Siang itu, tetiba bunyi suara notifikasi berdering saut-menyaut tanpa henti. Notif tersebut berasal dari Grup BBM sekelompok pemuda/i yang hobbi naik gunung. Belum pernah grup ini seramai hari ini. Rasa penasaran muncul dan akhirnya mulailah dibaca satu per satu. Ternyata, kabar mengejutkan muncul, sang Admin dinyatakan meninggal. Kenapa? Bercanda? Serius! Lalu, kenapa beberapa jam yang lalu dia update status BBM?
Mulai saya mencari tahu dengan langsung mengirim chat kepada Bang Bockel (Admin Grup), ternyata HP Bang Bockel sedang dibawa Mbak Puji (Pacar Bang Bockel).
Saya bertanya, benarkah ini mbak puji? Iya mas, mas bisa jelaskan gimana sebenarnya ini?, sahut mbak puji.
Dalam hati, saya sendiri juga belum tahu benar apa yang terjadi, apakah ini hanya lelucon teman-teman atau bagaimana.
Simpang siur kabar terus berhembus, hingga pukul 1 siang kabar masih belum jelas hingga saya memutuskan menunggu kabar yang benar dari mbak puji, dimana dia adalah orang yang pasti paling khawatir dalam hal ini.
Hingga pukul 2 siangpun mbak puji belum dapat kabar pasti. Karena penasaran dan ingin tahu kebenaran berita ini, saya memutuskan untuk mengirim chat kepada seorang teman dari NTB yang notabene tidak kenal Bang Bockel, untuk memastikan kebenaran korban meninggal di Gunung Rinjani hari ini adalah Bang Bockel atau bukan.
"Rid, bener gag hari ini ada korban di Rinjani?"
"iya dan, kamu kog tahu?, katanya sih anak Jatim"
"lho bukannya ank NTB ya rid? denger-denger ank Masbagik"
"ooh, iya kalo gag salah namanya Ryan"
"Serius rid?, klo Ryan brarti bener itu temenku rid"
"Ryan Putra Edelweis?"
"iya rid :("
Kebenaranpun terungkap, dan ini bukan sebuah lelucon, karena Farid tidak kenal dengan Ryan (bockel).
Rasa tak percayapun akhirnya perlahan menjadi kesedihan. Tangan mulai gemetar, jantung berdegup kencang. Benarkah Bang Bockel udah meninggal? Begitulah pertanyaan yang terbesit di pikiran saya.
Berusaha menenangkan diri sambil mencoba mengkonfirmasi lagi kepada mbak puji, dan 30 menit setelah saya mengirim pesan kembali kepada mbak puji.
"mas, abangku udaaah pergii :("
Chat dari mbak puji tersebut langsung membuat hati saya terenyuh.
Pertemuan dengan Bang Bockel, Putra Edelweis Rinjani
14 September 2013, malam itu saya dan josh terpaksa menginap di pondokan Ranu Kumbolo karena ketika kami bertujuh (saya, adik saya, josh, mas dika, dan 3 teman adik saya) hanya membawa tenda berkapasitas 5 orang. Malam yang gelap dan diiringi alunan rintikan air hujan di Ranu Kumbolo membuat saya dan Josh hanya bisa beraktivitas didalam pondokan. Josh merupakan teman lama Bang Bockel, mereka dipertemukan di Rinjani beberapa tahun lalu. Malam itu, Josh terus mencari-cari Bockel, karena seharusnya hari ini kita bertemu, di sisi lain Josh juga mencari Edo dari Palembang yang juga telah membuat janji bertemu di Ranu Kumbolo. Malam itupun kami memutuskan untuk istirahat dan berkeliling Ranu Kumbolo di esok pagi untuk mencari mereka. Setelah makan malam di Pondokan bersama Josh, iseng-iseng Josh bertanya secara acak kepada setiap pendaki yang masuk ke pondokan, mas/mbak ketemu gag sama rombongan anak dari Lombok? kalo gag dari Lampung ketemu gag? Setelah beberapa kali bertanya akhirnya ada yang tahu keberadaan Bockel, tuh tendanya di depan pondokan mas. Tak lama dari itu Josh dengan lantang meneriakkan nama Bockel!!!!!
Woii Josh Gue disini!!! sahut Bockel
Temu kangenpun terjadi lebih awal diluar dugaan berkat aksi Josh.
Saat itulah saya kenal dengan Bang Bockel dengan nama asli Ryan, Mbak Puji pacar bang Bockel, dan Pandu seorang yang bermimpi pakai Toga Wisuda di Rinjani bareng Bang Bockel. Percakapan panjangpun akhirnya dilanjutkan esok hari, pada intinya malam itu Bang Bockel ngajak saya buat ke Rinjani, saya janji bakal kesana saat saya sudah lulus, begitu pula Pandu yang punya tekad sama.
Pagipun datang, Bang Bockel menawarkan sarapan pada saya dan Josh, menu yang tak wajar disajikan di Gunung menurut saya. Bang Bockel membuatkan kami Pan Cake Apple. Lalu sembari sarapan bertemu pulalah kami dengan edo dan kawannya dengan rambut gimbal ala Bob Marley dari Lampung, mulailah kami bersenda gurau sambi keliling sekitar Ranu Kumbolo serta mengabadikan beberapa momen dalam foto. Itulah singkat cerita awal pertemuan dengan Ryan Putra Edelweis dan diluar dugaan adalah yang terakhir kali.
[caption id="attachment_321006" align="aligncenter" width="300" caption="Momen Saat Pertemuan Awal (Akhir) dengan Ryan Putra Edelweis"][/caption]
The Eternal Life
Hari ini (26-08-2014) semakin memastikan keabadianmu diantara kumpulan bunga edelweis di Gunung Rinjani. Terlahir sebagai putra Lombok di daerah Masbagik, kau memilih hidup sebagai seorang putra yang gemar bermain bersama Dewi Rinjani. Kini kau telah abadi bersama bunga edelweis di taman Dewi Rinjani. Itu tak berarti kami telah kau tinggalkan, kami merasa bahwa Rinjani adalah Ibu mu, ya... Rumah mu... Suatu saat kita pasti bertemu kembali dalam sebuah keabadian...
Rest In Peace Son of Edelweiss
[caption id="attachment_321005" align="aligncenter" width="300" caption="Ryan Putra Edelweis"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H