Ketika penonton mulai menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi, cerita pun beralih ke perspektif Minato.
Dari perspektif ketiga, perundungan terhadap Yori di kelas ternyata tidak dilakukan oleh Minato. Bahkan, Minato dan Yori yang terlihat bermusuhan di kelas, ternyata tak demikian saat mereka di luar sekolah.
Penonton akhirnya bisa tahu apa yang terjadi pada malam ketika Minato berada di terowongan. Juga, mengapa ia tiba-tiba melempar dirinya keluar dari mobil.
Kekuatan film Monster yang bergenre drama thriller ini terletak pada penuturan cerita yang cukup apik. Penonton akan dibuat berkata "Oh, begitu" berkali-kali di sepanjang film ini.
Struktur ceritanya mengalami timeloop, ketika beralih dari perspektif karakter yang satu ke lainnya. Ketika plot telah berjalan jauh, penonton diajak mundur kembali supaya lebih memahami apa yang sesungguhnya terjadi.
Dengan cerita yang kuat, tak heran jika film Monster ini mendapatkan banyak penghargaan. Di antaranya pada Festival Film Cannes 2023, di mana Monster menjadi pemenang untuk Best Screenplay (Yuji Sakamoto) dan Queer Palm (Hirokazu Kore-eda), dan nominasi Palm d'Or (Hirokazu Kore-eda).
Jika biasanya film bergenre thriller diisi dengan adegan kekerasan atau mengejutkan, maka tidak dengan Monster. Meski tanpa kekerasan dan kejutan, suasana mencekam berhasil dibangun sepanjang film ini.Â
Film ini tak hanya mencekam, tapi juga menghangatkan hati. Hubungan antar-karakter dalam film ini berhasil menghadirkan kisah-kisah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, sekaligus menyentuh. Seperti hubungan ibu-anak, guru-murid, juga sesama murid.
Tiga perspektif yang digunakan untuk mengungkap karakter Minato sepertinya menjadi pesan bagi kita. Bahwa, kebenaran (truth) suatu hal bisa memiliki perspektif dan dimensi yang berbeda.