Mohon tunggu...
Daniel Sebastian
Daniel Sebastian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Bhayangkara Jakarta Raya | Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review E-Book - Komunikasi Politik (Komunikasi Politik di Era Digital)

4 Januari 2024   22:03 Diperbarui: 4 Januari 2024   22:06 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Robit.id

             Intagram pun menjadi wadah yang dapat digunakan dan media sosial ini tidak kalah dengan media sosial lainnya. Instagram pada dasarnya didesain dengan mengedepankan sisi visual pada konten. Untuk itu, fitur editing gambar menjadi nilai jual media sosial ini. Algoritma ini justru akan menimbulkan keberpihakan yang dapat menyebabkan orang menjadi kurang informasi, ekstremis, dan teradikalisasi terhadap satu sisi partai politik. Sama dengan aplikasi yang bernama Tiktok. Mereka menerima informasi dari internet. Hal ini lah yang telah menjadi titik fokus politik, semakin memudahkan pembuatnya untuk memengaruhi dan meyakinkan audiens untuk mempercayai satu sisi spektrum politik.

ARTI AKTIVITAS MEDIA SOSIAL DAN JARINGAN SOSIAL BAGI POLITIK

Ilustrasi oleh Robit.id
Ilustrasi oleh Robit.id

             Bagi beberapa negara di dunia, media sosial dapat menjadi pelemah dalam kemampuan pemerintah untuk memerintah misalnya dalam hal menjaga stabilitas dan ketertiban masyarakat. Media sosial dapat membentuk kembali narasi nasional serta politik pemerintah, dan untuk beberapa negara, hal ini justru dapat mempersulit jalannya pemerintahan. Media sosial memungkinkan kemudahan akses informasi dan kecepatan publikasi sehingga terjadi difusi narasi dan perebutan penguasaan narasi di antara masyarakat, negara dengan masyarakat, atau antara negara satu dengan negara lainnya. Ada yang menganggapnya penting dan berguna untuk citra mereka, ada juga yang mengategorikannya sebagai hal yang harus diwaspadai.

             Beberapa kasus di atas menunjukkan bahwa media sosial dapat memainkan peran sentral dalam dialog politik namun sekaligus juga memberikan jawaban atas ketidakjelasan status media sosial (sebagai ruang publik di mana masyarakat bebas mengutarakan pendapatnya atau sebagai publikasi tradisional). Kita semua sudah akrab dengan fungsi internet dan media sosial sebagai sarana pertukaran dan perolehan informasi tanpa batas waktu dan geografis. Masyarakat dapat menciptakan tuntutan politik baru karena media sosial dapat membentuk ekspektasi warga tentang apa yang perlu mereka ketahui dan kontrol serta bagaimana mereka menggunakan pengaruhnya. Berdasarkan hal tersebut, kita tidak hanya bisa berinteraksi dengan orang-orang yang dekat dengan kita tetapi dengan siapa pun yang sedang terhubung dengan kita secara daring.

             Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa interaksi daring dapat menghasilkan hormon oksitoksin, di mana kepercayaan dan kasih sayang pengguna media sosial meningkat sehingga pengguna dengan mudah dan lebih mungkin untuk disesatkan oleh narasi-narasi yang salah. Dengan menggabungkan preferensi ini dengan efek kedekatan, seseorang cenderung tidak merasa terisolasi ketika memegang pandangan ekstrem dan cenderung berani mempertanyakannya. Jika kita gabungkan dengan efek kognitif yang lain, ini dapat membantu menjelaskan mengapa teori konspirasi dapat dengan mudah tersebar dan menjamur di internet. Tidak seperti media massa, media sosial tidak memiliki editor yang bisa meminta sumber tambahan untuk kelengkapan informasi atau menolak informasi hoaks. Negara otoriter memberikan reaksi terhadap internet dan media sosial dengan melakukan kontrol penuh terhadap informasi daring.

             China bisa menjadi contoh sebagai negara dengan pengawasan internet dan media sosial yang ketat dan memaksa untuk memastikan stabilitas politik negaranya. Perusahaan media sosial memang pernah mengklaim bahwa bukan tugas mereka untuk melakukan penyensoran dan kurasi. Jika pengawasan, penyensoran, dan propaganda tanpa henti dapat dikatakan sebagai pendekatan yang kasar, lain halnya dengan mengakomodasi diskusi yang bisa dilabeli sebagai pendekatan yang lebih demokratis.

MEDIA SOSIAL DAN PARTISIPASI POLITIK DEWASA MUDA

             Partisipasi politik disebut sebagai tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh warga negara yang umumnya diarahkan untuk memengaruhi hasil politik dalam masyarakat. Bentuk-bentuk keterlibatan politik tersebut hanya bisa dilakukan di media sosial, dan maka dari itu dikategorikan atau dilabeli sebagai subdimensi partisipasi politik yang terpisah.

             Secara umum, bentuk partisipasi politik dapat dibedakan menjadi partisipasi yang dilembagakan (misalnya pemungutan suara) dan partisipasi politik yang argumennya adalah media sosial adalah salah satu sumber informasi yang penting untuk mereka yang tidak terlalu tertarik dengan politik institusional. Artinya, saat diekspos ke media sosial, gagasan efikasi bisa menguat di kalangan dewasa muda, kemudian berujung pada partisipasi.

KESIMPULAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun