Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Keindahan Karya Seni Suku Kamoro

5 November 2021   08:00 Diperbarui: 5 November 2021   08:28 6354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya seni ukir yang indah dari Suku Kamoro. (Dok. pribadi)

Kamoro adalah salah satu suku yang mendiami tanah Papua, tepatnya di Mimika. Nama suku ini mungkin belum sepopuler Asmat yang lebih dahulu dikenal oleh banyak orang. Namun, Suku Kamoro ternyata juga memiliki karya seni yang begitu indah berupa anyaman, ukiran, dan tarian.

Adalah Kamoro Art Exhibition and Sale 2021, sebuah pameran yang menghadirkan karya seni dari suku Kamoro. Acara yang diselenggarakan pada tanggal 27-29 Oktober 2021 di Jakarta ini diselenggarakan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) bersama Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe (MWK) dan Plataran Indonesia.

Selama 3 hari, karya seni dan budaya Suku Kamoro dihadirkan kepada para pengunjung pameran. Suku Kamoro yang tinggal di pesisir selatan Papua ini hidup berdampingan dengan PTFI di wilayah operasi perusahaan di Mimika, Papua.

Saya hadir pada hari ke-3 acara tersebut. Saya tiba lebih awal, sebelum dialog "Kearifan Lokal dalam Karya Seni" dimulai pada jam 3 sore. Waktu luang ini saya pergunakan untuk menikmati karya-karya seni yang dipamerkan.

Sebagian besar dari karya seni tersebut berupa ukiran kayu dengan posisi vertikal berupa patung atau tameng, mulai dari yang tingginya 20-30 centimeter hingga karya setinggi 3 meter.

Saya jeda dahulu cerita tentang seni kriya dari Kamoro ini, yang akan saya bahas kemudian setelah ulasan mengenai dialog "Kearifan Lokal dalam Karya Seni".

Dialog seni menghadirkan narasumber Ghea Panggabean (Fashion Designer), Luluk Intarti (Pembina Yayasan MWK), dan Asha Smara Darra (Fashion Designer) serta pembawa acara Yuliana Fonataba.

Acara yang digelar di Hutan Kota by Plataran Senayan, Jakarta ini juga disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube Freeport Indonesia.

Pembawa acara dan narasumber dialog seni. (Dok. pribadi)
Pembawa acara dan narasumber dialog seni. (Dok. pribadi)

Melestarikan Warisan Budaya Melalui Fashion 

Ghea Panggabean telah berkarya selama 40 tahun sebagai Fashion Designer. Ia kerap dikenal karena konsistensinya dalam mengangkat motif kain tradisional Indonesia, seperti jumputan, ikat, songket, dan batik menjadi busana yang modis dan bisa dikenakan sehari-hari.

Menurutnya, melestarikan warisan budaya bisa dilakukan melalui fashion. Ghea pernah berkunjung Papua dan berinteraksi dengan suku Asmat.

Suku Asmat belajar dari alam yang dijadikan sebagai inspirasi untuk seni ukiran. Ghea terinspirasi oleh patung-patung Asmat yang kemudian digunakannya sebagai motif wastra.

Ghea juga sangat tertarik ketika melihat seni kriya dari suku Kamoro. Tameng atau perisai dari suku Kamoro yang begitu indah telah memberinya inspirasi dan kemudian menuangkannya dalam motif fashion yang dibuatnya.

Mengangkat Kembali Karya Seni Kamoro 

Luluk Intarti mengungkapkan bahwa Suku Kamoro sebagai salah satu dari 255 suku asli Papua memiliki karya seni pahat atau ukir yang luar biasa menakjubkan.

Selain seni ukir, Kamoro juga memiliki hasil anyaman dan bahan-bahan alami yang bisa dimanfaatkan. Namun, seni Kamoro ini pernah mengalami degradasi di mana tidak adanya gairah dari penduduk setempat untuk berkreasi.

Hal inilah yang mendasari terbentuknya Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe (MWK) untuk melestarikan seni dan budaya Kamoro.

Maramowe Weaiku Kamorowe sendiri memiliki arti pengukir muda Kamoro. Yayasan ini mendukung dan memberdayakan para pemahat dan penganyam kerajinan Kamoro untuk mengembangkan dan mempromosikan hasil karya mereka.

Luluk juga mengatakan perlunya beberapa langkah untuk pelestarian budaya. Pertama, yaitu dengan menjaga dulu terhadap seni yang sudah ada. Kemudian diikuti dengan pemberdayaan para seniman, serta mempromosikan hasil karya mereka.

Jika para seniman terus berkarya atau memproduksi ukiran tapi tidak bisa memasarkannya, maka terjadi kemacetan dalam berkarya. Jika sudah begitu, maka seni ukiran Kamoro akan punah.

Lebih lanjut Luluk mengungkapkan, agar upaya pelestarian ini berlanjut maka perlu adanya kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan lainnya.

Salah satunya yaitu yayasan bekerja sama dengan PTFI mengadakan pameran di Jakarta. Tujuannya untuk mendekatkan karya seni Kamoro kepada para penikmat seni atau pasar di Jakarta karena di sini banyak kolektornya.

Karya seni Kamoro berupa patung ikan dan burung (Dok. pribadi)
Karya seni Kamoro berupa patung ikan dan burung (Dok. pribadi)

Peran Desainer dalam Melestarikan Budaya 

Sementara itu, Asha Smara Darra mengungkapkan perlunya melibatkan desainer dalam upaya pelestarian budaya. Kolaborasi dengan desainer bisa mendorong para pengrajin untuk terus produktif sehingga mampu menjaga pelestarian budaya.

Nama Asha sudah sangat dikenal di dunia mode Indonesia. Salah satu ciri fashionnya yaitu menggunakan tekstil tradisional berbagai daerah di Indonesia.

Salah satu karya rancangan terkini dari Asha yaitu busana yang dikenakan oleh para penampil di upacara pembukaan PON Papua 2021 lalu yang melibatkan 90% penari lokal.

Asha juga mengungkapkan bahwa kolaborasi tidak hanya untuk mempromosikan produk kepada masyarakat. Lebih dari itu, masyarakat perlu mengenal cerita di balik sebuah kerajinan serta proses pembuatannya.

Selain kolaborasi, perlu juga kegiatan lainnya seperti lomba dan sayembara desain. Kegiatan ini bisa memacu kreativitas dan inovasi para pengrajin. Sehingga, akan lahir karya-karya baru.

Indahnya Karya Seni Kamoro 

Sebelum dan sesudah acara dialog seni berlangsung, saya juga melihat indahnya karya seni Kamoro yang dipamerkan. Karya tersebut sebagian besar berupa ukiran kayu dengan posisi vertikal berupa patung dan perisai.

Patung Wemawe yang menggambarkan leluhur masyarakat Kamoro. (Dok. pribadi)
Patung Wemawe yang menggambarkan leluhur masyarakat Kamoro. (Dok. pribadi)

Salah satu karya yang menarik perhatian saya adalah wemawe, yaitu patung yang menggambarkan leluhur masyarakat Kamoro. Patung ini merupakan bentuk penghormatan dan persembahan dari pemahat kepada leluhur.

Motif ukiran Kamoro sangat khas. Jika biasanya saya melihat ukiran dari Jawa yang kebanyakan memiliki motif tumbuhan, seperti daun, bunga, dan sulur, maka tidak demikian dengan ukiran Kamoro.

Unsur-unsur seperti manusia, perahu, burung, ikan, dan buaya menjadi motif dominan pada karya seni Kamoro. Hal ini tentunya tak terlepas dari keseharian masyarakat Kamoro yang dekat dengan pesisir dan rawa-rawa.

Sementara dari unsur warna, hampir sebagian besar kriya Kamoro menggunakan warna gelap seperti hitam dan coklat. Meski demikian, ada pula karya yang berwarna putih.

Karya seni ukir yang indah dari Suku Kamoro. (Dok. pribadi)
Karya seni ukir yang indah dari Suku Kamoro. (Dok. pribadi)

Saya sangat mengapresiasi perhelatan Kamoro Art Exhibition and Sale 2021 ini. Acara ini membuat saya lebih mengenal budaya Kamoro sebagai salah satu bagian dari budaya Indonesia. Selain itu, saya bisa mengenal nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam setiap karya seni tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun