Mohon tunggu...
daniel tanto
daniel tanto Mohon Tunggu... Montir - melukis dengan cahaya, menulis dengan hati...

bekerja di institusi penelitian suka menulis, memotret, dan berfikir

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

"Bakso Kobis" Bakso Model ngaYogyakarta Hadiningrat

27 Januari 2010   06:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:14 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah pecinta bakso. Menurut saya bakso adalah makanan yang sederhana, cepat, dan tidak merepotkan. Anda sedang lapar, setengah lapar, kenyang sekalipun, makanan ini dapat di'custom' sesuai takaran perut dan selera anda. Jika sedang lapar makan kita pesan model 'full dress' artinya pake mie, tahu, dan seluruh 'ubo rampe'nya, tapi kalo sedang kenyang bisa kita 'chop' menjadi bakso kuah saja. Fleksibel! Keunggulan lain adalah kecepatan penyajiannya, tanpa dimasak, tanpa banyak ribet, sudah bisa cepat tersaji di hadapan kita. Tidak heran jika penjual bakso bisa membuat ramuan bakso dalam waktu 2-5 menit saja! Bakso dalam pengetahuan saya, ada banyak macam, tapi yang Yogya punya selera biasanya ada tahu pong dan bakso goreng. Bakso kota lain biasane tahunya tahu putih, dan ada yang tanpa bakso goreng atau mie. Kalo bakso Yogya biasane lengkap, dengan tetelan ( hasil irisan daging sapi pada tulang-tulang ) dan kadang malah pake iso. Nah yang ini juga bisa direquest lengkap. Jadi saya merasa bahwa inilah bakso gaya Yogya. Yang membedakannya, bakso ini tidak memakai sawi hijau sebagai sayurnya, melainkan menggunakan irisan kubis alias kol. Agak aneh, tapi kalo suka rasanya yang kriuk-kriuk, cukup segar dan 'beda'. [caption id="attachment_62173" align="aligncenter" width="500" caption="hidangan lengkap"][/caption] Warung bakso ini berada di kompleks Stadion Sepak Bola (lama) Kridosono, di kotabaru, pusat kota Yogyakarta. Dengan harga Rp.7.000 saja per porsi anda bisa menikmatinya. Rasanya cukup, menurut saya, soal selera ya? Tapi saya suka bakso yang tidak banyak mengandung sodium, jadi gurih didapatkan dari kuahnya. Saya minta tanpa sodium/MSG pun rasanya sudah lumayan enak. Kalau favorit part saya disini adalah bakso gorengnya, tidak keras, dan cukup 'berbumbu'. Kalau bakso rebusnya, menurut saya sudah biasa, nothing special. Kesan saya, dengan tatanan penyuguhan yang teratur dan rapi, kebersihan yang lumayan, sambal yang sedap, irisan daging yang tidak pelit, saya merasa dalam skala 1-10, bakso ini bisa masuk nilai 7, sesuai lah dengan harganya, karena porsinya juga lumayan besar. Kapan anda main ke Yogya, cobalah menu ini, cocok dimakan sore sebenarnya, sayang kalau sudah jam 16.00 biasanya sudah habis. Salam Kuliner PS. FOTO-FOTO tetap pake HP saja... kalo ini tahu gimbal ala Semarang, tapi di Yogya juga: http://wisata.kompasiana.com/2010/01/26/sudah-tahu-tahu-gimbal/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun