Indonesia memiliki keanekaragaman budaya. Setiap daerah memiliki tradisi budaya yang khas dan unik. Salah satu tradisi tersebut adalah megengan, yang dilakukan menjelang bulan Ramadan tiba.
Tradisi megengan ini biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa. Tradisi ini merupakan akulturasi ajaran Islam dengan budaya Jawa yang dipengaruhi oleh ajaran Hindu. Akulturasi dengan budaya lokal menjadi cara yang dilakukan oleh Walisongo saat menyebarkan Islam. Pesan-pesan dakwah disampaikan dengan penuh estetika dan disesuaikan dengan tradisi yang ada.
Di kampung halaman saya di Pati, megengan ditandai dengan acara syukuran yang diadakan di masjid atau langgar setempat. Setiap keluarga (bisa diwakilkan oleh kepala keluarga atau anak) akan membawa sego berkat atau nasi syukuran yang ditempatkan dalam wadah khusus dan dibungkus plastik. Sego berkat ini tidak hanya berisi nasi, tetapi juga lauk, sayur, dan jajanan tradisional.
Seorang modin atau pemuka agama kemudian akan memimpin acara dengan menaikkan doa, agar warga diberikan kekuatan untuk menjalankan ibadah puasa. Selain memimpin doa, modin tersebut juga memberikan wejangan kepada warga.
Di akhir acara, warga akan mengambil sego berkat yang bukan miliknya sendiri, melainkan sego berkat yang sebelumnya dibawa oleh warga lainnya. Di sinilah unik dan serunya megengan tersebut, apalagi jika yang hadir adalah anak-anak.
Namanya anak-anak, maunya membawa pulang sego berkat dengan lauk yang disukainya. Biasanya sebelum acara dimulai, ia akan menanyakan atau mengintip isi sego berkat yang dibawa oleh temannya.
Jika isinya sesuai yang diharapkan, ia akan janjian dengan teman tersebut untuk saling menukar sego berkat. Namun bisa saja teman tersebut tidak mau saling tukar sego berkat, lantaran isinya tidak sesuai dengan seleranya. Jika demikian anak tersebut akan kembali mencari teman lain yang mau bertukar sego berkat dengannya.
Semur Bandeng
Kabupaten Pati sendiri memiliki hasil perikanan yang cukup melimpah, baik perikanan tangkap (ikan laut) maupun perikanan tambak. Hasil tambak berupa ikan bandeng melimpah, terutama dari wilayah Juwana.
Salah satu lauk yang biasanya ada dalam sego berkat adalah semur bandeng. Semur bandeng ini banyak disukai orang. Daging ikan bandeng yang lembut dengan rasanya yang khas, akan semakin nikmat dipadu dengan olahan bumbu dan kuah semur kental yang pedas-gurih-manis tersebut.
Sego berkat dengan isian lauk semur bandeng biasanya menjadi favorit anak-anak yang ikut megengan. Apalagi jika potongan atau ukuran bandengnya cukup besar, maka akan menjadi incaran dan rebutan oleh anak-anak di acara megengan tersebut.Â
Filosofi Megengan
Tradisi megengan tidak sekadar bertukar makanan ada sego berkat saja. Ada filosofi dan semangat luhur yang turut hadir pada tradisi tahunan menjelang bulan puasa ini.
Megengan berbicara tentang semangat kebersamaan yang ada dalam masyarakat. Megengan juga mengandung nilai keikhlasan yang perlu dimiliki setiap orang. Ketika warga menaruh sego berkat dengan menu terbaik, ia sudah harus ikhlas untuk melepasnya.
Megengan juga membangun kekuatan iman seseorang saat memasuki bulan Ramadan. Juga, ada semangat sukacita yang perlu dimiliki setiap orang dalam menjalankan ibadah puasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H