Dengan alasan moral, politik etis Belanda memang berhasil mengenyahkan bandar-bandar opium yang sebenarnya adalah ciptaan Belanda sendiri. Sebagai gantinya, penjualannya di tangan Belanda sendiri. Dengan demikian, keuntungannya berlipat-lipat.Â
Selain itu, kesadaran orang-orang Jawa di bawah kendalinya, tanpa perlawanan yang berarti sampai berakhirnya kekuasaan Belanda sendiri karena dipaksa Jepang.
Buku ini merupakan penelitian James R. Rush dimulai di Yale University. Sungguh sangat bermanfaat untuk mempelajari lebih lanjut tantangan-tantangan kini dalam bentuk-bentuk barunya seperti narkotika dan yang lebih dekat dengan opium adalah rokok.Â
Belajar dari sistem-sistem dan kultur yang terjadi di masa lalu, kita bukan hanya memetik hikmah saja tetapi lebih mampu memahami sistem yang sekarang terjadi sehingga menyiapkan antisipasi yang mungkin akan terjadi di masa depan. Itulah gunanya sejarah.
Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penerbit MataBangsa yang dilakukan E.Setiyawati Alkhatab, juga perlu dilihat dalam konteks itu sehingga buku ini tidak hanya menjadi milik elite intelektual di kantung-kantung lembaga universitas atau LSM, tetapi juga dapat memberi semangat publik.Â
Dalam banyak hal, misalnya, buku ini juga mengacu sejarawan seperti Onghokham. Dan, ia sosok anti-rokok (saudara sepupu candu) mulai di era BPPC meskipun ia tetap hedonis masakan dan minuman.
Akhirnya, meskipun buku James R. Rush ini diterbitkan dalam Bahasa Indonesia delapanbelas tahun yang lalu, kiranya masih relevan untuk masa kini mengingat narkotika (dan tentunya rokok) masih mencengkeram bangsa Indonesia. Selamat membaca (kembali).
D. Settyo Wibowo
Tinjauan ini mengalami pembaruuan dari tulisan yang pernah dimuat di blog pribadi tanggal 1 Juni 2012.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI