Mohon tunggu...
Daniel SetyoWibowo
Daniel SetyoWibowo Mohon Tunggu... Tutor - Tutor kelompok belajar anak-anak

Seorang warga negara Indonesia yang mau sadar akan kewarganegaraan dengan segala ragam budaya, agama, aliran politik, sejarah, pertanian / kemaritiman tetapi dipersatukan dalam semangat nasib dan "imagined communities" yang sama Indonesia tetapi sekaligus menjadi warga satu bumi yang sama.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Asa Akan Petani Muda

21 Mei 2019   22:57 Diperbarui: 21 Mei 2019   23:27 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak dan ayah sedang membajak sawah pada pagi hari (Sumber Dok. Pribadi)

O fortunatos nimium, sua si bona norint, agricolas!; O, betapa bahagianya para petani, seandanya mereka tahu hal-hal baik pada diri mereka (Virgil)

Matahari sudah berada di ufuk timur, tetapi kabut masih menyelimuti sawah. Sebentar lagi kabut itu hilang dan sinar matahari mulai terasa panas di kulit anak berumur sebelas tahun itu. Wawan dan ayahnya, Hariwiyono, sudah sejak subuh tadi mengolah sawah dengan mesin bajaknya Quick G 1000. 

Sudah satu petak yang diselesaikan untuk dibajak dan digaru (diratakan dengan alat garu mesin). Sekarang menginjak petak kedua dari tiga petak sawah orang lain yang bakal dikerjakan pagi ini. Setelah itu, baru lima petak sawahnya sendiri yang bakal dibajak usai tengah hari nanti.

Wawan adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Ia seorang bocah SD kelas lima di kawasan Kota Blitar dan saat kini musim liburan. Ia membantu ayahnya yang berumur 45 tahun itu membajak di sawah. Ia sudah bisa menjalankan bajak mesin itu, tetapi badannya yang kecil itu tidak seimbang dengan mesin Quick G 1000 milik ayahnya itu. Untuk menghidupkan mesin itupun, ia belum mampu karena membutuhkan kemahiran tertentu dan tenaga yang besar, jika tidak maka salah-salah kunci engkol untuk memutar mesin itu malah mengenai dirinya sendiri.

Terkadang ia terpeleset dan mesinnya berjalan sendiri di depan sedangkan ia tertinggal di belakang sehingga ia harus mengejarnya untuk mengendalikannya. Tapi, ayahnya siap sedia dibelakang mendampingi dirinya. Terkadang pula mesin itu menerjang pematang sehingga harus diperbaiki ayahnya.

Keluarga Wawan memang keluarga petani. Di samping mereka mengerjakan sawahnya sendiri (sawah yasan, Jw.), mereka juga mengerjakan sawah hasil menyewa (sawah sewan, Jw.). Kalau sedang musim tanam dan panen, keluarga Wawan sangat sibuk. Ibunya tidak sekedar mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah, tetapi juga harus menjadi buruh tandur, buruh ulur atau buruh derep. Kebetulan ayah Wawan menjadi Ketua Kelompok Pengairan yang membagi jatah pengairan ke sawah-sawah.

Ada peralatan-peralatan pertanian di gudang belakang rumahnya.  Alat penyiang rumput (osrok) tersimpan dengan baik. Mesin herek yang sudah dibelinya delapan tahun yang lalu terlihat terawat baik.  Dengan mesin ini, ayah Wawan bisa derep juga di sawah milik tetangga untuk mendapatkan bawon padi tambahan. 

Mesin bajak sudah ada dua. Yang satu dibelinya sepuluh tahun yang lalu sedangkan kedua baru tiga tahun yang lalu.  Mesin pemanen padi  mirip pemotong rumput juga sudah dimilikinya sehingga menghemat waktu dan tenaga untuk memanen padi. Alat pengocor panggul sudah berkali-kali tergantung siap dipakai sewaktu-waktu. Tangki penyemprot  ada dua:  manual, dan elektrik dengan menggunakan batterai.

Beberapa teknik penanaman dan pemeliharaan baik dari kebiasaan, coba-coba, belajar dari kelompok tani yang lain, penyuluh pertanian, maupun proyek kerjasama dengan pihak swasta (pabrik) sudah, sedang, dan akan  dilakoni terus untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi sehingga akan meningkatkan pendapatan mereka. "Mana yang menguntungkan untuk tani, itu yang saya jalankan," kata Hariwiyono sambil beristirahat usai membajak beberapa waktu yang lalu.

Anak-anak perlu mengenal dan bersahabat dengan sawah dan petani (Foto: dok. pribadi)
Anak-anak perlu mengenal dan bersahabat dengan sawah dan petani (Foto: dok. pribadi)

Wawan memang diajari oleh keluarganya untuk menekuni sawah sebagai mata-pencarian kelak ketika ia dewasa. Banyak teman-temannya yang tidak mau ke sawah atau dididik bertani meskipun keluarganya petani. 

Namun, ada juga yang sudah tidak mau sekolah tetapi menjadi buruh tani saja untuk menopang ekonomi keluarga yang subsiten. Menurut rencana, setelah lulus SMP, Wawan disekolahkan ke SMK Pertanian yang ada di Pare, Kabupaten Kediri. Di Blitar sendiri dan beberapa kota lain tidak ada sekolah pertanian.

Kisah di atas adalah sepenggal kisah yang bisa membangkitkan optimisme tentang masa depan pertanian di Indonesia. Meskipun demikian, masih banyak kisah yang menunjukkan permasalahan konkrit pertanian yang menggelayuti para petani kita sehingga tantangan ke depan semakin kompleks.

Untuk memahami apa yang sedang berkecamuk dalam pertanian, mungkin Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Pending Dadih Permana, dapat mengurai benang kusut permasalahan itu. Ia dalam suatu kesempatan menegaskan, "Salah satu titik lemah pertanian kita adalah sulitnya mempertahankan kualitas produksi dan memasarkan produk-produk hingga ke luar negeri. 

Di sisi lain, lahan pertanian semakin berkurang dan petani pun semakin berkurang." (Lihat. https://nasional.tempo.co/read/836061/kementerian-pertanian-siapkan-program-regenerasi-petani/full&view=ok)

Apa yang ingin disampaikan oleh Kepala BPPSDMP yang juga menjadi program andalan Mentan, ini sebenarnya konsekuensi logis dari keprihatinannya terhadap pertanian dan nasip petani. Tidak heran bila diluncurkan Gerakan Regenerasi Petani setidaknya sudah dua tahun yang lalu. Di samping itu, program penumbuhan wirausahawan muda pertanian juga tetap dilanjutkan guna mempercepat tumbuhnya generasi petani baru.

Penanaman bibit unggul hasil pertukaran dengan kelompok tani lainnya dibutuhkan untuk meningkatkan hasil. (Foto dok. pribadi)
Penanaman bibit unggul hasil pertukaran dengan kelompok tani lainnya dibutuhkan untuk meningkatkan hasil. (Foto dok. pribadi)

Memberi beasiswa, meluncurkan program Gerakan Pemberdayaan Petani Terpadu (GPPT), target setiap penyuluh pertanian yang melahirkan lima petani muda yang dibimbing secara intensif di Balai Penyuluh Pertanian, menciptakan peluang-peluang kerjasama petani, program magang, studi banding adalah program konkrit yang sedang dan akan dijalankan oleh pemerintah.

Bagaimanapun baiknya suatu program dan berhasil tidaknya suatu program, sangat ditentukan juga dari pihak penerima program itu sendiri, yaitu petani. Bila petani tidak siap untuk itu, tentu program-program kemungkinan tidak tepat sasaran akan besar dan akhirnya hasil yang diharapkan juga tidak maksimal. Namun, kalau dari pihak petani sendiri sudah siap seperti dikisahkan dalam kisah di atas, maka keberhasilan tinggal menunggu waktu yang tidak terlalu lama.

Karena itu, perhatian terhadap faktor petani dan keluarganya sangat penting. Regenerasi petani, menurut hasil penelitian Sri Bintang Pamungkaslara di Kabupaten Grobogan, merupakan suatu proses pergantian generasi dari generasi tua petani kepada generasi muda melalui mekanisme transfer usahatani untuk masa yang akan datang yang direpresentasikan dalam bentuk dorongan orang tua (petani) kepada keturunannya (anak petani) untuk melanjutkan kegiatan usahatani yang terbagi ke dalam 4 variabel yaitu dorongan petani kepada anaknya dalam memberikan pesan kepada anaknya untuk melanjutkan kegiatan usahatani, dorongan petani dalam melibatkan anaknya untuk membantu dalam kegiatan usahatani, dorongan petani dalam memberikan pesan kepada anaknya untuk senang dan mencintai kegiatan pertanian, dan dorongan petani dalam mengajarkan kepada anaknya bahwa pekerjaan petani merupakan pekerjaan yang mulia. (Baca)

Mesin giling padi mini menjadi beras kapasitas 100 - 150 kg/jam (Foto: dok. pribadi)
Mesin giling padi mini menjadi beras kapasitas 100 - 150 kg/jam (Foto: dok. pribadi)

Jadi, ada dua hal yang menjadi kunci keberhasilan regenerasi petani. Pertama, pihak pemerintah, dalam hal ini yang berperan banyak adalah pihak Kemenham.  Kedua, pihak petani dan keluarganya yang bertanggungjawab terhadap masa depan anak dan pertanian.

Kedua pihak itu dapat dijembatani dengan kesamaan nasib bersama dan membangun imagined community (meminjam istilah Benedict Anderson yang meneliti gerakan pemuda Indonesia menjelang kemerdekaan RI), suatu komunitas Indonesia (di dalamnya termasuk keluarga petani) yang diharapkan dan dicita-citakan bersama. Sementara kesamaan nasib bersama adalah suatu bentuk keprihatinan awal dan solidaritas akan keadaan riil tentang pertanian seperti misalnya dilaporkan Ramadhan Triwijanarko dalam marketeers yaitu keadaan darurat dari regenerasi petani muda.

Masalahnya, bagaimana membuat masyarakat dan pemerintah menyadari  kesamaan nasib dan membangun imagined community bersama itu. Jika ini disadari, pada gilirannya bukan hanya regenerasi petani muda yang berhasil, tetapi berdampak besar terhadap keseluruhan masyarakat dan negara Indonesia.

Contoh kisah di atas adalah salah satu kisah yang memupuk optimisme. Perlu kisah-kisah  lain yang dituturkan perlu secara intensif kepada anak-anak. Kisah tentang keberhasilan kelompok atau individu dalam pertanian organik dan penyalurannya, sangat penting. Dari kisah semacam ini, mulai banyak petani dan pengusaha petani muda menggeluti dan bergerak di bidang ini.

Pendirian warung tani online dan perusahaan start-up untuk pertanian adalah salah satu upaya yang perlu didukung untuk merawat asa petani muda, regenerasi petani. Tukar benih lokal unggul antara kelompok tani yang berlangsung secara informal selama ini juga sering luput dari perhatian karena mengingat hegemoni perusahaan benih multinasional. Ini perlu ditangani serius agar petani tidak mengalami kelangkaan benih unggul yang terjamin.

Kisah sukses usaha pembibitan tanaman unggul disertai hasil pilot project yang dapat dinikmati di kebun, dapat digalakkan di kalangan anak-anak  Karena dari sini, kreativitas dan gambaran seorang petani dalam diri anak-anak muncul positif. Teknik mencangkok, okulasi, menyambung, stek, dan menyilang yang memang dipelajari disekolah secara teori, bila disertai kisah sukses pembibitan tanaman unggul ini, maka di dalam diri anak-anak tertanam gambaran kuat tentang pertanian dan petani yang sangat mulia.

Dukungan terhadap pihak-pihak yang berkomitmen mengembangkan  pertanian alternatif selain beras sesuai dengan kondisi alamnya seperti diupayakan Mama Sorgum, Maria Loreta dan petani-petani muda dalam kelompok tani binaannya di NTT, wajib dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Dengan kelompok ini, semangat anak muda untuk bertani bangkit.

Penerapan teknologi tepat guna yang terjangkau oleh kalangan petani, menjadi salah satu syarat yang tidak bisa ditawar-tawar jika menjadikan petani sebagai profesi bagi regenerasi berikut. Salah satu yang mendesak adalah mesin penggiling padi mini (saat kini yang tersedia kapasitas terkecil adalah 100-150 kg per jam). Mesin semacam ini relatif terjangkau oleh petani kecil dengan pengoperasiannya mudah. 

Bila petani menghasilkan dan menjual beras sendiri (bukan gabah yang dijual ke tengkulak), seperti diharapkan Presiden Joko Widodo beberapa waktu yang lalu, maka hal ini bukan hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga menarik minat terhadap pertanian oleh anak-anak dan masyarakat pada umunmya.

Akhirnya, dari berbagai upaya untuk regenerasi petani sebenarnya bersumber pada apa yang sudah ada dalam diri petani itu sendiri. Mutiaranya ada jauh di dalam hati dan jiwa petani. Maka, bersama penyair ternama Romawi Publius Vergilius Maro dalam kumpulan puisinya Georgics yang ditulis antara tahun 42-37, sanggup menyemangati Kekaisaran Romawi untuk bergerak ke dalam pertanian bersama, kita berucap "O fortunatos nimium, sua si bona norint, agricolas! O, betapa bahagianya para petani, seandanya mereka tahu berkat mereka !"

Semoga...

#kategoriumum

#PertanianIndonesiaMaju

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun