Mohon tunggu...
Daniel Fransisco Silitonga
Daniel Fransisco Silitonga Mohon Tunggu... Guru - Coach

Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Diary

Berkomentar Terlalu Banyak untuk Hal yang Dia Tidak Tahu Banyak

23 Juli 2021   12:53 Diperbarui: 23 Juli 2021   12:58 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosial media menjadi bagian penting untuk kita saat ini. Tempat untuk berkomunikasi dengan khalayak ramai, berkarya, bisnis, menerima informasi dan sebagainya. Selain itu, sosial media juga sering dijadikan sebagai tempat untuk "memerkan" apa saja. Mulai dari prestasi, kebaikan, belanjaan baru, makan apa, makan dimana dan sebagainya.

Mungkin, semua itu karena sifat manusia yang haus akan pengakuan. Tidak salah. Tingkat kebahagiaan orangpun juga berbeda. Ada yang dengan menampilkan prestasinya di sosial media sudah membuatnya bahagia. Ada yang bahagia saat menampilkan fotonya di luar negeri atau di mall. Bahkan ada yang sudah merasa bahagia saat dia ada waktu untuk sekedar ngopi sambil menghisap sebatang rokoknya.

Segala hal yang dimuat di postingan sosial media kita tidak lepas dari reaksi yang melihatnya. Reaksi yang munculpun beragam.  Ada yang ikut senang saat kita menampilkan pencapaian kita. Ada yang turut bersimpati saat kita menampilkan kesusahan kita. Bahkan ada yang sebaliknya.

Rekasi yang muncul akhirnya membentuk persepsi orang terhadap kita, entah itu buruk atau baik, salah atau benar. Syukur-syukur dapat positif.  Tapi sayangnya tidak selamanya begitu.  Yang sering kali terjadi, terlalu banyak orang berkomentar untuk hal yang sebenarnya merekapun tidak tau banyak.

"Uda banyak lah ya uangmu?"

"Nyogok berapa supaya bisa masuk?"

"Siapa orang dalammu?"

Komentar semacam itu sering muncul saat kita menampilkan pencapaian kita, meskipun ada tanda tanya di kalimat itu. Entah niatnya bercanda atau tidak, tapi tetap aja itu hal yang tidak mengenakan kepada yang ditujukan. Untuk sebuah pencapaian, harus mengorbankan banyak hal, mulai dari waktu, uang, tenaga dan lainnya. Dan setelah itu dia mendapat komentar semacam itu?

Tak sedikit pula yang iri bahkan bermaksud merendahkan.

"ngga layak.."

"kemampuanmu sebenarnya biasa aja"

Respon sedemikian memang tidak bisa kita hindari dan tidak bisa dikendalikan (filosopi teras). Tapi untuk orang yang sulit memberikan respect atas pencapaian orang lain bahkan berkomentar negatif sebaiknya dihindari.

Karena sampai kapanpun, dia selalu ada pikiran negatif untuk hal yang sebenarnya positif. Seperti kata pepatah, sulit untuk meyakinkan lalat bahwa bunga jauh lebih baik daripada sampah.

Berkomentar terlalu banyak untuk hal yang sebenarnya dia tidak tahu banyak adalah DUNGU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun