Hiruk pikuk kemeriahan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut telah berakhir. Jawa Barat berhasil keluar sebagai juara umum sekaligus mencatatkan Hatrick setelah memenangi 2 edisi sebelumnya. Jawa Barat berhasil meraih 195 emas, 163 perak dan 182 perunggu. Penghuni 3 besar ada DKI Jakarta dengan 184 emas, 150 perak, dan 145 perunggu disusul oleh Jawa Timur dengan 146 emas, 136 perak dan 143 perunggu. Tuan rumah Sumut berada di posisi ke empat dengan 79 emas, 59 perak dan 116 perunggu.
PON merupakan ajang olahraga nasional yang paling bergengsi. Setiap provinsi akan mempersiapkan atletnya untuk berlaga di kejuaraan multievent ini untuk meraih medali, tak terkecuali tuan rumah. Tuan rumah bahkan harus berbagi konsentrasi untuk mempersiapkan venue terbaik agar event yang digelar sekali 4 tahun ini bisa berjalan dengan baik.
Tujuan PON selain menjaring bibit atlet potensial untuk disiapkan ke multievent antar negara seperti Sea Games, Asian Games maupun Olimpiade juga untuk pemerataan pembangunan termasuk infratruktur olahraga. Tidak main-main, total anggaran penyelenggaran Pekan Olahraga Nasional kali ini adalah 3,94T yang sebagian besarnya diperuntukkan untuk mempersiapkan venue, meski anggaran segitu masih tergolong kecil dari anggaran PON edisi sebelumnya di tanah Papua. Salah satu anggaran yang paling be sar adalah pembangunan Stadion Utama Sumatera Utara yang menelan anggaran sebesar 587 miliar rupiah.
Stadion Utama Sumatera Utara digunakan sebagai penutupan PON XXI Aceh Sumut pada tanggal 20 September 2024 lalu. Besarnya anggaran yang dikeluarkan jika "hanya" untuk membangun venue penutupan PON SUMUT sepertinya terlalu berlebihan. Â Pihak pengelola mungkin dalam hal ini Dinas Pemuda Olahraga Sumatera Utara harus memikirkan akan jadi apa Stadion ini ke depan. Bukan hanya Stadion, semua venue yang digunakan saat PON berlangsung harus dikelola dengan baik ke depannya. Hal tersebut juga sempat diingatkan Presiden Jokowi saat pembukaan PON ke XXI di Aceh, dimana Presiden meminta kepada seluruh pihak terutama pemerintah daerah untuk menjaga dan merawat serta memanfaatkan venue sebaik-baiknya. Presiden mengingatkan hal tersebut berdasarkan pengalaman dari PON-PON sebelumnya dimana venue-venue yang dibangun terlantar begitu saja setelah gelaran PON selesai, termasuk venue yang memakan anggaran besar seperti stadion.
Berdasarkan catatan penulis, ada 3 stadion yang sempat terlantar begitu saja setelah hingar bingar PON. Stadion Palaran setelah PON KALTIM 2008, Stadion Utama Riau setelah PON RIAU 2012, bisa saja Stadion Lukas Enembe jika tidak dipakai dan stadion GLBA setelah PON JABAR 2016 yang sempat terbengkalai. Untungnya, Pemerintah Daerah memberikan hak pengelolaan GLBA kepada Persib Bandung, salah satu tim raksasa sepakbola di Indoneisa. Persib memiliki jumlah fans militan yang pantastis dan siap hadir ke stadion yang membuat pengelola mau tidak mau harus merawat stadion tersebut.
Bagaimana dengan Nasib Stadion Utama Sumatera Utara?
Stadion Utama Sumatera Utara memiliki potensi mengikuti jejak stadion Pelaran dan stadion Utama Riau jika tidak ditanggapi dengan serius. Salah satu alasannya adalah, kurangnya keterbutuhan akan penggunaan stadion yang memiliki kapasitas daya tampung besar. Biasanya, stadion berkapasitas besar digunakan untuk acara seperti konser atau bahkan kampanye politik selain gelaran olahraga. Â Uang masuk dari penyewaan stadion untuk acara-acara tersebutlah digunakan untuk perawatan dan perbaikan jika terjadi kerusakan, termasuk menggaji para pekerja disana. Di sisi lain, pemerintah daerah mungkin dilema jika harus mengeluarkan APBD untuk merawat stadion yang penggunaannya juga tidak jelas.
Salah satu Solusi yang tepat adalah meniru apa yang dilakukan oleh Pemkot Bandung yang menyerahkan hak pengelolaan GLBA kepada Persib Bandung. Tidak tanggung-tanggung, hak pengelolaannya diberi selama 30 tahun. Pihak pemkot dan pihak Persib Bandung yang diwakili PT Persib Bandung Bermartabat sepakat untuk saling melengkapi dengan biaya pengelolaan pemeliharaan dilakukan oleh kedua pihak. Selain itu, revenue juga akan masuk ke kedua belah pihak.
Disporasu atau siapapun nanti sebagai pengelola SUSU bisa meniru dengan melakukannya dengan tim terbesar di Sumatera Utara yaitu PSMS Medan. PSMS sama seperti Persib memiliki fans militan meski saat ini jumlahnya sudah tidak sebanding. Jika terjadi kecocokan bukan tidak mungkin hal itu dapat terjadi mesikipun yang menjadi tantangan bagi PSMS Medan adalah jarak yang cukup jauh dari Tengah kota Medan yang mungkin membuat pendukung berpikir 2 kali untuk datang ke stadion.Â
Masalah lainnya adalah jika stadion Teladan Medan yang berada di tengah kota Medan yang juga disiapkan untuk menjadi stadion kelas internasional selesai dibangun akan menjadi saingan berat Stadion Utama Sumatera Utara. PSMS mungkin akan lebih mudah dan menguntungkan jika kembali menggunakan stadion teladan karena ada historis sejarah disitu. Di tambah lagi, sedang menurunnya atmosfer sepakbola di SUMUT setelah hanya menyisahkan PSMS Medan di level sepakbola profesional, itupun di kasta ke 2. Praktis, akan ada 2 stadion sepakbola berstandart internasional plus stadion Baharuddin Lubuk Pakam yang jaraknya berdekatan. Jika tadi kota Medan dan sekitarnya seperti kota London yang memiliki banyak klub sepakbola profesional di satu kota, mungkin tidak perlu khawatir.Â
Bukan hanya stadion utama sumatera utara, venue cabor lain juga harus sama mendapatkan perhatian agar tidak terbengkalai begitu saja.Pembangunan  insfraturktur olahraga yang dibangung pemerintah untuk gelaran PON, hendaknya juga diikuti dengan membuat program nyata membangun budaya olahraga di kalangan Masyarakat. Jika Pembangunan hanya difokuskan ke bangunan fisik saja, maka venue-venue yang dibangun setiap PON akan terbengkalai begitu saja. Perbaiki tata kelola pembinaan olahraga prestasi dan permudah penggunaan venue. Beri keleluasaan Pengurus Cabor Daerah untuk menggunakan fasilitas tersebut untuk pembinaan.
Terlepas dari segala kekurangan penyelenggaran PON, Tuan rumah termasuk Sumut harusnya menjadikan ini sebagai kesempatan untuk melangkah lebih maju dalam hal prestasi olahraga. Dengan tersedianya venue-venue sekarang ini, harusnya ke depan tidak adalagi cabang olahraga berhenti atau kurang maksimal melakukan pembinaan atlet dengan alasan keterbatasan sarana dan pra sarana. Dengan begitu, PON edisi selanjutnya SUMUT mampu menyaingi Jawa Barat atau DKI Jakarta.
Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H