Series Gadis Kretek
Jeng Yah, siapa yang gak tahu tokoh ini? Sosok perempuan dalam novel Gadis Kretek (2012) karya Ratih Kumala yang diceritakan memiliki keahlian dalam meracik saus kretek. Novel ini telah diadaptasi menjadi series di Netflix dan sempat masuk ke dalam Top 10 Netflix Series Non-English di 22 Negara.
Saya sendiri sudah menonton seluruh episode dari series ini. Menurut saya, selain cerita yang asyik, visualisasi yang tampak nyata dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi saya selaku penikmat film. Salah satu hal yang menarik adalah set atau lokasi syuting yang digunakan menampilkan kesesuaian antara bentuk tempat dengan latar waktu dalam ceritanya.
Lokasi Syuting di Stasiun Kuno
Adegan ketika tokoh Jeng Yah dan Mas Raya bertemu di stasiun membuat saya yang suka dengan transportasi umum terdorong untuk mencari informasi lokasi syuting dari adegan tersebut. Di dalam series ini, stasiun kereta api yang ditampilkan memiliki gaya arsitektur Eropa. Selain stasiun, ditampilan juga kereta api dengan lokomotif berliveri era PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) yang menarik kereta berbadan kayu. Setelah saya melakukan penelusuran di pencarian Google, ternyata asi syuting yang menggambarkan tempat tersebut merupakan bagian dari kawasan Museum Kereta Api Ambarawa (Indonesian Railways Museum) yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Perjalanan menuju Museum Kereta Api Ambarawa
Setelah memilih tanggal di mana saya bersama satu teman saya sedang libur, kami langsung tancap gas menuju Kabupaten Semarang. Kami berangkat dari Kota Yogyakarta menggunakan sepeda motor Scoopy tepat pada pukul 07.00 WIB. Perjalanan dimulai dari jalan raya di dalam kota Yogyakarta sampai di ring road Utara. Perjalanan kami berlanjut melalui Muntilan, Mungkid, Kota Magelang, Secang, hingg sampai di Ambarawa, Kabupaten Semarang. Selama perjalanan, kami sempat mampir membeli sarapan di Warung Soto Pojok Pak H. Dul di Muntilan. Fyi, kecamatan ini diduga sebagai Kota M yang diceritakan di novel dan series Gadis Kretek. Perjalanan menuju Ambarawa membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam. Kami terus mengikuti Google Maps hingga menemukan tempat dengan palang bertuliskan Indonesian Railways Museum.
Museum Kereta Api Ambarawa
Museum Kereta Api Ambarawa merupakan bekas stasiun kereta api yang digunakan sebagai tempat wisata heritage dan edukasi akan perkeretaapian Indonesia era dulu. Museum ini terletak di Jalan Stasiun No.1, Dusun Panjang Kidul, Desa Panjang, Kec. Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Museum yang terletak di ketinggian +474,40 MDPL ini beroperasi dari jam 08.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB setiap harinya. Harga tiket masuk sebesar Rp20.000 untuk satu orang dewasa dan Rp10.000 untuk pelajar berseragam dan anak-anak usia 3-12 tahun.
Mengoleksi Berbagai Jenis Lokomotif Uap, Disel Lawas, sampai Stasiun Tua
Dari pintu masuk, saya memasuki koridor dengan banyak foto informasi mengenai sejarah museum ini. Lanjut ke arah lokasi bangunan Stasiun Ambarawa, saya melihat berbagai jenis lokomotif uap yang terparkir dan mengingatkan ketika menonton kartun Thomas & Friends saat masa kecil dulu. Ada berbagai macam jenis lokomotif uap dengan bentuk yang berbeda, seperti lokomotif B2502, B2503, B5112, CC5029, D1007, F1002, dan masih banyak lagi.
Setibanya di bangunan Stasiun Ambarawa, saya berkeliling di sekitar dan di dalam stasiunnya. Di sebelah sisi barat terdapat berbagai stasiun kecil (halte kereta api) yang terbuat dari kayu. Stasiun kecil tersebut merupakan stasiun asli dari berbagai daerah yang dipindahkan ke museum ini. Di dalam stasiun, terdapat banyak peralatan operasional stasiun kereta api yang sudah tidak dipergunakan lagi. Seperti mesin pencetak tiket Edmondson, loket, kursi tunggu, peralatan Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA), dan masih banyak lagi.
Naik Kereta Api ala Jeng Yah
Tiupan klakson lokomotif tua terdengar kencang, masuk satu rangkaian kereta api di jalur satu. Kereta api itu berjalan semakin pelan dan berhenti. Para penumpang di dalam kereta turun dan calon penumpang yang menunggu di peron stasiun bersiap-siap memasuki kereta.
Ya, ini adalah kereta wisata yang akan membawa penumpang dari Stasiun Ambarawa menuju Stasiun Tuntang. Apa itu Stasiun Tuntang? Stasiun Tuntang inilah yang sebetulnya menjadi lokasi syuting series Gadis Kretek, jadi bukan Stasiun Ambarawa.
Saya ikut bersiap-siap memasuki kereta tersebut dan menyiapkan tiket untuk diperiksa oleh petugas. Tiket ini berbeda dengan tiekt masuk, harganya Rp100.000 per penumpang sekali perjalanan Ambarawa-Tuntang PP. Kereta api yang terdiri dari tiga kereta berdinding kayu ini ditarik oleh lokomotif disel D30124. Lokomotif penarik kereta inilah yang ditampilkan di series Gadis Kretek.
Ketika memasuki kereta, saya merasakan vibe yang berbeda dengan suasana kereta api penumpang komersial saat ini. Dinding yang terbuat dari kayu membuat kesan vintage estetik dan memanjakan mata, ditambah kursi penumpang yang terbuat dari kayu semakin menambah vibe jadulnya.
Kereta api wisata Ambarawa-Tuntang ini berjalan 4 kali PP dalam setiap harinya. Penumpang wajib naik sesuai dengan jadwal yang tertera pada tiket yang dibeli di loket masuk. Selain jadwal keberangkatan, penumpang juga wajib menempati tempat duduk sesuai dengan nomor tertera pada tiket. Seperti perjalanan kereta api komersial saat ini, kereta wisata ini dioperasikan oleh masinis, kondektur, mekanik, dan petugas keamanan. Hanya saja yang membedakan adalah di kereta wisata ini terdapat pemandu yang akan menjelaskan informasi selama perjalanan.
Perjalanan dimulai dari Stasiun Ambarawa. Melalui jendela kayu tanpa kaca, saya dapat melihat kereta api melintasi Dipo Lokomotif Ambarawa. Berlanjut melalui persawahan warga yang berada di wilayah Kecamatan Ambarawa ini. Beberapa kali lintasan kereta api juga berpotongan dengan jalan raya. Setelah melewat area persawahan, lintasan kereta api memasuki area pinggiran Danau Rawa Pening. Dari dalam kereta saya dapat menyaksikan hamparan luas perairan di sisi kanan. Sayang sekali, tiba-tiba hujan turun dan mengharuskan beberapa jendela ditutup agar air hujan tidak masuk ke dalam kabin kereta.
Setelah melewati pinggiran Danau Rawa Pening, kereta api memasuki Stasiun Tuntang. Nah, di stasiun ini kereta api berhenti dan dilakukan perpindahan posisi lokomotif agar kereta api bisa berjalan kembali ke Stasiun Ambarawa. Ketika proses pelangsiran lokomotif tersebut, penumpang dapat turun di area Stasiun Tuntang. Nah, di stasiun inilah saya seolah-olah merasakan suasana yang ada di dalam series Gadis Kretek. Wisatawan dapat berfoto di peron stasiun ini sembari istirahat sejenak. Ketika saya berjalan ke sisi barat stasiun, saya menemukan ruangan yang menjadi lokasi pertemuan antara Jeng Yah dengan Mas Raya.
Kurang lebih sekitar 15 menitan, para penumpang dipersilakan masuk kembali ke dalam kereta. Kemudian, kereta api akan diberangkatkan kembali menuju ke Stasiun Ambarawa. Perjalanan dari Ambarawa ke Tuntang memakan waktu kurang lebih 1,5 jam.
Saran
Museum Kereta Api Ambarawa merupakan tempat wisata berbasis indoor-outdoor. Waktu yang cocok untuk mendatangi tempat ini adalah ketika di musim kemarau. Selain dapat menikmati keindahan pemandangan selama perjalanan menggunakan kereta wisata, di musim kemarau anda tidak perlu membawa payung atau jas hujan. Bagi anda yang lebih suka menikmati wisata museum saja, anda dapat membeli tiket masuk tanpa harus membeli tiket kereta wisata. Jadi, biaya yang dikeluarkan juga lebih hemat.