Pariban adalah “boru ni Tulang/anak gadis Tulang/Paman” yang dalam menjadi sosok yang menjadi spesial untuk pria batak.
Kenapa spesial? tentu bukan karena pake telur dan keju, tetapi karena hubungan dengan pariban biasanya lebih mudah dijalani dibanding dengan gadis boru lain. Biasanya kalau kenalan saja sudah tahu marpariban langsung saling senyum-senyum(pengalaman penulis).
Banyak pria Batak atau gadis Batak yang mendekati paribannya, karena hubungan pariban memang cukup ideal untuk dilanjutkan ke jenjang pernikahan dan dianggap membawa berkah tersendiri saat bisa menikahi boru ni Tulang tersebut.
Namun di era keterbukaan dan kebebasan saat ini, banyak anggapan menikahi pariban malah membuat tutur/family tidak bertambah, karena sudah pasti saat doli-doli batak /pemuda Batak menikahi pariban maka yang diundang adalah Tulang yang memang semarga dengan Ibunya, lain hal jika si doli-doli Batak menikahi gadis dengan marga yang lain dari marga Ibunya / bukan pariban akan terjalin hubungan baru dengan marga lain di keluarga tersebut.
Dan karena menikahi pariban bukan kewajiban, maka banyak pemuda Batak akhirnya memilih untuk tidak menikahi paribannya atau akhirnya memilih perempuan lain. Karena hal itu jugalah ada istilah “mangaririt tu na luat na dao” yang artinya mencari jodoh ke tempat yang jauh.
Diawali dengan menggali informasi tentang gadis incarannya melalui orang-orang di kampung si gadis, mencari informasi tentang gadis incaran tersebut dapat dibantu oleh “domudomu” istilah gaulnya adalah Mak Comblang, berasal dari kata “domu” artinya ketemu,kumpul. Nah setelah informasi didapatkan si pemuda mempersiapkan diri untuk menandangi “martandang”ke tempat si gadis tersebut.
Dahulu biasanya perkenalan / martandang yaitu dengan menemani si gadis ketika sedang “manduda eme” (menumbuk padi) atau “manduda baion” (baion = sejenis pandan untuk bahan anyaman tikar atau bakul).
Satu prinsip Batak yang tertuang dalam umpasa/peribahasa: “Na so jadi bagot namandangi sige” diterjemahkan menjadi “tidak mungkin pohon enau mengahampiri tangga” , yang artinya Pantanglah seorang wanita yang mendatangi / menjumpai se orang pemuda. Jadi sudah jelas proses martandang harus dilakukan oleh doli-doli/pemuda ke tempat si boru.
Jadi buat pria Batak jangan takut jikalau pariban anda tidak mau kepada anda, karena masih ada perempuan lain yang bisa dijadikan pariban… hehehe
Horas… Horas… Horas!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H