Di satu kanal Youtube, saya menyimak kisah dua pria dari dua generasi berbeda. Tri (32 tahun) dan Ruskiyah (53 tahun).
Tri seorang generasi milenial yang menjadi karyawan swasta di Jakarta. Ia lulusan SMK Pertanian.
Namun, ia kemudian merantau ke Jakarta dan bekerja bukan sebagai petani.
Sementara Ruskiyah bekerja sebagai petani di Indramayu, Jawa Barat. Pria dari generasi X ini menikmati kesehariannya dalam beraktivitas di sawah.
Namun, ia tak ingin anak-anaknya kelak menjadi petani.
"Harus jadi pejabat. Harus jadi pegawai. Harus bisa menghasilkan uang," ungkap Ruskiyah.
Unggahan berjudul "Ogah Jadi Petani" itu merupakan gambaran yang terjadi di Indonesia. Di negeri agraris ini, profesi petani tak lagi diminati.
Sebuah ironi!
Tri bukanlah satu-satunya lulusan SMK Pertanian yang memilih jalan hidup di luar bidang ilmu yang telah ditekuninya. Pada jenjang yang lebih tinggi, para sarjana pertanian juga tidak berkontribusi untuk memajukan pertanian Indonesia. Beberapa waktu lalu, mantan Presiden Jokowi bahkan sempat menyentil para sarjana pertanian lulusan IPB. Mereka lebih memilih berkarir di bank daripada di bidang pertanian.