kepadateman-teman sekelasku bahwa aku tak akan memberikan apa pun kepada dia yangtelah menggoreskan kepedihan di hati ini di hari kasih sayang itu. Namun,ketika aku membuka akun facebook-ku,aku mengetahui bahwa ia kini berbaring lemah di rumah sakit. Memang aku telahterlanjur sakit olehnya, namun ketulusan cinta yang ada di hatiku membuatkulupa akan semua itu dan aku rasanya ikut juga merasakan sakit yang dirasakannyaitu. Maka, aku ingin membantu dia menghilangkan rasa sakitnya itu dengansesuatu yang surprise di hari kasihsayang itu. Namun, kembali lagi aku terbentur oleh kata-kataku sendiri yangtelah terlanjur kukeluarkan di depan teman-temanku. Malu rasanya jika harusmenjilat air ludah sendiri. Namun, aku seolah tak ada pilihan lain. Karenamemang yang ada di pikiranku saat ini hanya dia yang terbaring lemah takberdaya itu.

“Tapi,haruskah aku memikirkan harga diriku di atas penderitaannya itu??” tanyaku dihati seolah aku memiliki keyakinan yang begitu bulatnya seolah tak ada keraguanlagi. Memang benar, aku seakan tak memikirkan harga diri itu lagi danmengutamakan dia yang kini berbaring sakit itu.

Maka,kupacu kakiku menuju sebuah pusat perbelanjaan yang tidak terlalu jauh daritempat tinggalku. Dalam hitungan menit aku telah tiba di sana. Nuansa Valentineterlihat dengan jelas hampir di setiap sudut tempat itu. Semua itu menjadi pemandanganindah untuk kedua bola mataku. Maka, dengan sedikit hati-hati aku memilih-milihmana yang kira-kira pas dan disukai olehnya. Terbilang lama memang, namun akuingin memberi yang terbaik dan yang benar-benar surprise. Setelah menimbang-nimbang dan menemukan yang menurutkupas, aku pun membelinya dan langsung membungkusnya dengan bungkusan yangmenurutku yang terbaik yang pernah kulihat di alam semesta ini. Sejenak akutersenyum bahagia membayangkan senyum kebahagiaan di sudut bibirnya mendapatkanbingkisan indah ini. Kini yang ada di pikiranku memang hanya dia yangberhiaskan kebahagiaan di parasnya dan tak ada yang lain.

Kini,kebingungan lain muncul lagi. Aku tak tahu bagaimana aku bisa memberi inikepadanya, karena bertemu langsung dengan dirinya aku masih berpikir dua kali.Ditambah lagi, keluarganya yang pasti ada mendampinginya di rumah sakit itu.Maka, aku memutar otakku untuk menemukan cara yang paling pas untuk itu.Setelah aku bermain dengan pikiranku sendiri, seolah muncul jawaban brilian.Secepat kilat kuambil ponsel dari saku celanaku. Aku menghubungi seseorang yangmenurutku tepat untuk menjawab semua ini.

“Hallo,bang. Tumben…??” suara dari seberang itu sudah tidak asing lagi.

“Hei…apa kabar….??” Tanyaku basa basi mencoba menutupi detak jantungku yang memangkian memburu. Namun, semuanya sia-sia, karena dia sudah terlanjur mengetahuihal itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun