[caption id="attachment_96781" align="aligncenter" width="500" caption="ke kiri Malioboro, ke kanan Pasar Kembang (yang tidak ada kembangnya) - foto daniel tanto -"][/caption] Malioboro, setiap kali ada orang berkunjung ke kota ini, pasti menanyakan seruas jalan ini. Saya yang seumur hidup tinggal di kota ini, kadang merasa heran, apa menariknya seruas jalan macet ini? Dari kecil saya sering sekali melewati jalan ini. Dahulu saya sewaktu SD jika hendak membeli pakaian atau sepatu, selalu diajak orang tua saya ke jalan ini. Dahulu toko terbesar di sini adalah toko Sami Jaya, sekarang toko Sami Jaya sudah menjadi phone market. Kadang jika malam, kami juga sering membeli gudeg di depan toko roti Djoen. Saya sendiri kurang suka, saya lebih suka gudeg Djuminten yang dekat pasar Kranggan. Tetapi sepertinya memang gudeg Malioboro yang "basah" dan "pucat" menjadi trademark tersendiri. [caption id="attachment_96785" align="aligncenter" width="500" caption="ini pertigaan menuju malioboro, sebelah kanan kami sebut "teteg sepur" yang berarti palang kereta - foto daniel tanto -"][/caption] Memasuki jalan Malioboro, jika seorang wisatawan akan berdebar,"Seperti apa sih?", maka bagi penduduk Yogya ini, akan sama berdebarnya, tetapi dengan pertanyaan lain,"seberapa macetnya?". Seingat saya, dahulu jalan Malioboro sempat dirubah-rubah, dari 2 arah menjadi 1 arah, kemudian 2 arah lagi, kemudian 1 arah lagi, tapi saat ini jalan ini hanya 1 arah saja. Tetapi jangan heran, aturan ini hanya berlaku dan ditaati kendaraan bermotor, jika andong (kereta kuda), becak, dan sepeda, bebas saja melawan arus di jalur lambat sebelah kanan jalan. [caption id="attachment_96794" align="aligncenter" width="500" caption="sebelah kiri adalah hotel Inna garuda, sebelah kanan deretan toko batik - foto daniel tanto -"][/caption] JIka anda berdiri di ujung jalan Malioboro, anda akan melihat hotel Inna Garuda, seingat saya ini hotel terbesar di kawasan ini. Sewaktu tahun 90an saya sering diundang acara seminar di Hotel ini, seiring waktu semakin jarang acara seminar di hotel ini. Mungkin karena mahal atau karena susah dicapai? Terus terang jika musim liburan, maka untuk mencapai ujung jalan Malioboro, membutuhkan usaha dan kesabaran yang besar. Manusia asli Yogyakarta justru akan menjauhi kawasan ini jika musim liburan. Kecuali jika "dipaksa" mengantar saudara atau teman yang nyasar ke kota ini. [caption id="attachment_96804" align="aligncenter" width="500" caption="seseorang tertidur lelap di depan hotel Inna garuda - foto daniel tanto -"][/caption] Seingat saya, di daerah Hotel Inna Garuda ini dulu ada patung PangSar Jend. Soedirman, tetapi kenapa saya tadi tidak melewatinya? Saya sewaktu kecil jika ibu saya mengajak saya potong rambut di seberang patung pak. Dirman itu. Sebuat barbershop dengan kursi, yang menurut saya saat ini menyeramkan, dengan teknik yang tidak kalah seram. Mereka menggunting rambut dengan gunting tajam, kemudian menipiskannya dengan gunting bergerigi seperti sisir. Untuk bagian cambang, mereka menggunakan semacam trimmer model lama, yang bentuknya lebih mirip gunting taman ayau tang. Penutupnya, leher saya di"kerok" dengan pisau cukur super tajam yang diasah dulu dengan sebuah sabuk kulit besar berwarna coklat. Setiap kali tukang cukur mengasah pisaunya di sabuknya itu, saya sangat merasa seram. Seusai di"kerok", leher saya diusap dengan handuk basah dan hangat. Nyaman, tetapi bekas lukanya jadi perih. Jadi jika saya melewati jalan ini, kenangan saya yang terkuat adalah tukang cukur di Barber Malioboro. Sebenarnya masih banyak cerita malioboro tempo doeloe, tetapi saya menyimpannya untuk nanti. Selanjutnya biar gambar dahulu yang bercerita, tentang kehidupan pagi di Malioboro. [caption id="attachment_96813" align="aligncenter" width="500" caption="seorang turis asing di shelter bis Transyogya, Malioboro - foto daniel tanto -"][/caption] [caption id="attachment_96814" align="aligncenter" width="500" caption="bus sudah datang - foto daniel tanto -"][/caption] [caption id="attachment_96815" align="aligncenter" width="500" caption="telepon umum koin dan kartu, saya sudah jarang menemukannya, ternyata di Malioboro masih ada - foto daniel tanto -"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H