Angka-angka korban akibat pandemi Covid-19 secara nasional maupun global masih terus menunjukkan grafik naik. Sebanyak 4557 kasus terkonfirmasi di Indonesia per Senin (13/4), dengan 399 korban meninggal dunia.
Sementara di tingkat gobal, sebanyak 1,89 juta kasus terjadi dengan korban meninggal dunia sebanyak 117 ribu. Amerika serikat dan negara-negara Eropa menjadi wilayah yang paling banyak merasakan keganasan Covid-19Â hingga saat ini.
Pandemi Covid-19 bukan yang pertama kali terjadi di muka bumi. Wabah penyakit menular terjadi setiap 100 tahun sekali. Bila kita menengok jauh ke belakang, tercatat pada tahun 1720 terjadi wabah sampar yang melanda Marseille, Perancis yang menewaskan lebih dari 100 ribu warga kota ini.
Satu abad berikutnya, yaitu tahun 1820 terjadi wabah kolera. Wabah ini bermula dari India yang kemudian menyebar ke seluruh negara Asia, termasuk Indonesia. Tercatat lebih dari 100.000 kematian di Asia. Di Bangkok, Thailand, kemungkinan terjadi kematian sebanyak 30.000 jiwa sedangkan di Semarang, diperkirakan 1.225 orang meninggal dunia.
Di abad ke-20, tepatnya tahun 1918, terjadi wabah Flu Spanyol yang mengakibatkan lebih banyak korban jiwa daripada Perang Dunia I. Penyebab wabah Flu Spanyol adalah virus flu H1N1 yang telah mengalami mutasi genetik dan menjadi jauh lebih berbahaya dibandingan dengan virus flu biasa. Flu Spanyol ini menginfeksi lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia, termasuk pulau-pulau Pasifik yang terpencil hingga Kutub Utara.
Flu Spanyol lebih banyak menelan korban daripada Perang Dunia I
Wabah flu ini tidaklah terbatas di Spanyol dan bahkan tidak berasal dari negara tersebut. Diperkirakan epidemi berasal dari New York terkait dengan bukti gelombang pra-pandemi virus di kota tersebut.
Dinamakan flu Spanyol karena Spanyol pada saat itu merupakan negara netral saat Perang Dunia I (1914-1918). Artinya, di sana bebas untuk melaporkan severitas dari wabah yang terjadi. Sementara, negara-negara lain yang tengah berperang berusaha menutupi laporan tentang bagaimana flu ini berdampak terhadap jumlah populasi, untuk mempertahankan moral dan tidak terlihat lemah di mata musuh.
Wabah flu ini bermula dari belahan bumi utara tahun 1918. Virus menyebar dengan cepat dan menyebar ke seluruh dunia. Epidemi berubah menjadi pandemi. Virus ini bahkan mencapai tempat-tempat yang jauh seperti Alaska dan Samoa (yang ada di Pasifik). Puncak mortalitas terjadi di tahun 1918 namun pandemi belum berakhir, hingga 2 tahun berikutnya di akhir 1920.
Terdapat angka-angka berbeda mengenai jumlah kematian akibat Flu Spanyol ini. Patterson dan Pyle (1991) memperkiraan jumlahnya antara 24,7 hingga 39,3 juta jiwa. Johnson dan Mueller (2002) memperkirakan 50-100 juta jiwa meninggal dunia secara global.
Angka kematian akibat Flu Spanyol tersebut lebih tinggi dari kematian yang diakibatkan Perang Dunia I. Perang yang terjadi pada tahun 1914-1918 tersebut memakan korban jiwa sebanyak 20,5 hingga 22 juta jiwa.