Chill and Heal serta Rindu Dendam di Borobudur Marathon

Jumat sore tadi saya melakukan jogging di alun-alun Pati. Jika cuaca sedang cerah, tempat ini memang selalu ramai setiap sore. Banyak warga memanfaatkan ruang publik ini untuk bersantai melepas lelah dan berolahraga.

Rumput di alun-alun ini terpelihara dengan baik. Warnanya hijau segar dan tertata apik, sehingga warga bisa duduk di atasnya dengan nyaman. Tak ketinggalan, anak-anak kecil berlarian dengan riangnya.

Ada sebuah trek khusus mengelilingi lapangan rumput tersebut. Jalur ini disiapkan untuk warga yang gemar berolahraga, seperti jalan kaki dan berlari. Jalur berwarna kemerahan ini terbuat dari material khusus, sehingga tidak licin saat dipakai sebagai tempat berlari.

Kemudian, ada trotoar yang mengelilingi jalur lari tersebut. Trotoarnya cukup lebar dan dihias dengan ornamen-ornamen apik yang sering dijadikan spot foto. Misalnya lettermark "ALUN-ALUN PATI" di sisi timur dan gapura-gapura berelief seperti yang terlihat pada foto di atas.

Dengan kondisinya yang sangat baik, tidak mengherankan jika alun-alun ini menjadi tempat favorit bagi saya untuk berlari. Jogging menjadi salah satu kebiasaan saya dalam beberapa tahun terakhir. Selain untuk menjaga kebugaran, saya memilih olahraga untuk berekreasi.  

Apa yang sedang saya gemari ini sejalan dengan sport tourism yang makin populer di Indonesia belakangan ini. Ada beragam event olahraga di tanah air yang tidak hanya menjadi ajang berkompetisi tetapi juga untuk berekreasi.

Salah satunya ialah Borobudur Marathon. Event ini biasanya dihelat pada bulan November setiap tahunnya dan diikuti oleh peserta yang datang dari dalam dan luar negeri.

Yang menjadi daya tarik Borobudur Marathon tentu saja lokasinya. Start lomba lari ini berada di kompleks candi Borobudur, kemudian mengambil rute di jalan-jalan desa di sekitarnya, dan akhirnya kembali finish di kompleks candi terbesar di dunia tersebut.

Atraksi Kesenian Warga di Borobudur Marathon 2019 (dokumen pribadi)

Tak hanya itu, para peserta lari juga akan dihibur oleh pertunjukan kesenian warga setempat. Berbagai atraksi dipertunjukkan oleh warga di titik-titik tertentu. Warga juga memberikan cheering atau sorak-sorai untuk menyemangati para peserta lomba lari ini.

Saya sendiri pernah dua kali mengikuti Borobudur Marathon, yakni pada tahun 2016 dan 2019. Dengan kontur yang hilly atau naik turun, tidak mudah untuk menaklukkan Borobudur Marathon. Dua kali ikut lomba kategori full marathon, dua kali pula saya gagal.

Pada tahun 2016 saya menyelesaikan lomba dengan waktu melebihi batas yang ditetapkan oleh panitia. Sementara di tahun 2019, saya memutuskan untuk berhenti di pertengahan lomba karena mengalami keletihan pada otot kaki.

Ada semacam rindu dan dendam tersendiri yang ingin saya tuntaskan di Borobudur Marathon. Borobudur Marathon 2023 pun masuk sebagai wishlist.

Tanggal 17 April 2023 lalu, pendaftaran "fast track" untuk Borobudur Marathon 2023 dibuka. Pendaftaran ini dengan kuota terbatas, sebelum pendaftaran regular yang juga akan dibuka pada bulan-bulan yang akan datang.

Saya beruntung berhasil mendapatkan satu tiket Borobudur Marathon 2023 melalui jalur cepat ini, untuk kategori full marathon. Senang, tentu saja. Namun, saya juga harus melakukan persiapan matang agar tidak terulang kegagalan pada dua kali keikutsertaan sebelumnya.

Saya berencana untuk datang lebih awal sebelum pelaksanaan Borobudur Marathon tahun 2023 ini. Pada tahun 2016 dan 2019, saya tiba di Magelang pada hari Sabtu sore, atau hanya beberapa jam saja sebelum pelaksanaan lomba pada hari Minggu subuh.Tak cukup waktu bagiku untuk berisitirahat.

Makanya, saya akan datang ke Magelang dua atau tiga hari sebelum lomba. Selama waktu tersebut, saya juga akan piknik tipis-tipis di sekitaran Borobudur.

Ada beberapa destinasi yang akan saya sambangi. Selain Candi Borobudur, saya akan berkunjung ke Punthuk Setumbu dan Gereja Ayam. Lokasinya berdekatan, jadi tidak terlalu bikin capek.

Punthuk Setumbu merupakan obyek wisata yang cukup menarik. Di sini, pengunjung bisa menikmati keindahan sunrise atau matahari terbit. Karena keindahannya, tempat ini pernah menjadi lokasi syuting film Ada Apa Dengan Cinta 2.

Gereja Ayam juga turut menjadi lokasi syuting film tersebut. Rumah ibadah yang sebenarnya berbentuk seperti burung merpati ini dikelilingi perbukitan yang hijau dan indah.

Tak ketinggalan saya akan berwisata kuliner. Ada beberapa kuliner khas Magelang yang saya ingin nikmati. Seperti nasi goreng magelangan, kupat tahu, sup senerek, dan mangut beong.  Wisata kuliner ini sekaligus sebagai carbo-loading jelang lomba lari. Carbo-loading bermanfaat untuk meningkatkan asupan karbohidrat yang akan membuat pelari menjadi bertenaga saat berlari.

Sport tourism seperti Borobudur Marathon ini ibarat sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Dalam satu kegiatan, saya bisa berolahraga sambil berlibur dan healing. Wisata berbasis olahraga ini menjadi solusi bagi saya untuk meningkatkan imunitas tubuh melalui cara yang menyenangkan.

Melalui event olahraga tersebut, sektor pariwisata di Indonesia ikut terdongkrak. Selain itu juga membangkitkan perekonomian masyarakat yang sempat terkena dampak oleh pandemi beberapa tahun terkahir.

Jadi, saya Bangga Berwisata di Indonesia melalui Borobudur Marathon. Tak perlu jauh-jauh hingga ke luar negeri untuk mendapatkan pengalaman menarik seperti ini,cukup di Indonesia aja. Semoga rindu dendam bisa saya tuntaskan di Borobudur Marathon 2023!