Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Masjid yang Berbagi Halaman dengan Gereja

30 April 2020   00:18 Diperbarui: 30 April 2020   00:21 2211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

An Namira, begitulah nama masjid tersebut. Secara fisik, ukurannya tidak besar. Maklum saja, hanya sebuah masjid desa yang berada di pesisir dan jauh dari keramaian kota.

Namun jika kita mengunjungi masjid yang berada di Ratatotok, Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara ini, ada rasa damai yang hinggap di sanubari. Tak hanya itu, ada kebanggaan yang timbul atas toleransi umat beragama di desa tersebut.

Suatu ketika di tahun 2016, saya mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Teluk Buyat, Sulawesi Utara. Perairan Teluk Buyat ini begitu indah. Air lautnya berwarna biru jernih. Berbagai jenis ikan dan terumbu karang hidup di dalamnya.

Selain lautnya, daratan di sekitar Teluk Buyat juga indah. Daratannya berbukit-bukit, dan masih banyak pepohonan yang tumbuh. Hijau, menyejukkan mata.

Salah satu pantai yang memiliki potensi wisata yaitu Pantai Lakban. Pantai ini memiliki daratan yang landai, ditambah dengan pohon kelapa yang memanjang mengikuti garis pantainya. Di hadapan pantai, ada deretan pulau yang berjajar.

Saat berkunjung ke Pantai Lakban pada pagi hari, saya sempat menyaksikan kegiatan nelayan setempat. Perahu-perahu nelayan mendarat, setelah pada malam sebelumnya mencari ikan di laut.

Di pantai yang tenang ini saya menjumpai Masjid An Namira, tak jauh dari lokasi para nelayan tadi. Keistimewaan dari masjid ini yaitu berdiri berdekatan dengan Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM).

dok. pribadi
dok. pribadi
Kedua tempat ibadah tersebut berada dalam satu pagar, serta berbagi satu halaman yang sama. Kubah masjid dan menara gereja menjulang dalam jarak yang begitu dekat. Luar biasa!

Ada dua agama besar yang dianut oleh penduduk Ratatotok, juga masyarakat Minahasa pada umumnya, yakni Islam dan Kristen. Umat dari dua agama ini hidup rukun berdampingan satu dengan yang lain.

Saat umat Kristen merayakan hari besar keagamaan seperti Natal, maka umat Islam turut berjaga-jaga di sekitar lingkungan gereja. Begitu juga sebaliknya saat umat Islam beribadah atau merayakan hari besar keagamaannya seperti Idul Fitri, umat Kristen dengan senang hati berjaga di lingkungan tersebut.

Masyarakat Ratatotok yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan ini, berasal dari berbagai suku. Tidak hanya suku Minahasa, tetapi juga Bolaang Mongondow, Gorontalo, Bugis, hingga Jawa. Mereka hidup rukun satu dengan yang lain.

Bukan perkara mudah untuk mendirikan dua bangunan ibadah yang saling berdekatan, seperti yang ada di Ratatotok, Minahasa Tenggara ini. Kerukunan umat beragama di tempat ini patut diacungi jempol, dan perlu kita teladani.

Kita masih saja melihat gesekan-gesekan horisontal di masyarakat, yang berlatar belakang perbedaan keyakinan. Bahkan tak jarang gesekan tersebut berlanjut dengan kerusuhan. Sangat disayangkan!

dok. pribadi
dok. pribadi
Sikap yang diambil oleh masyarakat Ratatotok perlu diteladani. Masjid An Namira dan GMIM yang berdampingan dan berbagi halaman, bisa menjadi inspirasi bagi kerukunan dan persatuan bangsa Indonesia.

Karena memang benar "torang samua basudara", kita semua bersaudara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun