Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berkat JNE, Harum Kopi Jrahi Terus Tersebar ke Seluruh Negeri

31 Januari 2022   20:51 Diperbarui: 31 Januari 2022   21:07 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Embung Jrahi (dokumen pribadi)

Yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang. Rabu siang pekan lalu sebuah kiriman paket tiba di rumahku di Tangerang. Bungkusan yang aku terima dari Pak Kurir JNE itu pun aku buka. Di dalamnya berisi 3 kemasan kopi bubuk dari Desa Jrahi, Pati, Jawa Tengah yang aku pesan tiga hari sebelumnya.

Desain kemasan kopinya nampak keren dengan warna hitam yang dominan. Ada gambar berwarna di bagian depan, logo bisnis, logo sertifikasi halal MUI, serta tulisan- tulisan yang menunjukkan nama produk dan lainnya.

Jika melihat kemasan yang elegan dan modern ini, bisa saja orang akan menyangka kopi ini diproduksi oleh pabrik atau perusahaan besar. Padahal, Kopi Jrahi ini diproduksi oleh sebuah UMKM bernama Kopi Kampoeng Jrahi.  Dan yang luar biasa, pemilik UMKM ini masih berusia 20-an tahun.

Perkenalanku dengan kopi ini terjadi saat aku mudik ke Pati pada akhir Desember tahun lalu. Saat mudik, biasanya aku akan menyempatkan berkunjung ke tempat wisata terdekat. Salah satu tempat yang cukup populer belakangan ini ialah Desa Jrahi.

Desa Jrahi ini mendapat julukan Desa Wisata Pancasila. Desa yang berada di lereng Gunung Muria ini memiliki beberapa obyek wisata. Penduduknya menganut agama Islam, Kristen, Hindu, Budha dan aliran kepercayaan Sapto Darmo. Mereka hidup berdampingan dengan rukun. Aku akan menulis lebih banyak tentang hal ini pada kesempatan yang lain.

Kebetulan salah seorang temanku berasal dari Jrahi. Aku mengenalnya di Tangerang, karena ia pernah bekerja beberapa tahun di Tangerang sebelum akhirnya pulang kampung ke Pati. Aku pun menyampaikan niatku untuk berkunjung ke Jrahi.

Setelah 90 menit bersepeda motor dari Pati kota, tibalah aku di kediaman temanku di Desa Jrahi, Kecamatan Gunungwungkal. Kami berbincang sekian waktu, lalu berkunjung ke dua tempat. Yaitu, ke embung (waduk kecil)  dan salah satu kedai kopi.

Embung Jrahi (dokumen pribadi)
Embung Jrahi (dokumen pribadi)

Desa Jrahi bukanlah satu-satunya penghasil kopi di Kabupaten Pati. Wilayah lain yang lebih terkenal yaitu Jolong, di Kecamatan Gembong. Di Jolong malah ada kebun kopi yang lebih modern dan sudah ada sejak abad ke-19 di zaman Belanda. Sekarang kebun kopi Jolong ini dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara  IX.

Kopi dari wilayah Pati konon lebih enak jika dibandingkan dengan kopi dari Kudus atau Jepara, meski lokasinya sama-sama berada di lereng Gunung Muria. Penyebabnya yaitu letak geografis Pati yang berada di sisi timur Muria, sehingga banyak menerima sinar matahari pagi. Faktor inilah yang dipercayai membuat cita rasa kopi dari Pati jadi lebih enak.

Kembali ke kedai kopi. Saat masuk, aku melihat sederet toples kaca di atas meja yang berisi biji-biji kopi matang. Di dinding sebelah kanan depan ada rak yang memajang beberapa kemasan produk kopi bubuk.

Pemilik kedai ini bernama Muhammad Azharudin Maulana Lutfi, biasa dipanggil Aan. Ia menyambut kami, kemudian menyodorkan buku menu. Aku memilih menu kopi tubruk.

Aan kemudian menyiapkan pesanan. Ia mengambil setakaran biji kopi yang telah diroasting dan memasukkannya ke grinder. Output bubuk kopi ditampung ke dalam sebuah gelas beling.

Aan tengah menyiapkan segelas kopi Jrahi (dokumen pribadi)
Aan tengah menyiapkan segelas kopi Jrahi (dokumen pribadi)

Sejurus kemudian Aan menuangkan air panas dari cerek ke dalam gelas. Aroma harum menguar dari gelas berukuran 250 mililiter itu. Sembari menemaniku yang tengah menyeruput kopi Jrahi, Aan berbagi pengalaman tentang bisnis kopinya ini.

Aan mencoba bisnis kopi pada tahun 2019 saat ia masih berstatus sebagai mahasiswa Udinus Semarang. Waktu itu dosennya memberi tugas kepada mahasiswa untuk mencari ide bisnis serta menjalankannya.

Karena Desa Jrahi sebagai penghasil kopi, Aan terpikir untuk berjualan kopi. Ia memberi nama bisnisnya Kopi Kampoeng Jrahi.

Aan mulai menjual produk kopi Jrahi ke toko-toko dan kafe kopi yang ada Kabupaten Pati. Produknya tak langsung bisa diterima oleh konsumen.

Aan kemudian melakukan inovasi dari cara meroasting tradisional ke cara modern, hingga menemukan cara yang pas untuk menghasilkan produk kopinya.

Kopi dari Desa Jrahi berjenis robusta, arabika, dan liberika. Kopi liberika berasal dari Liberika, Afrika Barat, yang dibawa masuk ke Indonesia pada abad ke-19. Ukuran biji kopinya yang besar membuat kopi liberika disebut juga dengan kopi nangka.

Dari tiga jenis kopi tersebut akan tercipta beberapa varian produk kopi bubuk berdasarkan kondisi buah kopi saat dipetik, proses penjemuran, roasting, dan sebagainya. Varian produk UMKM Kopi Kampoeng Jrahi antara lain Jrahi robusta natural, Jrahi liberika/kopi nangka natural, Jrahi peaberry/lanang natural, Jrahi arabica natural, dan Jrahi robusta wine/fermentasi.

Sebagai contoh kopi robusta wine. Produk ini dihasilkan dari kopi jenis robusta petik merah pilihan. Kemudian difermentasi selama 40-50 hari yang selanjutnya diroasting dengan mesin modern, disimpan (resting), dan dikemas dalam bentuk bubuk kopi. Robusta wine ini memiliki aroma segar dan harum seperti anggur (wine), serta rasa cenderung pahit khas robusta.

Kemudian kopi peaberry/lanang natural yang dihasilkan dari jenis robusta petik merah yang dipilih biji tunggalnya (kopi lanang). Selanjutnya diproses secara natural, diolah di mesin roasting modern, disimpan (resting), dan dikemas dalam bentuk bubuk. Rasa kopi ini pahit khas robusta, dan kandungan kafeinnya paling tinggi dari varian lainnya.

Atau kopi liberika/kopi nangka natural yang cenderung terasa pahit dengan keasaman yang rendah. Produk ini berasal dari kopi jenis liberika petik merah pilihan. Kemudian diproses secara alami, diroasting dengan mesin modern, disimpan (resting), dan dikemas dalam bentuk bubuk.

Aan mengaku bahwa produknya tak hanya dipasarkan di sekitar Pati saja, tetapi juga hingga luar pulau Jawa seperti ke Maluku. Untuk pengiriman produk, Aan menggunakan layanan JNE.

"Kurir JNE itu ramah dan bertanggung jawab. Selain itu, JNE juga bisa pick up atau menjemput barang yang ada di Jrahi setiap hari. Jadi, saya bisa menghemat waktu."

Hal tersebut diakui Aan sangat membantu bisnisnya. Mengingat lokasi Jrahi sendiri yang berada jauh di lereng gunung, sementara kantor JNE atau jasa ekspedisi lain terdekat berada di luar Kecamatan Gunungwungkal, seperti di Kecamatan Tayu atau Margoyoso yang jaraknya bisa mencapai 20-30 kilometer dari Jrahi.

Setelah satu tahun merintis bisnis, UMKM Kopi Kampoeng Jrahi dipaksa menghadapi badai karena terjadi pandemi di tahun 2020. Tutupnya kafe-kafe kopi di bulan-bulan awal PSBB tentu saja berdampak terhadap usaha UMKM Kopi Kampoeng Jrahi. Beruntung kemudian keadaan bisa membaik, sehingga bisnis Kopi Jrahi mulai menggeliat kembali.

Selama menjalankan binisnya, Aan juga terbantu oleh pemerintah Kabupaten Pati. Berbagai pelatihan dan kemudahan dialakukan oleh dinas terkait seperti pelatihan pembuatan produk yang baik, pemasaran, perijinan usaha, sertifikasi halal, dan lainnya. Hal tersebut tentu sangat membantu UMKM-UMKM yang ada di Pati, seperti Kopi Kampoeng Jrahi milik Aan.

Aan sendiri memanfaatkan teknologi digital untuk pemasaran produknya. Seperti melalui Instagram dengan akun @kopikampoengjrahi untuk memperluas jangkauan bisnisnya.

Selama setengah jam lebih Aan membagikan pengalamannya. Setelah menghabiskan kopi tubruk, aku pun pamit. Tak lupa aku membeli sebungkus kopi Jrahi Robusta untuk dibawa pulang.

Segelas kopi Jrahi (dokumen pribadi)
Segelas kopi Jrahi (dokumen pribadi)

Selama di Pati, hampir setiap pagi aku menyeduh segelas kopi Jrahi Robusta tersebut. Rasanya benar-benar khas. Tak sampai dua minggu, kopi tersebut sudah habis.

Pertengahan Januari 2022 aku kembali ke Tangerang. Karena kangen dengan cita rasa khas Kopi Jrahi, aku mengontak Aan. Aku memesan tiga bungkus Kopi Jrahi, dan minta dikirim segera.

"Kirimnya tentu pake JNE. Biar mereka besok pagi langsung jemput barangnya ke Jrahi," kata Aan.

Pengiriman via JNE dari Jrahi ke Tangerang perlu waktu dua hari saja. Kondisi kemasan terjaga dengan baik saat aku terima di Tangerang.

Paket kopi Jrahi yang dikirim via JNE (dokumen pribadi)
Paket kopi Jrahi yang dikirim via JNE (dokumen pribadi)

Terima kasih JNE, yang membantu banyak UMKM seperti Kopi Kampoeng Jrahi. JNE telah membuat cita rasa dan aroma harum terus bisa dinikmati oleh para penikmat kopi di seluruh penjuru negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun