Jalan aspal yang melewati pedesaan khas Jawa dengan kontur yang naik turun dan pohon-pohon rindang, cukup menyegarkan mata. Sambutan penduduk setempat juga sangat menyenangkan. Pertunjukan seni di beberapa titik di tepi jalan sangat menghibur dan mampu memberikan semangat bagi para pelari. Jika di tahun 2016 saya finish hampir 8 jam (melebihi batas waktu 7 jam yang ditetapkan), maka pada tahun 2019 saya malah berhenti di KM 31 karena sudah tidak kuat lagi untuk berlari.
Usai mengikuti Bormar 2019, saya menginap 1 hari lagi di Magelang. Seperti rencana awal, saya berniat berkunjung ke tempat-tempat seperti yang ditulis pada novel Mangun. Namun, di hari terakhir itu saya enggan beranjak dari kamar hotel karena kondisi tubuh yang masih kelelahan. Â Tertundalah niat saya untuk melihat masih berdirikah bangunan besar-kecil bergaya kolonial yang menawan dengan bentuk dan warnanya menyenangkan mata, atau bagaimana aliran air di Selokan Manggis itu.
Tulisan yang sama pernah dimuat di samleinad.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H