Mohon tunggu...
Dani Hestina
Dani Hestina Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Kadang hidup perlu ditertawakan yaa....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Petuah Waleh

10 Februari 2018   14:52 Diperbarui: 10 Februari 2018   18:40 11032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilutrasi (@kulturtava)

Di sudut lecek jalanan, seorang anak kecil duduk sambil menggenggam plastik es teh. Sedotan kuning berwarna mencolok mengalirkan air dingin dari kantung plastik ke tenggorokannya. Pakaian kebesaran yang dikenakannya kumal dan tersabet noda di sana sini. Di sampingnya teronggok sekarung sampah yang ia seret dari jalanan sunyi. Gurat wajah polos anak-anaknya terlihat lelah dan lapar. Mata kecilnya memandangi siang yang gersang dan terik, ia duduk menepi pada pinggir jembatan sepi. Mengistirahatkan tangan kecilnya dari serakan sampah-sampah.

Ia duduk menunggu, siang ini Waleh akan menghampirinya, dia berjanji untuk membawakan makan siang.  Hari ini adalah hari pertamanya bekerja meski hanya menjadi pemulung, tetapi sejak hari ini ia  belajar hidup mandiri, ia mulai meninggalkan pekerjaan mengemisnya di perempatan sana.  Bagi anak usia delapan tahun sepertinya, ia mengidolakan Waleh. Betapa tidak, pemuda berumur kepala tiga yang masih bujangan itu seperti kakak baginya, ia adalah malaikat bagi dirinya dan anak-anak jalanan yang lain.

Bang Waleh, begitu  ia dan anak-anak lain biasa memanggil. Pemuda kurus dengan tatap mata sayu yang mengaku tinggal di jalan sejak remaja itu selalu mengajarinya banyak hal. Anak-anak itu tidak pernah menanyakan asal usul Waleh, yang mereka tahu Waleh adalah sosok yang menyenangkan, dan baik. Rambut jambul di kepalanya selalu membuat anak-anak polos itu menyebut dirinya anak jalanan sejati. Dan mereka ingin sepertinya.

Bekerja sebagai pemulung itu juga merupakan saran dari Waleh, ia bilang ia ingin anak-anak di jalanan itu memiliki masa depan yang berbeda. Ia tak ingin anak-anak terus hidup di jalanan sampai dewasa atau tua seperti dirinya. Dan awal dari semua itu ia mulai mengajari anak-anak hidup mandiri.

"Gimana kerjanya Je?"

Seseorang menepuk pundaknya pelan dari belakang, dan tahu-tahu Waleh sudah datang dan langsung duduk di sampingnya. Ia merogoh sebungkus nasi dari kresek hitam yang dibawa, meyodorkannya pada Je yang sudah kelaparan.

"Makasih Bang," Je menerima bungkusan itu. "Kerjanya capek," Je menjawab sambil membuka bungkus nasi dengan terburu, aroma tumis kangkung dan ikan goreng memenuhi hidung, membuat perutnya semakin lapar.

Waleh tersenyum lantas berkata, "Gapapa, pertama kali memulai apapun pasti gitu," 

"Apa yang kamu lakukan sekarang akan berguna di kehidupanmu nanti," Ia kembali berkata di antara decak nasi yang dikunyah. 

Ia akan memberi pengajaran untuk Je, ia ingin anak kecil itu suatu saat nanti menjadi orang sukses.

Hidup itu harus punya prinsip Je, harus bisa berdiri sendiri, jangan selalu bergantung pada orang lain, karena tidak seterusnya orang akan peduli pada isi perut kita. Anugrah hidup diberikan untuk dijalani, bukan untuk di rutuki. Tidak ada yang salah ketika kau dilahirkan bersama kesedihan dan tangisan sementara banyak orang di luar sana yang lahir dari kenyamanan. Tuhan tidak pernah salah memilihkan takdir, ketika kau dilahirkan dengan takdir itu, artinya Tuhan memilihmu untuk belajar.

Sesekali bolehlah kau mengeluh capek. Berhentilah sebentar. Jika sudah cukup, lanjutkan jalan itu, takdir tidak akan menjemputmu ke sini tapi kaulah yang harus menjemput takdir. Lihat Je, orang-orang tua yang mengemis di pinggir jalan itu, bukankah kita lebih baik dari mereka? Kau tidak ingin bukan, jika sudah tua nanti tetap mengemis seperti mereka? Maka tugasmulah mengubah hari esok, dimulai dari apa yang kau lakukan sekarang.

Je mengangguk-angguk mendengarkan petuah Waleh di hari pertamanya bekerja. Meski sedikit banyak ada yang tidak ia pahami dari kata-kata itu, tetapi mendengarkan Waleh berbicara selalu menyenangkan. Nasi di tangannya tinggal seperempat porsi.

Kau tidak perlu iri dengan nasib orang yang jauh lebih baik di luar sana, setiap orang punya takdir masing-masing, dan tugasmu hanyalah menjalani takdirmu sendiri. Mungkin ada orang yang mendapatkan kenyamanan tanpa usaha keras, karena memang mereka terlahir seperti itu. Tapi bagi kita, kenyamanan atau kesuksesan tidak pernah bisa didapatkan dengan cara instan. Kau harus bekerja keras, dan itupun tidak menjamin kau akan mendapatkannya suatu saat nanti. Tetapi belajarlah dari itu, kehidupan tidak bernah berjalan menurut keinginan kita.

Je mengangguk lagi, nasinya sudah habis. Ia sekarang menatap Waleh di sampingnya yang sepertinya masih akan berbicara banyak hal.

"Kau tahu? Di luar sana ada banyak orang sukses yang dulunya lahir dari keluarga miskin. Seseorang bernama Jan Koum, orang kaya si pembuat aplikasi, ah, apa ya namanya? Kau nggak ngerti apa itu aplikasi ya? Pokoknya itu. Dia dulunya orang tidak punya. Bahkan ketika Ibunya  sakit ia tidak mampu membeli obat. Tetapi ia tidak menyerah, ia berusaha agar bisa membeli obat dan membayar biaya pengobatan Ibunya. Ia ingin menjadi kaya agar bisa membeli segala hal yang diinginkan ibunya. Ia bekerja keras, dan dia dapatkan itu. Kesuksesan."

Je menyimak antusias segala hal yang dikatakan Waleh. Apalagi jika menyangkut dunia di luar sana. Ia tertarik, ia takjub pada  banyak hal yang diketahui Waleh.

Masih banyak kisah seperti itu yang bisa kuceritakan padamu Je. Dari belahan dunia sana, hingga di negri kita sendiri, orang-orang menginspirasi seperti itu banyak bertebaran. Ada yang membagi kisahnya pada dunia agar lebih banyak lagi orang terinspirasi, ada juga yang cukup dikenal lewat apa yang dia beri. Begitu banyak cerita itu harusnya sudah cukup memberi motivasi bahwa kemungkinan dan kesempatan itu akan selalu ada, termasuk untukmu Je. 

Menjadi orang sukses di masa depan itu penting Je, itu tandanya kau tidak menyia-nyiakan hidup yang diberikan Tuhan. Tapi perlu kau catat, kesuksesan tidak selalu identik dengan kekayaan, kekuasaan, dan hal sejenis lainnya. Mungkin saat ini kau belajar definisi sukses adalah orang yang kaya, itu bisa dipahami karena kau masih kecil. Tetapi suatu saat nanti, dalam perjalanan hidup kau akan menemukan, banyak orang menyebut dan disebut dirinya sukses tidak diukur dari prinsip-prinsip itu. Mereka sukses atas pencapaian yang mereka ciptakan sendiri, atas hal yang merupakan prinsip mereka. Setiap orang punya kriteria sukses masing-masing. Dan kau juga bisa menentukan suksesmu nanti seperti apa.

"Kau paham Je?"

"Paham Bang,"

"Jadi kau ingin sukses yang seperti apa?"

"Aku ingin jadi kaya,"

"Oke"

Perjuangkan itu. Kejar mulai sekarang. Jadi kau ngerti kan, kenapa aku selalu menyuruhmu untuk bekerja dan mandiri, karena apa yang kau inginkan tidak akan pernah kesampaian jika kau hanya diam. Kalau kau ingin sukses berusahalah! Kehidupan tidak akan pernah memberimu keberhasilan cuma-cuma.  Belajarlah dari banyak hal yang terjadi, dan dalam usahamu temukan jalan menuju kesuksesan itu sendiri.

Tapi jangan sampai hidupmu di penuhi ambisi.

"Ambisi itu apa Bang?"

"Ambisi itu...keinginan yang berlebihan. Kurang lebih begitu,"

Ambisi akan membuat perjalananmu berat. Karena kau merasa segala yang kau cita-citakan harus terpenuhi.  Kau ingat lagi, tidak semua hal yang kau perjuangkan akan berhasil kau miliki nantinya, meski dengan usaha terbaik sekalipun. Ada kalanya hidup juga harus menerima. Nah, banyak orang salah beranggapan soal ini. Mereka menganggap takdir apapun yang terjadi harus diterima saja, mereka enggan berusaha karena sudah takdirnya. Je, ada takdir yang tidak bisa diubah dan ada takdir yang bisa diubah. 

Kalau kau ditakdirkan miskin kau bisa mengubahnya dengan bekerja. Berbeda ketika kau ditakdirkan berambut hitam, kau tidak bisa mengubah itu.

"Bisa,  Bang Sidi itu rambutnya jadi merah,"

"Pinter. Tapi itu namanya di permax Je, bukan diubah. Rambut yang tumbuh dikepalanya tetep hitam,"

Je terdiam. Gitu ya bang?

Ya. Sampai mana tadi? Oh ya. Jadi Je, berusahalah untuk mengubah takdir itu. Mengubah apa yang memang harus diubah. Jalan yang harus kau lalui masih sangat panjang, jadi  lakukanlah yang terbaik, karena tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di hari depan. Esok lusa bisa jadi jalanan ini hanya akan menjadi masa lalumu. Dan aku berharap itu yang terjadi.

Dan tidak usah kau bertanya kenapa aku tidak menjadi sukses seperti apa yang selalu kukatakan. Aku tidak akan menjawabnya. Kesempatanku sudah tidak ada, tetapi bagimu, kesempatan itu masih terbuka lebar.  Maaf, ini bertentangan dengan yang kusampaikan tadi ya?

Aku tahu, tadi aku berkata kesempatan akan selalu ada, tetapi itu berlaku hanya untuk orang-orang yang bekerja keras di masa mudanya. Walaupun ya, aku...belum tua-tua banget. Tapi...ah sudahlah...aku punya latar kehidupan yang tak akan bisa kau pahami. Biarlah aku saja yang mengemis di jalanan ketika tua nanti. 

Kau Je, kau harus jadi orang sukses.

Kulon Progo, 9 Februari 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun