Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inspirasi Natal: Membaca "Mangun", Perjalanan Cinta Kasih dari Sang Romo

25 Desember 2019   14:52 Diperbarui: 25 Desember 2019   15:57 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Mangun, karya Sergius Sutanto (dok. pribadi)

Mangun sempat ikut dalam pertempuran di Ambarawa, Magelang, dan Mranggen. Setahun kemudian, dia kembali melanjutkan sekolahnya di STM Jetis dan bergabung menjadi prajurit Tentara Pelajar. Saat menjadi tentara, Mangun melihat sisi buruk perlakuan tentara Indonesia kepada rakyatnya sendiri.

Mangun kemudian berpindah kota untuk melanjutkan pendidikan di SMU-B Santo Albertus di Malang. Karena panggilan untuk melayani di gereja, Mangun kemudian melanjutkan studi di Seminari Menengah Kotabaru di Yogyakarta, Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius di Mertoyudan Yogyakarta, dan Seminari Tinggi. Sekolah di Institut Filsafat dan Teologi Santo Paulus di Kotabaru. Pada tahun 1959 Mangun ditahbiskan menjadi Imam oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ.

Mangun kemudian mempelajari arsitektur di Teknik Arsitektur  ITB. Beliau juga melanjutkan studi arsitekturnya di Aanhen, Jerman. Lulus tahun 1966, ia kembali ke Indonesia.

Cinta kasih Sang Romo dalam membela rakyat tertindas dilakukan Mangun ketika ia membantu warga Kali Code Yogyakarta dari penggusuran. Ia menyumbang pemikirannya untuk membangun hunian-hunian dengan eksterior yang akrab dengan kondisi sosial-budaya warga setempat, namun tetap indah dipandang. Mangun juga turut membangun mentalitas warga Kali Code untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Bagian klimaks dari novel ini yaitu ketika Mangun membela para petani di Kedung Ombo yang digusur karena wilayahnya akan dijadikan waduk. Beliau sedang sakit dan dokter melarangnya beraktivitas karena penyakit jantung. Tapi relawan berkunjung dan minta Romo Mangun masuk Kedung Ombo.

Tentara berjaga-jaga di sekitar Kedung Ombo dan melarang bantuan dari luar. Romo Mangun akhirnya berhasil masuk dan menemui warga Kedung Ombo yang wilayahnya mulai digenangi air, walaupun akhirnya ia harus dikejar-kejar tentara. Warga kemudian menyembunyikan Romo ke perahu, dan ia berhari-hari mengapung sendirian di atas perahu. Dan setelah keadaan mulai tenang, penduduk menjemput Mangun pada hari ketujuh.

"Kekalahan" Mangun dan warga Kedung Ombo menjadi akhir dari novel ini. Jika sebelumnya ia berhasil membantu warga Kali Code, tidak demikian dengan Kedung Ombo. Dengan membaca novel ini, pembaca bisa dibangkitkan semangat berkeadilan dengan berkaca pada apa yang dilakukan Romo Mangun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun