Namun, kalau kita agak bersabar sedikit dan menyelesaikannya sampai akhir, kita akan tercengang. Dan inilah yang kemudian muncul keinginan untuk membaca ulang bukan dengan rasa kebosanan lagi.
Dan apa yang membuat tercengang ? Perendahan nilai-nilai martabat manusia sampai serendah-rendahnya tanpa ada pengharapan lagi. Bukankah kondisi keluarga Joad monoton, membosankan, dan ingin-ingin cepat-cepat menyelesaikan takdir mereka ?
Ternyata cerita dibangun dengan pesan tersebut sampai sedetailnya sehingga terkesan realistik dan naturalistik. Awalnya, perendahan martabat petani yang dilepaskan secara paksa dari tanahnya. Masih bertahan karena ada harapan di California. Sampai akhirnya tidak ada jalan keluar lagi. Tidak ada pengharapan lagi.
"Having taken God like power, we must seek in ourselves for responsibility and the wisdom we once prayed some deity might have," tutur John Steinbeck dalam Acceptance Speech Nobel Lectures, Literature, 1962.Â
Sungguh suatu isi dan bentuk cerita yang padu. Selamat membaca (kembali)...
Daniel Setyo Wibowo
Catatan: pernah dimuat di blog pribadi tanggal 19 November 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H