Nama Harry Potter seakan membawa keberuntungan, bukan hanya bagi penulisnya Joanne Kathleen Rowling, tetapi juga penerbit buku dan produser film. Industri buku menggeliat, termasuk di Indonesia yang minat bacanya termasuk kategori yang rendah.Â
Nama itu sungguh bertuah.Tidak diragukan lagi buku fiksi Harry Potter diterjemahkan ke berbagai bahasa, dibaca berbagai kalangan, tidak hanya anak-anak, dicetak ulang sampai beberapa edisi, dan beberapa difilmkan dalam layar lebar. Laris manis.
Apa rahasianya sampai-sampai buku Harry Potter begitu sukses sedemikian rupa ? Apa yang menjadi andalan utama penulisnya J.K Rowling meraih sukses itu ? Ia kini tidak hanya penulis yang kaya raya, tetapi juga masuk dalam kategori penulis papan atas.Â
Padahal, waktu itu ia hanyalah seorang pemula. Mungkin, trik-trik bisnis yang jitu atau eksploitasi kisahnya yang membuat simpati khalayak seperti ia janda yang harus menghidupi anaknya, miskin tetapi mempunyai kemauan untuk menulis ?Â
Mungkin saja itu. Tapi, yang jelas karyanya digemari anak-anak, remaja, dan orang tua. Karena itu, perhatian perlu dipusatkan pada karyanya sendiri. Faktor-faktor luar hanya mendukung saja.
Kalau perhatian pada karya itu sendiri, maka proses munculnya karya itu sendiri juga lalu menjadi hal penting. Idenya dari mana ? Dan, apa motivasi menulis buku semacam ini ? Ini yang menarik.
Joanne, nama panggilan penulis, mengatakan bahwa ide itu datang begitu saja. "Tiba-tiba gagasan cerita Harry Potter muncul di pikiranku. Aku tak bisa mengatakan mengapa atau apa yang memicunya.Â
Namun, ide tentang Harry dan sekolah penyihir sangatlah jelas," katanya di School Library Journal (hal. 30). Ia mengaku ide itu muncul dalam situasi sedang naik kereta api. Sementara kereta api mengalami kemogokan dan penumpang harus menunggu di dalam kereta.
"Tiba-tiba gagasan cerita Harry Potter muncul di pikiranku. Aku tak bisa mengatakan mengapa atau apa yang memicunya. Namun, ide tentang Harry dan sekolah penyihir sangatlah jelas," kata  Joanne Kathleen Rowling di School Library Journal.
      Bagaimana dengan nama bertuah itu, Harry Potter, atau Lilly Potter atau sebutan "Muggles" ? Nama yang bagus menggugah minat. Banyak diakui kalau Joanne memang pintar menciptakan kata-kata atau nama-nama yang mengagumkan. Untuk Harry Potter dan Lily Potter dengan nama belakang keluarga Potter, kata Joane, diambil dari nama teman kecilnya yaitu Ian dan Vikki dari keluarga Potter. Sedangkan nama Harry adalah nama baptis kesukaan Joanne.
Plagiator ?
Ide itu muncul tiba-tiba, dan nama-nama unik itulah yang menarik dikaji, terlepas dari kesuksesan dan kebahagiaan Joanne. Apa yang dikaji adalah otentisitasnya.Â
Bukankah masalah itu bisa dikembalikan ke pengadilan seperti halnya tuntutan plagiator oleh Nancy K. Stouffer yang pada akhirnya dimenangkan Joanne ? Bisa saja dan sangat bisa.Â
Tuduhan itu tidak terbukti. Tapi, masalah otentisitas, integritas, bukan hanya menyangkut masalah hukum semata, tetapi lebih pada masalah kualitas pribadi, atau istilah sekarang adalah soal karakter.
Masalah itu muncul justru ketika Harry Potter yang sudah meroket dan digemari di seluruh dunia dibandingkan dengan Legend of Rah and the Muggles karya Stouffer pada tahun 1984. Sementara Harry Potter ditulis pada tahun 1997.
Tokoh utama karya Stouffer adalah Larry Potter. Ia seorang yatim piatu seperti halnya Harry Potter. Dalam karya Stouffer juga ada tokoh Lily Potter seperti halnya dalam karya Joanne.Â
Dalam karya Stouffer ada tokoh dengan sebutan "The Keeper of Gardens" sedangkan dalam Harry Potter, tokoh Hagrid dijuluki "Keeper of the Keys". Stouffer memunculkan istilah baru "Muggles" yaitu peri-peri yang menjaga 2 anak yatim piatu. Dalam Harry Potter, istilah "Muggles" adalah sebutan di kalangan penyihir bagi orang-orang yang bukan penyihir.
Sayangnya, kesaman-kesaman itu ditanggapi oleh pengacara J.K Rowling bahwa jika J.K.Rowling telah membaca karya Nancy Stouffer, tentu ada keterpengaruhan dalam karyanya (h. 264).
Apakah Joanne telah membaca karya Stouffer dan memperoleh inspirasi dan idenya ? Tidak disebutkan dengan jelas. Harry Potter mengingatkan nama teman-teman kecilnya dan nama babtis kesukaannya. Sedangkan idenya muncul tiba-tiba. Pengarang yang disukai Joanne yang terkait langsung adalah Elizabeth Goudge dengan karyanya The Little White Horse (h.270).
Kalau Joanne, tidak pernah membaca Stouffer, maka kesaman-kesaman itu dan ide-ide tentang penyihir hanyalah kebetulan saja. Nama-nama dan istilah-istilah boleh mirip, tetapi yang menjadi permasalahan jauh lebih mendasar. Apakah pikiran manusia, termasuk imajinasi yang menghasilkan ide itu, muncul tiba-tiba ? Bukankah itu ahistoris?
buku109a-5cedfb445797672b1460eed8.jpg
Sedangkan kalau Joanne memang pernah membaca dan diinspirasikan dari Stouffer, lalu masalah otentisitas terpecahkan. Dan, tentu hal ini akan berpengaruh pada masalah-masalah lain seperti hukum, keuntungan, nama baik, dan lain-lain. Tapi, ide dengan demikian tidak muncul tiba-tiba (atau muncul dari ketiadan).Â
Otentisitas dalam kepengarangan berarti asli atau tidaknya suatu karya. Kata asli sendiri ternyata agak kabur. Asli berarti orisinal dan asli berarti otentik. Disebut orisinal bila suatu karya dihasilkan tanpa pikiran, bantuan, dan nasehat orang lain.Â
Hampir mustahuil suatu karya dalam arti ini, yaitu tanpa pengaruh karya orang lain. Disebut otentik bila suatu karya itu berasal dari dirinya meskipun dengan bantuan dan bahan dari orang lain.
Sayangnya, kesaman-kesaman itu ditanggapi oleh pengacara J.K Rowling bahwa jika J.K.Rowling telah membaca karya Nancy Stouffer, tentu ada keterpengaruhan dalam karyanya
 Dengan demikian, Harry Potter bisa dikatkan otentik, meskipun menggunakan bahannya dari Stouffer. Tapi, muncul keanehan lagi karena Joanne mengaku menggunakan bahan The Little White Horse karya Elizabeth Goedge yang menjadi penulis kegemaranya yang tentunya juga salah satu bahan seperti halnya Legend of Rah and the Muggles karya Nancy Stouffer .
 Bagaimanapun juga, kesuksesan Harry Potter teleh berada di hati pembaca. Tidak masalah dari mana inspirasinya dan asal-usul nama-nama itu. Dan, karena itu, peran-peran selain kepengarangan sangat menentukan.
Buku ini sangat bermanfaat memberi informasi tentang bagaimana keberhasilan suatu buku. Â Menarik. Â Â
Daniel Setyo Wibowo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H