Buku ini memang buku lawas. Cetakan pertamanya saja tahun 1990. Tapi, apakah lantas buku ini tidak relevan dan jadul ? Kalau kita membaca sungguh-sungguh, maka kesan jadul itu sirna dengan sendirinya. Buku ini masih sangat relevan untuk hari ini meskipun data-datanya perlu diperbaruhi dengan data-data saat kini.Â
Masalah dan jalan keluar yang disampaikan masih tetap aktual. Apalagi, dewasa kini masalah rokok sangat mengkhawatirkan banyak pihak. Iklan berada di mana-mana mengikuti manusia dimanapun, membombardir anak-anak remaja, bahkan balita. Ini tidak terlepas dari peran media massa juga.Â
Apalagi kini banyak balita sudah kecanduan merokok. (Jadi, balita yang merokok bukan soal kelainan lagi (individual atau kasuistis sifatnya dan direduksi menjadi masalah mayoritas - minoritas) seperti yang banyak dihembuskan pemberitaan dewasa kini. Bukan hanya satu dua kasus balita yang kecanduan sehingga bisa disebut kelainan. Karena itu peran iklan rokok penting dipertanyakan oleh publik yang tidak terbatas hanya pada media massa besar.)
Padahal, tingkat keparahan masalah rokok ini dipertinggi dengan sikap keengganan pemerintah secara substansial membendung arus penggalaan rokok karena nikmatnya cukai yang begitu besar, membuat kita miris.
Buku ini memberikan sumbangan yang tulus dari upaya penulisnya yang prihatin terhadap masalah rokok. Awalnya, mungkin masalah pribadi (keluarga) seperti kehilangan isteri dan anak (perokok pasif) yang dikasihinya karena kecanduannya merokok. Tapi, ia juga menembus batas-batas pribadi dan keluarga bahkan agamanya mencapai universalitasnya.
Kesaksian almarhum Abuya Sutan Mansyur, pimpinan Muhammadiyah (guru Buya Hamka) tentang rokok mengesankan. Kesaksian almarhum Abuya Sutan Mansyur itu antara lain disampaikan Muhammad 'Imaduddin' Abdulrahim PhD dalam kata pengantarnya. "Saya berhenti merokok sesudah menyadari bahwa merokoklah satu-satunya pekerjaan yang saya lakukan tanpa membaca Basmalah, sehingga saya yakin bahwa pekerjaan ini pasti pekerjaan syaithan," tulisnya. (hal. 12).
Karena itu, buku yang fisiknya lawas ini tetap layak dibaca dan diambil manfaatnya. Ia perlu mendapat apresiasi dalam hati pembacanya yang tidak terbatas pada orang-orang Islam saja. Selamat membaca.
Daniel Setyo Wibowo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H