Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tangisan Palsu Ternyata Bisa Memberikan Manfaat

24 Juli 2024   19:55 Diperbarui: 2 Agustus 2024   02:21 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menangis sering kali dikaitkan dengan perasaan mendalam yang dialami oleh seseorang. Misalnya menangis karena perasaan sedih, bahagia, frustasi, atau bahkan kelegaan.

Namun, bisakah seseorang menangis tetapi tidak sedang mengalami salah satu perasaan tersebut? Tentu saja bisa. Kita bisa menyebutnya tangisan palsu.

Tangisan palsu tidak selamanya berkonotasi negatif. Bahkan, menangis seperti ini bisa memberikan keuntungan.

Baru-baru ini ada sebuah peristiwa unik yang terjadi di Tegal, Jawa Tengah. Ratusan ibu-ibu menangis bersama-sama karena sedang ikut lomba menangis. Lomba yang cukup unik ini digelar di Taman Wisata Purbawahana, Kabupaten Tegal, pada hari Sabtu (20/7/2024).

Dikutip dari kompas.com, peserta harus benar-benar keluar air matanya secara natural untuk bisa masuk babak penyisihan hingga final. Selain itu, peserta tidak diperkenankan mengusap-usap air mata yang keluar dan tidak boleh berhenti menangis, hingga lomba dinyatakan selesai.

Wah, unik juga ya lombanya! Mungkin ini bisa jadi inspirasi bagi panitia lomba Agustusan bulan depan.

Mengapa Orang Bisa Menangis

Menangis adalah respons emosional yang kompleks. Tangisan memiliki fungsi penting dalam proses emosional manusia, salah satunya adalah sebagai mekanisme untuk melepaskan ketegangan dan stres.

Salah satu teori psikologis yang menjelaskan mengapa orang menangis adalah "attachment theory" atau teori keterikatan yang dicetuskan oleh John Bowlby.

Menurut teori ini, manusia memiliki kebutuhan dasar untuk merasa terhubung dengan orang lain. Ketika seseorang merasa terpisah atau kehilangan hubungan emosional yang penting, tangisan dapat muncul sebagai respons alami. 

Tangisan juga dapat berfungsi sebagai sinyal bagi orang lain bahwa kita membutuhkan bantuan atau dukungan, sehingga memperkuat ikatan sosial dan emosional.

Selain itu, secara fisiologis, menangis dapat membantu mengurangi kadar hormon stres dalam tubuh, seperti kortisol. Ketika seseorang menangis, tubuh melepaskan endorfin, yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan. Hormon ini dapat memberikan efek menenangkan dan mengurangi rasa sakit emosional.

Dengan demikian, menangis bukan hanya ekspresi emosional, melainkan juga mekanisme untuk membantu menjaga keseimbangan psikologis dan fisik seseorang.

Dalam konteks budaya, cara dan alasan seseorang menangis dapat bervariasi. Beberapa budaya mungkin melihat tangisan sebagai tanda kelemahan, sementara yang lain mungkin menganggapnya sebagai ekspresi yang wajar dan sehat dari perasaan seseorang.

Dengan memahami konteks psikologis dan budaya di balik tangisan, hal ini dapat membantu kita lebih mengerti diri sendiri dan orang lain.

Menangis Sejati Vs Palsu

Meskipun menangis merupakan ekspresi emosional yang sangat pribadi, ada beberapa tanda yang dapat menunjukkan bahwa seseorang mungkin berpura-pura menangis.

Pertama, perhatikan apakah ada air mata nyata. Menangis sejati biasanya disertai dengan air mata yang mengalir deras dari mata. Jika seseorang menangis tetapi tidak ada air mata atau hanya sedikit sekali, bisa jadi itu adalah tangisan palsu. 

Selain itu, suara tangisan yang terdengar terlalu dilebih-lebihkan atau tidak konsisten dengan ekspresi wajah juga bisa menjadi tanda.

Kedua, perhatikan gerakan tubuh dan bahasa tubuh secara keseluruhan. Menangis yang tulus sering kali disertai dengan gerakan tubuh yang tidak terkendali, seperti tubuh yang gemetar. Jika seseorang tampak terlalu terkendali atau gerakannya cenderung teratur dan tidak alami, ini bisa menjadi indikasi bahwa tangisannya tidak tulus.

Selain itu, lihat apakah ada jeda atau transisi yang tiba-tiba dari keadaan biasa ke menangis. Tangisan yang tiba-tiba tanpa pemicu yang jelas bisa mencurigakan.

Terakhir, perhatikan konteks dan alasan di balik tangisan tersebut. Jika tangisan muncul dalam situasi yang tampaknya tidak sesuai atau berlebihan, ini bisa menjadi petunjuk bahwa tangisan itu dipalsukan untuk mendapatkan simpati atau perhatian.

Sebagai contoh, jika seseorang tiba-tiba menangis di tengah-tengah argumen tanpa alasan yang jelas atau di saat yang tidak sesuai dengan emosinya, ini bisa jadi pertanda bahwa tangisan tersebut tidak tulus.

Namun, penting untuk selalu mendekati situasi dengan empati dan tidak langsung menghakimi. Karena, setiap orang memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan emosi mereka.

Menangis Palsu Juga Ada Manfaatnya

Menangis yang dibuat-buat atau menangis palsu mungkin terdengar seperti tindakan yang tidak bermanfaat atau bahkan manipulatif. Namun, ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari tindakan ini, baik secara fisik maupun emosional.

Salah satu manfaatnya adalah pelepasan emosi. Saat seseorang berpura-pura menangis, mereka mungkin sebenarnya sedang mencoba untuk mengeluarkan emosi yang terpendam, seperti stres atau kesedihan. Dengan melakukan ini, mereka bisa merasa lebih lega dan tenang setelahnya.

Selain itu, menangis palsu juga dapat berfungsi sebagai cara untuk mendapatkan perhatian dan empati dari orang lain. Dalam beberapa situasi, seseorang mungkin merasa kesepian atau terabaikan.

Dengan menangis palsu, mereka berharap mendapatkan perhatian dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat membantu mereka merasa lebih diperhatikan dan dihargai, yang pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan emosional mereka.

(Selain manfaat fisik dan emosional, menangis juga bisa memberikan keuntungan finansial. Contohnya seperti apa yang dilakukan oleh ibu-ibu di Tegal yang mengikuti lomba menangis. Ada hadiah uang tunai bagi para pemenangnya).

Namun, penting untuk diingat bahwa menggunakan tangisan palsu secara berlebihan atau untuk tujuan manipulatif dapat merusak hubungan dan kepercayaan. 

Orang lain mungkin merasa dibohongi atau dimanipulasi jika mereka mengetahui bahwa tangisan tersebut tidak tulus.

Oleh karena itu, menangis palsu sebaiknya digunakan dengan bijaksana dan dalam konteks yang tepat, agar manfaatnya bisa dirasakan tanpa menimbulkan dampak negatif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun