Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama FEATURED

Enggak Perlu Gengsi Makan Ikan Lokal

25 Februari 2020   16:02 Diperbarui: 21 November 2020   13:56 3015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak akhir 2018, ada sesuatu yang baru yang saya lihat saat pulang ke kampung halaman di Pati. Sebuah patung bandeng futuristik selalu menyita perhatian saat saya melintas di ujung barat Jalan Lingkar Selatan.

Patung bandeng ini berukuran cukup besar, dengan panjang 26 meter dan lebar 6 meter. Tampilannya mengingatkan saya akan robot di film Transformers, namun dalam rupa ikan. 

Tubuh luar ikan terbuat dari susunan lempengan metal, lalu ada sayatan di bagian perut. Dari sayatan ini, terihatlah bagian jeroan berupa rangkaian puluhan roda gigi dengan warna keemasan.

Tugu bandeng ini menjadi ikon sekaligus penyambut kedatangan para warga Patu atau pengunjung dari arah barat, yaitu dari Semarang atau Kudus. Tugu tersebut persis berada di pinggir Jalan Raya Pos (Jalur Daendels) yang melalui kota Pati.

Dipilihnya ikan bandeng sebagai ikon tentu bukan tanpa alasan. Salah satu kecamatan di Kabupaten Pati, yakni Juwana, terkenal sebagai daerah penghasil bandeng. Bahkan bandeng presto di Semarang yang tersohor, konon mencatut brand Bandeng Presto Juwana.

Tugu Bandeng Juwana (dok. pribadi)
Tugu Bandeng Juwana (dok. pribadi)
Juwana sendiri lokasinya persis di timur Pati. Di salah satu sisi alun-alun Juwana, ada pula tugu bandeng namun ukurannya jauh lebih kecil daripada tugu bandeng "Transformers" di ujung barat Pati.

Ikan bandeng banyak dibudidayakan di pertambakan di Juwana. Saat melintasi Jalan Raya Pos di Juwana menuju Rembang, hamparan luas petak-petak tambak menjadi pemandangan yang lazim dijumpai di kiri-kanan jalan. Tambak tersebut tak seluruhnya berupa tambak bandeng, ada juga tambak garam.

Tidak hanya menjadi penghasil perikanan tambak, Juwana juga menjadi penghasil perikanan tangkap (perikanan laut). Saya sempat berkunjung ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berada di Desa Bajo, Juwana. TPI ini tidak berada di pesisir atau pantai, tetapi berdiri di tepi Sungai Silugonggo atau Sungai Juwana.

Hasil tangkapan ikan laut oleh nelayan-nelayan Juwana jumlahnya cukup melimpah. Konon, ikan yang dijual di Muara Baru, Jakarta, didatangkan dari Juwana. Beberapa ikan lokal yang pernah saya lihat di TPI Juwana misalnya banyar atau kembung, lonco, dorang, dan sebagainya.

Baik ikan tambak maupun ikan tangkap, jumahnya berlimpah di Juwana. Tidak mengherankan jika kuliner berbasis ikan tersebut juga bisa didapatkan di warung, kafe, atau restoran setempat yang menyajikannya dalam bentuk olahan goreng, bakar, pindang, presto, hingga mangut.

Bandeng Presto (dok. pribadi)
Bandeng Presto (dok. pribadi)
Tak perlu merasa gengsi untuk mengonsumsi ikan-ikan lokal tersebut. Selain memiliki rasa yang lezat, ikan lokal juga punya kandungan gizi yang baik bagi kesehatan tubuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun