Pemilihan presiden AS pada tanggal 8 November 2016 lalu sudah berlangsung. Tak diduga, melalui hasil penghitungan cepat (quick count) Donald Trump terpilih menjadi presiden Amerika Serikat ke-45. Donald Trump menang dengan perolehan 290 suara elektrolal. Donald Trump terpilih menjadi presiden dalam usia 69 tahun dan akan dilantik pada tanggal 20 Januari 2017.
Donald Trump maju sebagai calon presiden dari partai Republik dan berpasangan dengan Mike Pence. Majunya Donald Trump sebagai calon presiden adalah hal yang kontroversial terutama dalam isu SARA. Banyak ucapan yang dilontarkan  Trump mengenai hal-hal yang berbau anti-Muslim. Salah satu yang paling kontroversial adalah ucapannya saat kampanye yang menyerukan pencegahan semua orang Muslim untuk memasuki wilayah Amerika Serikat. Tak dapat dielakkan, ucapan itu membuat geger seluruh dunia. Bagaimana tidak, seorang calon presiden AS dapat mengeluarkan isu SARA ekstrem seperti itu. Donald Trump akhirnya dikecam dan banyak yang memprediksi bahwa Trump tidak akan bisa menjadi presiden AS karena gagasan-gagasan kontroversialnya itu.
Kekejaman ISIS yang mengatasnamakan Islam memang membuat seluruh penjuru dunia dalam bahaya begitupula dengan Amerika Serikat. Kenangan buruk tentang peristiwa WTC 11 September 2001 yang didalangi oleh Al-Qaeda yang menimbulkan 3000 korban jiwa menjadi luka yang sangat dalam bagi AS dan juga mencemarkan nama baik Islam di mata Amerika Serikat. Penembakan massal yang terjadi di San Bernardino pada 2 Desember 2015 lalu dimana sepasang suami istri bernama Syed Rizwan Farook dan Tashfeen Malik yang menewaskan 14 orang juga memperburuk citra umat Muslim dimata AS. Dengan sering terjadinya teror yang mengatasnamakan Islam, mungkin saja masyarakat AS mengalami Islamophobia. Islamophobia sendiri adalah istilah yang merujuk kepada kebencian terhadap Islam.
Kampanye –kampanye yang dilakukan oleh Trump mengandung unsur-unsur Islamophobia. AS sendiri juga sedang mengalami Islamophobia. Awalnya Trump diprediksi tidak dapat mengalahkan Hillary terlebih dengan sikap rasis seperti itu, namun kenyataannya sekarang Trump adalah presiden terpilih AS. Dunia dilanda kebingungan, kenapa orang seperti Trump dapat terpilih dibalik dengan kontroversi yang dibuatnya itu.Â
Mungkin itulah dampak yang ditimbulkan akibat adanya Islamophobia. Orang-orang menjadi benci terhadap islam, sedangkan Trump dengan cerdiknya memanfaatkan kebencian itu untuk dijual pada kampanyenya. Rakyat AS yang sudah terkena Islamophobia akan sangat setuju dengan ide kampanye Trump agar AS dapat bersih dari kaum Muslim yang mereka anggap sebagai teroris.
 Fakta ini menunjukkan bahwa umat Muslim di seluruh dunia memiliki pekerjaan besar untuk memulihkan kembali citra mereka di mata publik AS. Pasalnya, Islamophobia sendiri bukanlah sesuatu yang baik karena jika dibiarkan akan mengarah kepada diskriminasi. Umat Muslim perlu untuk meluruskan kembali bahwa Islam bukanlah teroris. Teroris sejatinya bukanlah bagian dari agama manapun sebab tidak ada satu pun agama yang mengajarkan umatnya untuk saling membunuh. Sehingga, dalam hal ini tidak hanya umat Muslim saja yang perlu menghilangkan stereotype tersebut melainkan seluruh umat manusia di dunia agar tidak tercipta phobia-phobia lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H