Sudah tiga hari aku berada di tanah Minang dan besok sudah harus kembali ke Jakarta. Minggu ini aku mendapat tugas luar dari kantorku, sebuah perusahaan travel yang menjual paket tur wisata dalam dan luar negeri.
Pada awalnya ada dua orang yang ditugaskan oleh kantor, aku dan Ilham, untuk hunting foto di Sumatera Barat. Ada beberapa lokasi yang akan kami datangi, yaitu Bukittinggi, Payakumbuh, dan Padang.
Namun seminggu sebelum keberangkatan, Ilham memberi tahu jika dirinya tidak bisa berangkat karena ada keperluan mendadak yang tak mungkin ia tinggalkan. Pihak kantor sudah berusaha mencari penggantinya, namun teman yang lain juga sepertinya tidak bisa. Mau tidak mau, aku harus pergi seorang diri.
***
Kami memanggilnya Datuak karena beliau berasal dari Sumatera Barat, tepatnya dari Padang Pariaman. Beliau salah satu warga senior di RT kami, umurnya 68 tahun. Sudah 40 tahun beliau meninggalkan tanah kelahirannya untuk merantau di Jakarta.
Datuak tinggal bersama istrinya. Tiga anaknya sudah berkeluarga dan memilih tinggal di rumah mereka masing-masing. Namun, hampir setiap akhir pecan anak-anak Datuak datang berkunjung.
Usia Datuak memang sudah tidak muda lagi. Namun beliau tetap bersemangat mengikuti kegiatan warga. Mulai dari kerja bakti, hingga rapat bulanan warga.
Kami sangat menghormati Datuak. Beliau sering memberikan nasihat kepada kami yang usianya masih muda. Tak jarang beliau juga berkisah tentang pengalaman masa muda beliau. Gaya bicaranya yang penuh semangat dengan logat khas Minang, membuat siapa pun antusias mendengarkan cerita-cerita beliau.
***
Hari pertama aku berkujung ke Bukittinggi. Kota yang tidak terlalu besar ini memang menarik, menjadi destinasi wajib bagi pelancong yang datang ke Sumatera Barat. Jam gadang menjadi magnet utama kota ini.
Jam yang dibangun tahun 1826 itu memang selalu ramai dikunjungi wisatawan, Aku agak kesulitan mencari spot untuk memotret menara setinggi 26 meter ini. Aku mencoba berpindah dari satu sudut ke sudut lainnya untuk mendapatkan hasil foto terbaik.