Kemunculanmu selalu kenantikan. Tak pernah kulewatkan meski apapun kondisinya. Jam itu dan saat itu tak kubiarkan beranjak.Peristiwa demi peristiwa “bersamamu” selalu memberi kenangan tersendiri bagiku.
Kehadiranmu seperti di depan mata. Wajahmu yang menawan. Senyummu yang lembut. Kerling matamu yang menggoda. Uluran tanganmu seakan mengajakku tenggelam dalam buaian pelukan hangatmu.
Tak kudapati bercak-bercak noda di hidupmu.Semuanya serba sempurna sebesar anganku padamu.
Tak sedikit waktu kunikmati bersama sosokmu. Sudah berapa banyak mimpi kurasakan bersamamu.
Betapa senangnya membayangkan hidup bersamamu. Bercanda bersama, makan bersama, bergandengan tangan dan apapun juga asal bersamamu. Membiarkan lentik jemari tanganmu membelai rambutku dan merebahkan diri dalam perlindungan tubuhmu. Tangisku berurai dan jari-jari itu mengusap dengan penuh kasih sayang.
Ada kalanya kamu datang tak kuduga-duga. Rasanya sulit menepis bayangmu dari hidupku karena hadirmu mengisi apa yang selama ini kucari.
Betapa memang aku menyadari dirimu tak nyata disampingku. Kamu hanyalah ungkapan kerinduanku. Penantianku padamu hanyalah semu. Semua kurangkai dalam angan dan khayalku.
Selama ini diriku merana menanti-nanti hadirnya sang kekasih hati. Tak jua seorangpun yang datang, mampirpun tidak. Hanyalah dirimu yang selalu setia hadir dalam kesepianku. Kadangkala kamu hadir melalui film-film Korea, Hongkong, Hollywood, Bollywood bahkan Indonesia dan juga bisa melalui novel-novel percintaan ataupun komik-komik romantis. Lain waktu kamu datang melalui teman kerjaku, teman kuliahku, tetanggaku, teman SD/SMP/SMA bahkan teman Playgruop-ku. Bahkan kamu bisa muncul dari SMS yang nyasar dan segera kutangkap dirimu, tak ingin kulepas.
Aku hanyalah mencintai diriku sendiri. Aku hanya mencintai bayangan. Gambaran sosok yang tidak pernah ada. Kalau toh aku berpacaran dengan seseorang, jangan-jangan aku melihat wajah pacarku itu melalui wajah “bayangan” itu. Sosok pacarku dengan sosok imajinasiku. Ah pasti aku akan kecewa, karena sosok khayalku sangat sempurna (meskipun tidak pernah ada) sedangkan pacarku pasti tidak sempurna. Pacarkupun kelak akan kecewa. Akankah aku menikah dengan khayalku?
Aku memahami kamu adalah cerminan kekosongan jiwaku. Kamu adalah obyek dari kesepianku. Bisa jadi selama ini tak kunikmati kasih sayang. Penolakan demi penolakan selalu kuterima. Kehadiranku seakan tak memberi arti bagi orang-orang disekelilingku. Aku hanyalah benalu…lugu dan tak “laku”. Itu nyanyian yang sering kudengar dari bangun tidur hingga tidur lagi.
Aku harus mawas diri. Itu yang terjadi pada diriku. Aku harus melihat semua luka-luka dihidupku pada masa lalu dan membawanya ke Pribadi yang sudah dilukai, di dera, dianiaya dan mati di Calvari untuk mendapatkan pemulihan. Ini aku yang penuh luka…balutlah aku…Engkau menanggung lukaku ditubuhMu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H