Mohon tunggu...
Daniel SetyoWibowo
Daniel SetyoWibowo Mohon Tunggu... Tutor - Tutor kelompok belajar anak-anak

Seorang warga negara Indonesia yang mau sadar akan kewarganegaraan dengan segala ragam budaya, agama, aliran politik, sejarah, pertanian / kemaritiman tetapi dipersatukan dalam semangat nasib dan "imagined communities" yang sama Indonesia tetapi sekaligus menjadi warga satu bumi yang sama.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Semuanya Ithu Namanya Bali"

25 Mei 2019   14:40 Diperbarui: 26 Mei 2019   15:10 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : berbagaireviews.com

Kita sering mendengar dan membaca bahwa Pulau Bali lebih terkenal dari pada Indonesia di mata internasional. Karena itu, tidak jarang orang-orang Indonesia di Amerika atau Inggris atau tempat lain di dunia internasional sering ditanya tentang letak Indonesia di sebelah mana dari pulau Bali. Buku-buku novel pop yang laris dan tidak jarang diterjemahkan ke Bahasa Inggris, juga tidak jarang mengulang-ulang lelucon klise ini.

Lelucon klise dan garing ini selalu berakhir dengan penjelasan dari orang Indonesia yang merasa tersinggung rasa nasionalismenya dengan jawaban serasional mungkin dengan menggunakan logika seperti Aristoteles (384 SM -- 322 SM) atau G. Frege (1848 -- 1925). Bahwa Bali itu bagian dari Indonesia. Atau bahwa Indonesia itu bukan hanya Bali. Masuk akal, bukan ? Peta geografi juga menunjukkan hal itu.

Gali Sejarah

Para tokoh ternama di Indonesia bahkan tokoh sekelas presiden juga tidak jarang mengatakan hal yang sama seperti dikatakan kebanyakan orang bahwa Indonesia bukan hanya Bali.

Tampaknya, kalimat seperti itu ditujukan bukan untuk orang Indonesia, tetapi pada orang-orang asing, turis-turis asing, pelancong-pelancong asing.

Maksudnya agar turis-turis asing itu diminta tidak hanya ke Bali saja, tetapi juga tempat-tempat wisata di Indonesia. Apa yang dipikirkan banyak tokoh itu ternyata tidak berbeda dengan kebanyakan orang. Rata-rata.

Kalau kita memperhatikan dan menggali sejarah lebih jauh, misalnya hubungan antara VOC (orang-orang asing) dengan masyarakat pribumi, mungkin lelucon klise itu bisa menjadi lebih menyegarkan, menarik, dan inspiratif.

Kita coba gali, misalnya tulisan sejarawan ternama A.B. Lapian almarhum dalam "The VOC in Contemporary Indonesian Writings" dalam Masyarakat Indonesia. Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia, Agustus 1985 Jilid XII No.2, hal. 135 -- 145, yang juga pernah disampaikan dalam simposium "Amsterdam, the VOC and the World of 1632" peringatan ulang tahun ke 350 Universitas Amsterdam, tanggal 12 -- 14 Januari 1982.

Kumpeni

Dalam tulisan itu, Lapian menguraikan bagaimana hubungan VOC dan masyarakat pribumi yang menyebut sebagai "Kompeni", "Welanda", "Wolanda", atau "Holanda". VOC telah mengubah peta Kepulauan Indonesia secara radikal dan akhirnya menjadikan daerah ini sebagai jajahan Belanda.

Hubungan "Kumpeni" dengan misalnya masyarakat Bali sejak kedatangan pertama kalinya ke pulau itu, menunjukkan keinginan menjajah itu. Mereka datang dari negara yang sangat besar, lebih besar dari pada Cina. Sementara Bali hanyalah pulau atau kerajaan yang sangat kecil. Ditunjukkan kepada masyarakat Bali suatu peta dunia dan memang Bali hanyalah berupa titik yang sangat kecil.

Sementara Belanda seperti ditunjukkan awak kapal Belanda Aernoudt Lintgens lebih besar dari pada Cina dengan mengatakan, "wees ick hem Neerlandt, Duitslandt, Oestlandt, Nooerweghen, ende een stuck van Moscovijen, dan gaff het all de naem van Holandt" (Dikutib dari Terpstra, H. (1938), "De Nederlandsche voorcompagnieen", dalam Geschiedenis van Nederlandsch Indie, vol. II, o.l.v.F.W. Stapel, Amsterdam : Uitgeversmaatschappij "Joost van den Vondel, hal. 347 atau bdk. Arnoudt Litgenszoon "Bertemu Raja dan Para Pengikutnya" dalam Adrian Vickers (2012), Bali Tempo Doeloe, hal. 49 -- 57).

Kalau dulu orang-orang Bali kecewa ketika melihat kenyataan bahwa Bali hanya setitik di peta itu sedangkan Belanda sangat luas sekali. Mungkin sekarang setelah melihat peta dunia dan melihat negara Belanda seluas apa, orang-orang Bali akan tersenyum.

Londo Amerika

Kita mencoba untuk menelusuri kembali lebih jauh dari common sense (sensus communis) orang Jawa terhadap bangsa Belanda ini. Orang Jawa akan menyebut orang-orang kulit putih itu sebagai orang Belanda.

Tampaknya tidak peduli apakah mereka itu berasal dari Amerika, Rusia, Spanyol, Portugis, dan sebagainya. Orang Jawa akan menyebut mereka sebagai "londo Amerika" (Belanda Amerika), "londo Inggris" (Belanda inggris), "londo Itali" (Belanda Italia), "londo Jerman" (Belanda Jerman), "londo Prancis" (Belanda Prancis), "londo ireng" (Belanda hitam, yaitu tentara Belanda yang direkrut misalnya dari Ambon), "londo Depok", dan sebagainya.

Sebutan-sebutan itu bukannya karena orang Jawa tidak bisa membedakan antara bangsa Belanda dengan bangsa lainnya yang berkulit putih atau salah persepsi karena mempunyai ciri umum fisik yang sama, dan digebyah uyah (disama ratakan) semuanya sebagai Belanda.

Tapi, hal ini mempunyai latar belakang historis, yaitu hubungan timpang antara Belanda yang menjajah (dominasi) dan kepercayaan orang-orang Jawa, di samping sistem feodalis yang berlaku.

Jenderal Pinter Rebut

Karena itu, tidak heran bila misalnya Jenderal Pieter Both disebut orang Jawa sebagai Jenderal Pinter Rebut, yang bunyinya mirip. Artinya, Jenderal yang pandai merebut milik orang lain. Atau Jan Pietersz Coen disebut Jangkung (tinggi), Baron van Imhoff dengan Himop, Iron Marshall Daendels dengan Mareskalek atau Mas Kalak.

Setelah meninjau konteks historis demikian, kita mungkin akan menjawab lelucon Indonesia terletak disebelah mana dari Pulau Bali itu dengan lebih kreatif. Saya mengusulkan bagaimana kalau kita menjawab bahwa Bali itu sangat luas, lebih luas dari pada Belanda (dan Belanda lebih luas dari pada Cina).

Jadi, tidak sekedar setitik seperti ditunjukkan Aernoudt Lintgentszoon. Ada Bali-Borobudur, Bali-Aceh, Bali Raja Ampat, Bali-Jakarta, Bali Toraja, Bali-Komodo, Bali-Indonesia. Dan, dengan memperlihatkan peta atau google map, seperti dilakukan awak Belanda dari De Houtman Bersaudara itu. Kita mengatakan "Semuanya ithu namanya Bali" dengan logat Bali. Bagaimana ? 

Selamat berakhir pekan.

Daniel Setyo Wibowo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun