Mohon tunggu...
Daniel SetyoWibowo
Daniel SetyoWibowo Mohon Tunggu... Tutor - Tutor kelompok belajar anak-anak

Seorang warga negara Indonesia yang mau sadar akan kewarganegaraan dengan segala ragam budaya, agama, aliran politik, sejarah, pertanian / kemaritiman tetapi dipersatukan dalam semangat nasib dan "imagined communities" yang sama Indonesia tetapi sekaligus menjadi warga satu bumi yang sama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dahulu Kita yang Munafik atau Kita Sekarang yang Munafik?

9 Juli 2019   09:55 Diperbarui: 9 Juli 2019   09:58 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lewat sejarah bisa mengenal dan memahami hubungan timbul balik antara masyarakat dan negara" Onghokham.


Demikian kata sejarawan yang gemar dengan dongeng, Onghokham almarhum. Seorang hedonis makanan dan minuman (wine) sekaligus seorang gourmet  (ahli dalam mencicipi / menilai makanan) dan antipati terhadap rokok atau kegiatan merokok meskipun awalnya perokok berat.

Lewat bukunya Rakyat dan Negara yang sebenarnya berupa kumpulan artikel yang pernah diterbitkan di majalah Prisma, Horison, dan buku terbitan LIPI Masalah-masalah Internasional Masa Kini. Buku ini sendiri sudah terbit 36 tahun yang lalu. Boleh jadi orang mengatakan sudah tidak up to date atau daluwarsa. Tapi, ketika kita membacanya tidak terkesan ketinggalan zaman. 

Justru sebaliknya yang terjadi meskipun banyak pemikiran dan peristiwa hingga 2019 kni, kita diajak mengenal lebih dalam tentang orang Indonesia dan keindonesiaan. Lewat sejarah, kita bisa mengenal dan memahami hubungan timbal balik antara masyarkat dan negara, kata Onghokham.

Tidak hanya itu, lewat sejarah kita mengenal diri kita melalui refleksi-refleksinya. Sejarah bukan sekedar menyajikan fakta-fakta (meskipun juga sering dipakai penguasa sebagai 'pembenaran' dan legitimasi pemerintah sehingga tidak jarang penulisan sejarah yang dibelak-belokkan) Ia bisa menjadi sarana yang efektif dalam pemahaman diri. Bagaimana ini bisa terjadi ?

Lewat delapan artikel dalam buku ini, Onghokham menguakkan siapa diri kita, siapa orang Indonesia, apa itu keindonesiaan. Dalam peristiwa-peristiwa sejarah, Onghokham mau membeberkan jati diri kita, masyarakat Indonesia, seperti halnya Mochtar Lubis mengungkap diri kita dalam Manusia Indonesia dalam kehidupan kebudayaan kita.

Artikel pertama, langsung menusuk jantung masalah identitas kita, berjudul Sukarno : Mitos dan Realitas. Di awal-awal tulisan ini, Onghokham menggugat identitas kita. "Persoalannya kini bukan saja 'Siapakah Sukarno', tetapi juga 'siapa sebenarnya kita dahulu dan siapa kita sekarang' ? Apa dahulu kita yang munafik atau sekarang kita munafik ?", tegasnya.

Dengan pendekatan historis terhadap Sukarno, Onghokham menemukan bahwa Sukarno dan perjuangannya terhadap 'marhaen' (entrepreuneur kecil) berhadapan dengan "Establishment' ternyata berdiri sendirian, tidak dikelilingi oleh kawan-kawan seperjuangan yang sebanding. Tidak Hatta, tidak juga Syahrir. Ia hanya memiliki sekutu-sekutu, fraksi-fraksi, teman atau pengikut, dan para pengagum, tetapi bukan partner, rekan kerja.

Di akhir karir politiknya pun, ia berdiri lagi. Tapi, lagi-lagi sendirian. Ia ingin mencoba memberi arah pada jalannya revolusi, tetapi lagi-lagi sendirian. Ia berdiri sendirian di tengah-tengah arus umum yang menentangnya.

"Persoalannya kini bukan saja 'Siapakah Sukarno', tetapi juga 'siapa sebenarnya kita dahulu dan siapa kita sekarang' ? Apa dahulu kita yang munafik atau sekarang kita munafik ?"

Refleksi Seorang Peranakan

Artikel kedua berjudul Refleksi Seorang Peranakan Mengenai Sejarah Cina-Jawa, tidak sekedar menelaah bagaimana proses adaptasi para pendatang Cina, dan sekaligus pembauran Cina-Jawa dengan para pangeran Jawa, penduduk maupun VOC / Hindia Belanda. Terkadang proses itu meninggalkan trauma-trauma, misalnya pembantaian orang-orang Cina pada tahun 1740 oleh Belanda, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun