Mohon tunggu...
daniel tanto
daniel tanto Mohon Tunggu... Montir - melukis dengan cahaya, menulis dengan hati...

bekerja di institusi penelitian suka menulis, memotret, dan berfikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Malioboro di Mata Orang Yogya - Reloaded

19 Maret 2010   07:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:19 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_97431" align="aligncenter" width="500" caption="gedung DPRD, sepi dan belum ada aktivitas, kenapa masih diletakkan di jalan ini? jika terjadi demo apalagi kalo demo soal sembako, kan malu dilihat turis-turis dan tentu memacetkan jalan - foto: daniel tanto -"][/caption]

lanjutan dari ini.

Melanjutkan jalan-jalan kita ke Malioboro kemarin dan kebetulan stok foto saya masih ada dan belum sempat diupload karena sesuatu dan lain hal.

[caption id="attachment_97440" align="aligncenter" width="500" caption="perpustakaan Malioboro, jam tutupnya sungguh menawan hati, saat anak sekolah pulang atau liburan, mereka justru menutup pintunya. kapan bacanya? - foto: daniel tanto -"][/caption]

Saya berjalan sambil mengingat apa yang berubah di jalan legendaris ini. Seingat saya alm ibu saya pernah bercerita jika di Malioboro ada Perpustakaan Negara. Beliau pernah menyarankan saya menjadi anggota di sana supaya bisa meminjam buku. Saya belum pernah menurutinya untuk menjadi anggota. Karena pada waktu itu, sesampainya di Perpustakaan Negara, saya mencium aroma horor yang kental. Koran lokal ditempel di dinding depan perpustakaan, rak-rak buku yang berbau sengak, dan pustakawan yang saya merasa umurnya pasti setara empu Tantular yang mengarang kitab Negarakertagama. Kenangan masa kecil itu membawa saya mencari kembali Perpustakaan Negara. Dan benar ternyata masih ada berdiri di Malioboro, kebetulan pagi itu belum buka. Kini bernama Perpustakaan Malioboro. Lokasinya di seberang hotel Inna Garuda. Saya jadi sangat heran. Kenapa pula masih dibiarkan di sini? Kenapa tidak dipindahkan saja dan gedungnya bisa dipakai untuk layanan turis atau hal lain? Sepertinya pelajar dan mahasiswa saja banyak yang tidak tahu di sini ada perpustakaan. Apa gunanya sebuah perpustakaan tanpa pembacanya? Banyak keheranan, tapi hanya pemkot yang dapat menjawabnya.

[caption id="attachment_97437" align="aligncenter" width="500" caption="gedung perpustakaan Malioboro, lis pintunya ada yang gompal - foto: daniel tanto -"][/caption] Ada lagi hal menarik yang saya temukan di jalan Malioboro ini, yaitu seorang dokter gigi dan ahli alat pendengaran berpraktek di salah satu gang di Malioboro. Lucu sekali, saya yakin mereka membuka praktek di sana semenjak Malioboro masih penuh andong dan sepeda. Silakan dicek TKPnya jika anda tidak percaya.

pelayanan gigi dan alat bantu dengar - foto: daniel tanto - Saya sampai di depan Mal Malioboro, mal pertama yang ada di kota ini. Mal ini pulalah yang berhasil “membunuh” para pesaingnya. Toko-toko tradisional segera mengerut dan mati semenjak raksasa yang dipanggil sebagai Mal ini berdiri. Saya ingat moderenisasi dan westrenisasi Malioboro diawali dengan adanya KFC di Malioboro. Tepat di seberang Gedung DPRD yang juga ikut menyesaki Malioboro. Foto tentang gedung DPRD ini nampak gelap, aneh, sepertinya seluruh ilmu fotografi saya tidak bisa menghasilkan gambar bagus untuk gedung DPRD. Ah, sebaiknya kita bahas KFC saja. Saya ingat sekali, bagi saya KFC adalah impian modern. Saya terbengong dan tidak berani masuk untuk makan. Akhirnya ketika SMA, seorang teman saya yang pernah sekolah di USA mengajak saya makan di sana. Dia mengorder dengan bahasa Inggris yang sophisticated, dan walaaaa.. 2 piring ayam dan ketang ada dihadapan kami. Rasanya? Pada saat itu rasanya sedap sekali. Entah karena belum pernah atau karena suasana restonya. Pokoknya “ndeso pol-polan”.

[caption id="attachment_97449" align="aligncenter" width="500" caption="KFC masuk di Malioboro th 90an (seingatan saya yang agak terganggu ini) - foto: daniel tanto -"][/caption]

Mal Malioboro, yang fenomenal dan berhasil menggilas toko tradisional, seperti yang saya sebut di atas. Di Mal ini pulalah lahir cinderamata baru bagi kota Yogyakarta, yaitu kaos Dagadu. Di lower ground mal ini konter pertama kaos Dagadu dilahirkan. Dan jangan heran seluruh manusia Indonesia mencontohnya. Untuk hal ini saya menyadari bahwa teori Darwin punya dasar, Sifat manusia memang kadang mirip monyet, yaitu suka meniru. Di semua sudut tempat wisata Yogyakarta, akan anda dapatkan kaos Dagadu, tentu saja palsu atau tiruannya, bahkan jika anda berjalan-jalan di Malioboro, tukang becak akan menawarkan anda 2 hal: 1. Bakpia dan 2. Kaos Dagadu.

[caption id="attachment_97454" align="aligncenter" width="500" caption="ada salah kaprah soal pintu utama mal malioboro, banyak yang mengira pintu ini, yang di sebelah resto Mc Donald - foto: daniel tanto -"][/caption]

Jika anda melangkahkan kaki terus ke Selatan, atau ke arah Alun-Alun Utara, maka anda akan melewati toko Samijaya, sekedar catatan, inilah toko terbesar di tahun 1980an, dan TIDAK sepeti David melawan Goliath, si Samijaya terjungkal melawan Malioboro Mal. Kalah telak dan sekarang disekat-sekat menjadi phone market.

inilah pintu utamanya, yang paling tengah - foto: daniel tanto -

Teruslah ke Selatan. Pagi itu saya sedang kurang beruntung, saya tidak bertemu dengan pemain angklung tuna netra yang biasa main di depan Hotel Mutiara. Mungkin terlalu pagi. Kata para penongkrong Malioboro, jika hendak beretemu dengan semua pengamen Malioboro, silakan datang antara jam 18-21.00. Biasanya mereka semua berkeliaran.

[caption id="attachment_97470" align="aligncenter" width="500" caption="bukti Malioboro masih nyaman - foto: daniel tanto -"][/caption]

Hotel mutiara ada 2, yang Utara adalah bangunan lama, seingat saya inilah bangunan pertama yang menggunakan pintu sensor otomatis di Yogyakarta. Pada waktu itu sangatlah megah. Saya belum pernah masuk ke dalam hotel ini. Kenangan saya tentang hotel ini di tahun 80-90an adalah sebatas pintu geser otomatis dan kafenya yang bisa dilihat dari trotoar pejalan kaki.

[caption id="attachment_97473" align="aligncenter" width="500" caption="bukti selanjutnya tentang kenyamanan Malioboro - foto: daniel tanto -"][/caption]

Maju sedikit dan sembari terhalang-halang mobil yang parkir di depan Hotel Mutiara baru, kita menemukan banyak sekali pedagang makanan di sini. Didominasi bakso dan nasi gudeg. Semua memakai gerobag, dan beberapa membuat tenda-tenda darurat untuk menampung para pengunjung. Kesan kumuh dan kurang bersih tercium kuat. Tetapi banyak juga para pekerja yang makan dengan nikmat di situ.

warung-warung di gang Malioboro, jika henda berkenalan dengan SPG, silakan makan di sini pada jam makan siang - foto: daniel tanto -

Sampai di di sini saya berhenti, jika diteruskan saya cuma menemukan WC umum dan gelaran pedagang kaki lima. Ada beberapa toko lawas berjualan batik disini. Di perempatan depan ada jalan ke kanan menuju pecinan Yogya Jl. Pajeksan. Jika ke kiri anda akan ke Jl. Suryatmajan. Bagi saya Malioboro hanya sampai perempatan itu. Selepas itu saya menganggap sudah teritori pasar Bringharjo. Jam sudah menunjukkan 08.30. Hampir satu jam saya berkhayal sepanjang Malioboro. Banyak yang berubah, karena dalam memori saya adalah Malioboro tahun 80an. Masa di mana saya masih anak-anak, dimana berjalan-jalan di Malioboro adalah kesantaian, belanja, dan membeli brem atau kuwe pancong (bahasa jawanya Rangen). Sesekali membeli bakpao Yong Yen yang jika dibuka tobong kukusannya akan mengeluarkan aroma gandum dikukus yang khas. Sekarang banyak penjual bakpao pindah ke depan rumah sakit Betesdha, apa karena sudah tidak menarik lagi berjualan di Malioboro?

[caption id="attachment_97498" align="aligncenter" width="500" caption="gedung kiri yang miring-miring potongannya adalah hotel Mutiara lama, sebelahnya toko Sami Jaya - foto: daniel tanto -"][/caption]

Note:

Foto foto diambil dengan kamera pocket, Kamis pagi 07.30 tanggal 18 Maret 2010.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun