Mohon tunggu...
Daniel Ronda
Daniel Ronda Mohon Tunggu... Dosen Teologi -

Dosen Teologi, tinggal di kota Makassar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Media Sosial dan Pemimpin

14 Maret 2010   16:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:26 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_93609" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Sering saya membaca update di facebook teman-teman saya seperti ini:

"Makan dulu.. ah!"

" Uh, hujan... dingin! Dingin-dingin gini enaknya ngapain ya?"

"Akh sebel deh hari ini..."

"huff,,,ndak bisak bobo,,,begadang lg dehhhh,,,,"

"pusing........"

"bawaan gelisah..... jantung deg-degan.... (wish nothing bad happen) ....."

Biasanya, akan muncul komentar seru dari teman-teman dan saling bercakap lewat "teks"! Semuanya lewat tulisan kata-kata!!! Wouw! Apakah ini model relasi baru manusia?

Media sosial seperti blog, facebook, twitter serta mesin pencari Google telah menjadi fenomena dunia. Ini adalah fenomena global yang merasuki abad ini. J.D. Walt, seorang teman saya, menuliskan:

"Radio membutuhkan waktu 38 tahun untuk menjangkau 50 juta pengguna

TV membutuhkan waktu 13 tahun untuk menjangkau 50 juta pengguna

Internet membutuhkan waktu 4 tahun untuk menjangkau 50 juta pengguna

Dalam waktu 3 tahun, iPod telah mencapai 50 juta pengguna

Tetapi facebook telah mencapai 100 juta pengguna dalam tempo kurang dari 9 bulan." (lihat di http://www.asburyseminary.edu/alumni-elink/four-reasons-social-media-should-matter-to-ministry-leaders)

Bahkan ada cerita yang menarik, di Amerika Serikat satu dari delapan pasangan suami istri yang menikah tahun lalu bertemu secara online. Data ini akan semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang. Saat ini juga Wikipedia, kamus online yang terkenal sudah memiliki lebih dari 13 juta artikel (entri), dan yang menariknya adalah 78% dari itu adalah bukan bahasa Inggris. Dan banyak hal fenomenal lainnya dari media sosial ini, belum lagi bila kita bicara youtube

Bila demikian fenomenal media sosial memasuki dunia manusia saat ini, masihkah kita perlu mempedebatkan kegunaannya? Apakah ini haram atau halal? Mungkin lebih baik kita langsung belajar memakainya dan menggunakannya untuk kebaikan dan tugas sebagai pemimpin.

Memang ini dunia orang muda yang belum mencapai 20 tahun sampai 30 tahunan . Kadang kita bingung dengan kehebatan anak muda dengan media sosial ini. Mereka sekarang lebih fokus kepada teks bukan bicara. Untuk itu pemimpin tidak usah malu belajar dari anak muda soal media sosial ini. Saya pun sering bertanya kepada mereka bagaimana menggunakan media sosial ini agar lebih efektif.

Tentu kita harus mempromosikan penggunaan media sosial dengan bijak. Godaan manusia saat ini menggunakan media sosial adalah penggunaan identitas palsu waktu online. Dan ini akan mengakibatkan penyalahgunaan dalam berhubungan. Contohnya, di Indonesia, facebook sudah mulai disoroti karena mulai memakan korban. Ada anak gadis yang masih belia lari dengan pacarnya setelah "bercakap-cakap" dengan kekasih onlinenya yang ternyata juga masih belia dan belum pernah ditemuinya, tetapi rela lari dan berkomitmen sehidup semati. Ternyata kata-kata dalam teks memiliki kekuatan yang dahsyat dalam kehidupan seseorang sehingga tanpa pikir panjang nekat melarikan diri. Dan begitu banyak lagi kasus kemesraan kata yang menjebak. Bila ada penyalahgunaan, bagaimana sikap kita terhadap media sosial ini?

Pertanyaan lebih lanjut, apakah blog membuat kita lebih berhubungan atau terisolasi?Apakah media facebook dan twitter dapat meningkatkan hubungan manusia? Apakah yang kita sebut "teman" (friends) adalah benar-benar teman kita? Saya sendiri punya 1,200an teman saat ini (per maret 2010). Apakah mereka betul teman-teman saya? Pertanyaan reflektif ini tidak seharusnya membuat kita memandang negatif media sosial ini.

Justru, pemimpin sudah sepatutnya menggunakan media sosial ini dengan baik. Kita harus berhenti sinis dengan media sosial ini. Bila kita fokus kepada dampak negatifnya, maka kita akan kehilangan kesempatan memperbaiki dunia dengan nilai-nilai kita. Itu sebabnya, pemimpin mulai buat blog (termasuk di Kompasiana), buat akun facebook, twitter, dan mulai pelajari secara mendalam media sosial ini dan pakai untuk suatu yang memiliki percakapan sosial yang sehat. Banyak manfaat yang bisa dipakai dalam bereleasi dengan teman-teman di dunia maya ini. Terbukti media sosial ini sudah bisa membuat gerakan-gerakan, seperti kasus Bibit-Chandra, di mana pembelaan dari facebook juga efektif. Ini berarti media ini memiliki kekuatan sosial juga. Setiap pemimpin tidak harus membaca semua update dari blog, twitter, facebook yang masuk, karena memang media sosial ini tanpa batas. Pakai secukupnya dan jangan ketagihan serta narsis dalam meng-update kita punya kegiatan. Kita memakainya untuk tujuan. Dan tujuan itu adalah untuk mencapai suatu dunia yang lebih baik ketika manusia saling berhubungan satu dengan yang lain lewat media sosial online ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun