"Yudha!!!"
Aku terkejut. Sebuah tepukan keras di punggungku hampir saja membuatku tersedak.
"Eh, Riri. Ngagetin aja!" kataku setengah berteriak. "Bisa mati jantungan aku."
Bukannya meminta maaf, perempuan tomboy berambut seleher di hadapanku itu malah terbahak. Agak kesal aku melihatnya.
"Eh, Yud. Udah lama di sini?"
"Baru sepuluh menitan. Pesen minum dulu sana!"
Riri melambaikan tangannya ke pelayan. Seorang pria dua puluhan tahun menghampiri meja kami. Ia mengenakan kaos kerah berwarna hitam polos dan celana blue jeans.Â
"Mas, aku pesen lemon tea ya. Gulanya dikit aja," kata Riri. "Mau nambah nggak, Yud?"
"Ya, boleh. Samain aja," timpalku.
"Pesen dua ya, Mas!"
Riri membuka laptop, lalu menyalakannya. Diambilnya juga buku catatan dari dalam tas. Ia membolak-balik lembar buku tersebut.Â
Di sudut sana dua penyanyi remaja masih menampilkan lagu-lagu barat sejak aku datang tadi. Yang satu memainkan gitar akustik, dan satunya lagi bernyanyi. Lumayan juga penampilan mereka.Â
Pelayan tadi datang, dengan membawa dua gelas lemon tea di baki. Dengan sopan diletakkannya kedua gelas minuman tersebut ke atas meja.
"Makasih," kata Riri. "O ya, Mas. Bisa request lagunya pop Indo aja?"Â