Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Flu Spanyol, Pandemi yang Menelan Korban Lebih Banyak daripada Perang Dunia

14 April 2020   03:09 Diperbarui: 10 Mei 2020   00:38 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angka-angka korban akibat pandemi Covid-19 secara nasional maupun global masih terus menunjukkan grafik naik. Sebanyak 4557 kasus terkonfirmasi di Indonesia per Senin (13/4), dengan 399 korban meninggal dunia.

Sementara di tingkat gobal, sebanyak 1,89 juta kasus terjadi dengan korban meninggal dunia sebanyak 117 ribu. Amerika serikat dan negara-negara Eropa menjadi wilayah yang paling banyak merasakan keganasan Covid-19 hingga saat ini.

Pandemi Covid-19 bukan yang pertama kali terjadi di muka bumi. Wabah penyakit menular terjadi setiap 100 tahun sekali. Bila kita menengok jauh ke belakang, tercatat pada tahun 1720 terjadi wabah sampar yang melanda Marseille, Perancis yang menewaskan lebih dari 100 ribu warga kota ini.

Satu abad berikutnya, yaitu tahun 1820 terjadi wabah kolera. Wabah ini bermula dari India yang kemudian menyebar ke seluruh negara Asia, termasuk Indonesia. Tercatat lebih dari 100.000 kematian di Asia. Di Bangkok, Thailand, kemungkinan terjadi kematian sebanyak 30.000 jiwa sedangkan di Semarang, diperkirakan 1.225 orang meninggal dunia.

Di abad ke-20, tepatnya tahun 1918, terjadi wabah Flu Spanyol yang mengakibatkan lebih banyak korban jiwa daripada Perang Dunia I. Penyebab wabah Flu Spanyol adalah virus flu H1N1 yang telah mengalami mutasi genetik dan menjadi jauh lebih berbahaya dibandingan dengan virus flu biasa. Flu Spanyol ini menginfeksi lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia, termasuk pulau-pulau Pasifik yang terpencil hingga Kutub Utara.

Flu Spanyol lebih banyak menelan korban daripada Perang Dunia I

Wabah flu ini tidaklah terbatas di Spanyol dan bahkan tidak berasal dari negara tersebut. Diperkirakan epidemi berasal dari New York terkait dengan bukti gelombang pra-pandemi virus di kota tersebut.

Dinamakan flu Spanyol karena Spanyol pada saat itu merupakan negara netral saat Perang Dunia I (1914-1918). Artinya, di sana bebas untuk melaporkan severitas dari wabah yang terjadi. Sementara, negara-negara lain yang tengah berperang berusaha menutupi laporan tentang bagaimana flu ini berdampak terhadap jumlah populasi, untuk mempertahankan moral dan tidak terlihat lemah di mata musuh.

Wabah flu ini bermula dari belahan bumi utara tahun 1918. Virus menyebar dengan cepat dan menyebar ke seluruh dunia. Epidemi berubah menjadi pandemi. Virus ini bahkan mencapai tempat-tempat yang jauh seperti Alaska dan Samoa (yang ada di Pasifik). Puncak mortalitas terjadi di tahun 1918 namun pandemi belum berakhir, hingga 2 tahun berikutnya di akhir 1920.

Terdapat angka-angka berbeda mengenai jumlah kematian akibat Flu Spanyol ini. Patterson dan Pyle (1991) memperkiraan jumlahnya antara 24,7 hingga 39,3 juta jiwa. Johnson dan Mueller (2002) memperkirakan 50-100 juta jiwa meninggal dunia secara global.

Angka kematian akibat Flu Spanyol tersebut lebih tinggi dari kematian yang diakibatkan Perang Dunia I. Perang yang terjadi pada tahun 1914-1918 tersebut memakan korban jiwa sebanyak 20,5 hingga 22 juta jiwa.

Populasi dunia pada tahun 1918 diperkirakan sebanyak 1,8 milyar. Dan bila kita menggunakan data dari Johnson dan Mueller di atas, maka Flu Spanyol telah mengakibatkan 2,7% hingga 5,4% populasi dunia berkurang.

(Bila dibandingkan dengan populasi dunia saat ini sebanya 7,8 milyar, Wabah Covid-19 telah mengakibatkan korban meninggal dunia 117 ribu jiwa atau 0,0015%)

Usia harapan hidup yang turun drastis akibat Flu Spanyol

Usia harapan hidup di dunia tahun 2019 adalah 72,6 tahun. Di negara-negara Eropa yang tingkat kesejahteraan penduduknya lebih baik, usia harapan hidup lebih tinggi yaitu bisa mencapai 83 tahun. Sementara itu, Indonesia 71,7 tahun.

Usia harapan hidup tahun 1800-2019 (Sumber: Ourwordindata.org)
Usia harapan hidup tahun 1800-2019 (Sumber: Ourwordindata.org)
Usia harapan hidup manusia menunjukkan pergerakan yang lebih baik. Dari tahun 1800 -- 2019, grafiknya yang menunjukan tendensi naik. Tahun 1800 rata-rata usia tercatat sekitar 30 tahun, dan kecenderungan grafiknya bergerak naik dari tahun ke tahun.

Namun, flu Spanyol pada tahun 1918 sempat membuat grafik usia harapan hidup yang sebelumnya bergerak menanjak, tiba-tiba turun drastis. Angka-angka pada tiap negara bisa kita lihat pada grafik.

Usia harapan hidup tahun 1918 yang turun drastis (Sumber: ourworldindata.org)
Usia harapan hidup tahun 1918 yang turun drastis (Sumber: ourworldindata.org)
Dari catatan-catatan di atas, kita menengok ke pandemi yang pernah terjadi sebelumnya (khususnya Flu Spanyol). Namun, ada perbedaan bila pandemi tersebut dibandingkan dengan pandemi Covid-19 saat ini.

Flu Spanyol dan Covid-19 disebabkan oleh virus yang berbeda. Covid-19 disebabkan oleh coronavirus, bukan virus influenza yang menyebabkan Flu Spanyol dan beberapa pandemi lain yang pernah terjadi (Flu Rusia, Flu Hongkong, dan lainnya).Selain itu, flu Spanyol pada tahun 1918 membahayakan bagi bayi dan anak-anak. Sementara Covid-19 paling berbahaya bagi usia lanjut.

Tatanan kemasyarakatan juga jauh berbeda, di mana pada tahun 1918 informasi-infomasi terkait flu Spanyol sengaja tidak dibuka oleh beberapa negara yang tengah berperang di PD I. Sumber daya negara saat itu juga lebih banyak digunakan untuk perang, yang tentunya berpengaruh terhadap tingkat layanan kesehatan bagi masyarakat.

Namun kita bisa menarik pelajaran atas wabah yang terjadi satu abad lalu. Flu Spanyol mengingatkan kita bagaimana besarnya dampak dari sebuah pandemi, bahkan pada negara yang telah berhasil memperbaiki kesehatan masyarakatnya.

Sebuah penyakit baru bisa menyebabkan kerusakan yang besar dan mengakibatkan kematian banyak orang. Dan berangkat dari hal ini, Flu Spanyol bisa menjadi sebuah peringatan dan motivasi bagi kita untuk mempersiapkan dengan baik akan hal-hal (wabah) yang lebih besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun