Mohon tunggu...
daniel tanto
daniel tanto Mohon Tunggu... Montir - melukis dengan cahaya, menulis dengan hati...

bekerja di institusi penelitian suka menulis, memotret, dan berfikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

AMD Era Baru!

29 Desember 2009   08:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:43 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_45192" align="aligncenter" width="499" caption="digitalized your life"][/caption]

Ini bukanlah merek processor saingan Intel yang hebat betul itu, bukan pula ABRI Masuk Desa ala Orde Baru itu. Tapi ini sebuah fenomena, yang tentu saja ada di sekitar kita. Kalo dulu kita memiliki istilah OKB (Orang Kaya Baru) maka sekarang ini melupakan salah satu tindakan yang sering dilakukan oleh orang kaya baru (kadang malah orang kaya lama yang baru saja sadar kalo dia kaya) dalam menunjukkan eksistensinya dalam pergaulan. Jadi apakah AMD itu? (ini gaya guru SMP saya waktu menerangkan kimia yang menurut saya maha rumit itu) AMD adalah Asal Mahal Dibeli. Masak? Yakinlah saya tidak bikin-bikin. Sudah buanyaaak saya melihatnya. Saya punya bukti bukan janji J

AMD sudah menjangkiti sebagian besar teman teman saya. Dengan berbagai alasan dan dalih (tentu saja yang merendahkan diri demi meninggikan mutu) mereka membeli apasaja, baik itu barang maupun jasa, untuk meninggikan gengsi mereka. Handphone yang paling mahal, mobil yang mereknya Eropa, pakaian yang merknya ada di majalah-majalah terkenal, parfum? Apalagi! Segalanya merek (istilah barang bermerek bikin geli!) pokoke merek. Seperti salah satu teman saya dengan tampang kamso (kampung ndeso) berkata,”Ada mereknya enggak?” Ketika dia melihat sandal baru teman saya yang lain. Nah, semua barang ada mereknya dong, kecuali barang OEM. Emang kalo mereknya cap KelapaBulan terus dianggap tidak bermerek? Lha itu merek juga kan? Diregister dengan penuh semangat juga lho oleh pemilik mereknya. Memangnya “merek” itu kalo sudah diiklankan di makajalah dan muncul di TV? Tidak juga kan? Nah kalo para AMD tidak pernah percaya diri jika tidak memakai barang ber”merek”. Picik betul? Kasianjuga seh.

Para AMD yang biasanya lahir dari kalangan duit kaget, seperti dapat warisan, menang proyek, menang lotre, maling, dll, so pasti shock culturenya jadi bikin dia berAMD demi menutupi kekurangan diri atau untuk memasuki kawasan gaul yang dulu cuma jadi impiannya. Kalo dulu dia Cuma bisa membayangkan gimana rasanya naik mobil, ketemu temen di kafe, keluar duit sreet.. sreeet.. sreet… seakan setiap dunia berputar pasti dompetnya ikutan terisi. Nah jika sekarang dia punya duit, tentu saja dia pengen dong ikutan berha ha ha hi hi hi dengan kalangan yang dulu hanya jadi mimpinya. Seperti juga lagu, untuk membuktikan “Seberapa pantas” dia masuk kalangan itu maka dia mempersenjatai dirinya dengan barang-barang yang jamak dimiliki kalangan the Have. Jaim? Nggak ngerti lah! Nah kalangan AMD juga bisa dari hasil salah asuhan. Asuhannya siapa? Asuhan teman yang sesat, tapi paling sering temen kerja atau lingkungan kerja yang mid class (mid class memang tekanannya berat! Mo naek susah, mo turun gengsi) yang justru membuat seseorang jadi orang kamso bin AMD. Sadarlah, ini biro advertensi omset 100juta/bulan (bruto lho!) bukan Melrose Place. Bangunlah, ini biro pengacara yang membela gugat cerai dan waris, bukan kantor Ally Mc Beal! Uh, tapi kok tetep nikmat ya menutupi panca indra kita terus bermimpi, ini mungkin pula yg menyebabkan pabrik narkoba dan teman-temannya hadir dengan mudah di negara ini.

Barang-barang para AMD juga bisa ditebak, sepatu pokoknya yang mereknya sering kita dengar (tapi bukan yang diiklan ada artis sinetron lokal di TiVi), handphone so pasti merek finlandia (sebagian orang mengira itu buatan Jepang karena bunyi mereknya), jam tangan pastilah yang merek jepang atawa malah merek pakaian, justru tidak pake jam yang merek jam, contohnya: jika jam tangan merek SEIKO sebab itu merek jam, jika LEVIS itu merek celana maka jangan pake jam merek LEVIS (jika dan hanya jika ada!). Kacamata? Wuah jelas dong merek yang okey! Walaupun nggak ngerti spiritnya dari penciptaan kacamata tersebut. Ngertinya Cuma mahal dan banyak yang pake! Kasian banget malah ada yang nggak pas sama wajahnya tapi maksa ditempel juga di muka. Eh, fenomena baru juga, para AMD juga beli kacamata minus (minusnya Cuma ½) buat gengsian, biasanya frameless, so buat mengangkat wajahnya supaya lebih ber cerdas look! Kalo ditanya,”Itu min ya?”, “Iya dong, aku sering pusing kalo nggak pake kacamata. Kepaksa nih, abis nggak keliatan, kabur kemana-mana!”. Ups.. temenku yang min 1 ½ saja males pake kacamata, repot katanya.

Nah yang paling parah adalah dalam penggunaan barang AMD mereka. Sering mereka tidak pernah tau gimana menyalakan lampu kabut Mercedeznya. Atau menggunakan BlacBerry BOLD tapi ngga bisa kirim email! Karena enggak langganan serice-nya. Gimana bisa di optimalkan? Layanan GPS? GPRS? EDGE? Mau pake Google? Apalagi? Bingung? Mungkin artinya saja mereka kagak tau! Kalo kita pake mobile phone 1 saja cukup maka mereka pake 2! Kayak iklan Yakult,”Saya pake 2!”. Alesannya macem-macem, yg 1 buat keluarga yg satunya bisnis, tapi kadang keluarga nelpon no bisnis yang bisnis nelpon no keluarga! Nah, apa fungsinya? Lebih lagi parah lagi ada yang tidak pernah tau bagaimana menggunakan komputer (yang seharga sepeda motor baru) untuk kirim email! Bisa ngelus dada. Dan dapatkah anda bayangkan, saya pernah liat orang pake notebook Sony VAIO (entah beli resmi atau beli dari para carder) di pujasera mall, trus bukan ngetik kerjaan tapi nonton DVD! Ampun! Harusnya ada kursus kepribadian bagi orang yang kaya mendadak, supaya tidak overdosis gitu.

Bagaimanapun juga AMD ada dan hidup di antara kita, bagaimana menyikapinya? Ya biarkan saja! Kalo itu temen baik anda, ya di himbau supaya tidak over, tapi kalo itu musuh anda, biarkanlah berAMD supaya tambah dicela J. Tapi menyenangkan juga punya temen AMD, seringkali saya bisa beli barang 2nd mereka dengan hargamurah karena dikira rusak, karena gak bias makenya atau dianggapnya sudah tidak in lagi. Enak kan? Yah, manfaatnya buat teman-temannya memang lumayan. But, jangan pernah jadi salah satu dari mereka. Susah disembuhkan jika AMDnya sudah akut!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun