Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"It Chapter 2" dan Pengalaman Nonton di "Screen X"

7 September 2019   13:59 Diperbarui: 7 September 2019   14:11 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamis malam (5/9) saya bekesempatan untuk menonton film "It Chapter 2" di CGV Grand Indonesia. Tiketnya sendiri saya peroleh setelah menjadi salah satu dari 3 kompasianer yang beruntung sebagai pemenang kuis yang diadakan oleh komunitas Komik Kompasiana di grup Facebook-nya.

Ada dua ekspektasi yang saya bawa sebelum berangkat ke Grand Indonesia. Ekspektasi pertama tentu saja keinginan untuk menikmati kelanjutan film "It (2017)" yang dulu saya tonton di CGV Citra Raya Tangerang. Film horror ini berbeda dengan film-film lainnya. Bukan sekedar fim yang menakutkan, It (2017) memiliki unsur psikologis tentang ketakutan masa lalu yang dimiliki oleh setiap orang.

Unsur psikologis inilah yang saya pikir mampu membuat penonton tidak hanya merinding dengan jalan cerita pada film tersebut, namun sekaligus ikut membayangkan ketakutan-ketakutan personal yang pernah dialami di masa lalu.

Ekspektasi kedua yaitu film tersebut akan saya tonton pada layar berteknologi Screen X, yaitu layar 270 derajat. Gambar tidak hanya terlihat di layar sisi depan, namun juga akan diperluas hingga ke dinding kiri dan kanan studio. Saya penasaran untuk menyaksikannya.

Sekilas It (2017)

Sebelum membahas It Chapter 2, ada baiknya untuk mengetahui bagaimana jalan cerita It (2017) secara singkat. Di film pendahulu ini, dikisahkan 7 anak di kota Derry yang tergabung dalam kelompok The Losers. Mereka adalah Bill Denbrough, Ben Hanscom, Beverly Marsh, Richie Tozier, Stanley Uris, Mike Hanlon, dan Eddie Kaspbrak.

Para pecundang kecil tersebut memiliki musuh utama seorang badut bernama Pennywise yang menebar teror dengan kasus-kasus hilangnya anak-anak di Kota Derry. Pennywise memanfaatkan sisi lemah dari The Losers, yaitu ketakutan mereka.

Bill, misalnya, memiliki trauma kehilangan adiknya, Georgie beberapa tahun sebelumnya. Waktu itu Bill menolak ajakan Georgie untuk bermain bersama di luar rumah saat hujan deras. Georgie akhirnya bermain sendiri di sepanjang jalan, membawa perahu kertas buatan Bill.

Perahu tersebut jatuh ke lubang selokan dan Geogie mencoba untuk mengambilnya. Georgie melihat ada badut di dalam lubang selokan, yang memperkenalkan dirinya sebagai Pennywise. Badut tersebut memegang perahu tersebut, membujuk Georgie untuk mendekat, lalu menggigit lengannya hingga putus dan menyeretnya ke selokan yang terhubung dengan saluran air bawah tanah Kota Derry.

Ketakutan dari anggota The Losers yang lain misalnya Ben yang kerap dibuli karena badannya yang gemuk, Beverly yang dikucilkan karena dianggap sebagai gadis nakal dan juga sering mendapatkan perlakuan kasar dari ayahnya, Stanley  yang dipaksa menghapal kitab Taurat oleh ayahnya yang seorang rabi Yahudi, Eddie yang sakit-sakitan dan memiliki ibu yang sangat protektif, Richie yang suka membual untuk mendapat perhatian teman-temannya, dan Mike yang dibuli karena bekerja di tempat penyembelihan hewan.

Perlawanan kelompok The Losers terhadap badut Pennywise tersebut dimenangkan oleh The Losers. Mereka akhirnya berpisah satu dengan yang lainnya, dan berjanji akan kembali ke Kota Derry jika Pennywise suatu saat datang lagi.

Bab 2 yang Berdurasi Hampir 3 Jam

It Chapter 2 menjadi film berdurasi hampir 3 jam ketiga yang saya tonton tahun ini, setelah Avengers: End Game dan Bumi Manusia. Tentu tidak mudah menciptakan sebuah film berduarsi panjang agar penonton tidak bosan melihat.

It Chapter 2 merupakan versi dewasa dari para tokoh The Losers, di mana mereka berada di luar Kota Derry serta menjalani kehidupan dan profesi masing-masing. Hanya Mike saja yang masih tinggal di Derry sebagai seorang pustakawan.

Mike memanggil kawan-kawannya untuk kembali ke Derry karena menilai Pennywise telah kembali meneror. Mike berhasil mengumpulkan Bill (James McAvoy), Beverly (Jessica Chastain), Richie (Bill Hader), Ben (Jay Ryan), dan Eddie (James Ransone). Namun Stanley (Andy Bean) tidak ikut bergabung, dan akhirnya diketahui bahwa Stanley meninggal dunia sebelum reuni itu.

Tidak mudah bagi keenam anggota The Losers untuk bisa kembali menaklukkan Pennywise. Selain melawan kedigdayaan si badut, The Losers juga harus berjuang menghadapi ketakutan masing-masing yang pernah mereka alami di masa lalu.

Jalan cerita It Chapter 2 lebih kompleks jika dibandingkan dengan film pendahulunya. Ada alur maju-mundur yang berkali-kali hadir, yang akan membawa penonton kembali ke masa-masa kecil The Losers dahulu. Banyaknya adegan dalam It Chapter 2 yang berkorelasi langsung dengan film pendahulunya ini akan membuat cerita menjadi utuh. Bagi yang belum sempat melihat film pertama, butuh konsentrasi penuh agar bisa memahami secara cepat.

Berbagai adegan teror dalam film kedua mampu membuat saya berteriak karena terkejut. Selain itu, bersiap-siaplah juga menyaksikan si badut Pennywise yang berubah menjadi monster yang menjijikkan. Acungan jempol juga patut diberikan kepada tampilan visual film ini, mulai dari kostum, sinematografi, hingga CGI.

Pengalaman Baru di Screen X

Menonton It Chapter 2 pada Kamis malam lalu merupakan pengalaman pertama saya menyaksikan film berteknologi Screen X. Screen X adalah platform sinematik imersif multi proyeksi yang memberikan pengalaman menonton 270 derajat, dengan memperluas tayangan ke dinding samping kiri dan kanan. Ada tambahan proyektor yang akan memantulkan gambar ke dinding kiri dan kanan bisokop.

Sumber: cgv.id
Sumber: cgv.id

Tidak semua adegan di sepanjang film akan dibuat dalam format Screen X. Hanya beberapa adegan saja ikut diperluas tayangannya ke dinding kiri-kanan. Adegan selebihnya hanya ditayangkan di layar depan saja, sementara dinding kiri-kanan terlihat gelap.

Namun efek Screen X tersebut tidak terlalu saya rasakan malam itu karena saya mendapat tempat duduk di ujung paling kanan, menempel dinding kanan bisokop. Saya tidak bisa melihat sama sekali apa yang tergambar di dinding kanan bioskop, karena sudut pandang yang terbatas. Akan lain ceritanya jika saya berada pada tempat duduk di tengah-tengah bioskop.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun