Mohon tunggu...
Dani Ishak
Dani Ishak Mohon Tunggu... -

berkecimpung di dunia keuangan dan investasi

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Saham BUMI Bergerak di Bidang Apa?

31 Desember 2024   18:34 Diperbarui: 31 Desember 2024   18:34 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: bumi resources

Satu dua tahun belakangan, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kerap menjadi sorotan di kalangan investor. Hal ini tidak lepas dari posisinya sebagai salah satu produsen batu bara terbesar di Indonesia yang tengah menikmati tren kenaikan harga komoditas energi global.

Namun, performa saham BUMI di pasar modal terbilang kurang menggembirakan. Sejak awal tahun 2024 hingga penutupan perdagangan 11 Oktober 2024, harga saham BUMI tercatat mengalami penurunan sebesar -35,2% year-to-date (ytd).

Menariknya, meski harga sahamnya turun, volume perdagangan saham BUMI tetap ramai. Bahkan, saham ini kerap masuk dalam jajaran saham paling aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Lantas, sebenarnya saham BUMI ini bergerak di bidang apa dan siapa pemiliknya? Mari kita bahas lebih detail.

Saham BUMI Bergerak di Bidang Apa?

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi dan eksploitasi kandungan batu bara (pertambangan batu bara) melalui anak-anak usahanya.

Perseroan didirikan pada tahun 1973 dengan nama PT Bumi Modern dan mengalami beberapa kali perubahan nama hingga akhirnya menjadi PT Bumi Resources Tbk pada tahun 2000. Saat ini, BUMI telah menjadi salah satu produsen batu bara thermal terbesar di Indonesia dengan total cadangan batu bara mencapai lebih dari 2,6 miliar ton.

Dalam menjalankan usahanya, BUMI memiliki dua anak perusahaan utama yaitu PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia yang beroperasi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Kedua anak usaha ini memiliki kontrak karya pertambangan batu bara generasi pertama dengan pemerintah Indonesia.

Selain itu, BUMI juga memiliki sejumlah anak perusahaan lain seperti PT Pendopo Energi Batubara yang mengelola tambang batu bara di Sumatera Selatan, PT Fajar Bumi Sakti yang beroperasi di Kalimantan Timur, serta beberapa perusahaan trading internasional seperti Bumi Resources Japan, Forerunner International Pte. Ltd, dan Indocoal Resources Limited yang fokus pada perdagangan batu bara.

Saham BUMI Punya Siapa?

Struktur kepemilikan saham BUMI per September 2024 didominasi oleh Long Haul Holdings Ltd dengan kepemilikan sebesar 21,05%. Perusahaan ini merupakan entitas yang berafiliasi dengan Grup Bakrie. Selanjutnya, Vallar Investment UK Limited menguasai 14,31% saham, dan China Investment Corporation memiliki porsi 9,09%.

Sementara itu, kepemilikan publik mencapai 55,55%, yang terdiri dari berbagai investor institusi dan individu dengan masing-masing kepemilikan di bawah 5%. BUMI sendiri merupakan bagian dari konglomerasi Bakrie Group yang dipimpin oleh pengusaha senior Aburizal Bakrie.

Kapan Saham BUMI IPO?

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) pada tanggal 30 Juli 1990. Pada saat itu, perseroan masih menggunakan nama PT Bumi Modern dan melepas sebanyak 10 juta lembar saham dengan harga penawaran Rp4.500 per saham.

Sejak IPO hingga saat ini, BUMI telah melakukan beberapa kali aksi korporasi termasuk rights issue, reverse stock, dan private placement. Salah satu yang paling signifikan adalah ketika perseroan melakukan reverse stock dengan rasio 100:1 pada Mei 2017 untuk merestrukturisasi hutangnya.

Perjalanan saham BUMI di pasar modal Indonesia memang cukup dinamis. Pada masa kejayaannya di tahun 2008, harga saham BUMI pernah mencapai level Rp8.750 per lembar (sebelum reverse stock). Namun, berbagai faktor seperti anjloknya harga batu bara global dan masalah hutang membuat harga saham BUMI mengalami penurunan signifikan hingga saat ini.

Kinerja Keuangan BUMI

Sepanjang tahun 2023, BUMI membukukan pendapatan sebesar US$5,12 miliar atau setara Rp79,36 triliun (kurs Rp15.500), mengalami penurunan sebesar -15,8% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$6,08 miliar.

Laba bersih perseroan juga mengalami penurunan signifikan sebesar -41,2% dari US$1,09 miliar di tahun 2022 menjadi US$640,5 juta atau sekitar Rp9,92 triliun di tahun 2023. Penurunan kinerja ini terutama disebabkan oleh melemahnya harga batu bara global, peningkatan beban operasional, serta tingginya beban keuangan yang harus ditanggung perseroan.

Memasuki tahun 2024, hingga kuartal III perseroan berhasil membukukan pendapatan sebesar US$3,81 miliar dengan laba bersih mencapai US$428,3 juta. Meskipun angka ini lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, namun manajemen optimis kinerja akan membaik seiring dengan stabilisasi harga batu bara global.

Apakah Saham BUMI Layak Beli?

Dari sisi valuasi, dengan harga Rp115 per saham (per 11 Oktober 2024), BUMI diperdagangkan pada rasio P/E sebesar 4,2 kali. Angka ini terbilang sangat murah dibandingkan rata-rata industri pertambangan yang berada di level 9,16 kali.

Namun demikian, investor perlu mempertimbangkan berbagai faktor risiko sebelum memutuskan untuk berinvestasi di saham BUMI. Faktor-faktor tersebut meliputi fluktuasi harga batu bara global yang sangat dinamis, beban hutang perseroan yang masih cukup tinggi, tren transisi energi global yang berpotensi mempengaruhi permintaan batu bara di masa depan, serta risiko regulasi terkait industri pertambangan batu bara.

Keputusan investasi tetap kembali kepada analisis dan pertimbangan masing-masing investor dengan memperhatikan profil risiko dan tujuan investasi yang dimiliki.

Dimana Beli Saham BUMI?

Investor yang berminat membeli saham BUMI dapat melakukannya melalui berbagai aplikasi sekuritas resmi yang telah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

Beberapa aplikasi sekuritas populer yang bisa digunakan antara lain Stockbit dari PT Stockbit Sekuritas Digital, Ajaib dari PT Ajaib Sekuritas Asia, IPOT dari PT Indo Premier Sekuritas, BIONS dari PT BNI Sekuritas, MOST dari PT Mandiri Sekuritas, NEO HOTS dari PT Mirae Asset Sekuritas, dan BEST dari PT BCA Sekuritas.

Sebelum memulai investasi, sangat penting bagi calon investor untuk melakukan analisis mendalam terhadap fundamental perusahaan, memahami risiko investasi, serta menyesuaikan dengan strategi dan tujuan investasi masing-masing. Jangan lupa untuk selalu menerapkan prinsip manajemen risiko yang baik dalam berinvestasi ya!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun