Mohon tunggu...
Daniel Ronaldo Gultom
Daniel Ronaldo Gultom Mohon Tunggu... Programmer - Writers

Ambitious person

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toxic Friends di Lingkungan Pertemanan? Keluarlah dari Zona Itu

7 Juli 2021   14:00 Diperbarui: 7 Juli 2021   14:14 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki tempat baru contohnya memasuki kuliah, tentu saja kita mencari lingkungan pertemanan atau friends circle, friends circle atau lingkungan pertemanan banyak bentuknya mulai dari lingkungan pertemanan di organisasi (ormawa), kelas, hingga pertemanan biasa. 

Dalam pertemanan tentu saja manusia membutuhkan teman sebab dalam istilah sosiologi manusia tidak bisa hidup sendiri, karena itulah manusia harus mencari kawan atau teman, awal dalam pertemanan tentu saja awalnya sangat baik dan melakukan hal hal yang menyenangkan misalkan berbicara atau mengobrol, bermain, bercanda hingga dalam bahasa zaman sekarang yaitu nongkrong. 

Sepanjang melakukan hal hal tersebut dalam pertemanan tentu saja sudah mulai mengenal satu sama lain misalnya sifat mereka seperti apa, dan apa kesukaannya dari lingkungan pertemanan itu, akan tetapi terkadang sebagian besar dari setiap pertemanan yang dijalani ada saja yang mulai ketidaksukaannya terhadap beberapa orang khususnya dalam lingkungan pertemanan misalkan meminjam uang 100 ribu tetapi ketika ditagih langsung marah atau ngajak berantem, lalu ada juga yang dimana dalam lingkungan pertemanan mengabaikan temannya atau satu grupnya yang justru menimbulkan perasaan sakit hati. 

Hal inilah yang demikian disebut "Toxic Friends" atau pertemanan yang beracun, kenapa bisa dikatakan pertemanan yang beracun karena setiap orang dalam lingkungan pertemanan pasti akan rasa tidak nyaman atau merasa diabaikan oleh teman sendiri. Tentunya ini juga berpengaruh pada psikologi seseorang misalkan frustasi, emosi, balas dendam, hingga yang lebih fatal adalah bunuh diri. 

Termasuk saya yang juga pernah menjadi korban "Toxic Friends" dimana saya pernah diabaikan oleh beberapa teman saya (termasuk senior maupun junior)satu grup semasa kuliah maupun di sekolah, apakah saya emosi ? Ya saya emosi, apakah saya marah ? Ya saja juga marah, itulah yang terjadi dalam kehidupan saya terkadang saya juga merasa terasingkan dari grup itu. Menghilangkan itu semua tentu saja tidak mudah bagi saya, butuh waktu yang lama untuk menghilangkan itu semua. 

Tahap demi tahap untuk menghilangkan rasa racun karena teman, akhirnya saya membulatkan tekad untuk tidak berbicara dengan mereka atau kumpul dengan mereka, cara yang tepat untuk saya bangkit adalah dengan cara berolahraga, ya itulah saya melakukannya setiap hari. 

Karena dari berolahraga itulah emosi dan tekanan saya mulai stabil, perlu diingat kita boleh saja berteman dengan siapa saja, tetapi anda juga harus berpikir dahulu sebelum anda melakukan sesuatu terutama kepada teman anda.  

Saya mengajak kalian semua khususnya menjadi korban "Toxic Friends" untuk keluar dari zona itu, dan mencari kegiatan yang lebih baik untuk anda semua, berharap tulisan ini menjadi penolong untuk anda semua terutama anda menjadi korban "Toxic Friends"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun