Berita gembira datang dari ajang Kejuaraan Dunia U20 IAAF di Tampere, Finlandia ketika pelari Indonesia Lalu Muhammad Zohri menjadi juara di nomor lari 100 meter putra. Zohri berhasil meraih medali emas dengan catatan waktu 10.18 detik, mengungguli para favorit juara seperti duo Amerika, Anthony Schwartz (10.22) dan Eric Harrison (10.22).
Zohri melakukan start di lintasan paling ujung kiri yakni lintasan 8. Pada nomor lari cepat atau sprint, pelari unggulan biasanya berada di lintasan tengah (lintasan 4 dan 5). Namun pelari asal Lombok yang berusia 18 tahun ini akhirnya berhasil membuktikan sebagai yang tercepat.
Zohri turun di nomor 100 meter dengan predikat juara Asia U20. Predikat tersebut berhasil diraih Zohri pada Kejuaraan Junior Asia 2018 di Gifu, Jepang dengan catatan waktu terbaik 10.27 detik. Ia berhasil mengalahkan atlet Jepang, Daisuke Miyamoto (10,35 detik) dan atlet Malaysia, Muhammad Ismail (10,46 detik).
Pada babak semifinal Kejuaraan Dunia U20 IAAF, Zohri menorehkan waktu 10.24 detik, lebih lambat 0.05 detik dari Anthony Schwartz asal Amerika Serikat. Di babak final, perlombaan sepertinya akan panas oleh dua pelari AS yang ada di lintasan tengah. Namun di pertengahan lomba, Zohri mampu berlari paling depan dan mengatasi dua sprinter dari AS tersebut.
"I will party tonight! I'm very happy with my PB and national junior record. Now, I will prepare for the Asian Games next month. I'm so proud -- this was an amazing experience and this is great for my career." Demikian ungkap Zohri yang saya petik dari laman IAAF.
Hasil ini menjadi sejarah baru untuk Indonesia. Dalam 32 tahun sejarah Kejuaraan Dunia Atletik U-20 IAAF, prestasi terbaik atlet Indonesia dicatat oleh Indra Nugraha yang finis di urutan delapan pada babak perempat final nomor 100 meter pada edisi perdana 1986 di Athena.Â
Indra Nugraha mencatat waktu 11,04 detik dan gagal melangkah ke semifinal. Catatan waktu tersebut lebih lambat daripada hasil di babak sebelumnya (babak heat), yaitu 10,77 detik. Sementara pelari Indonesia lainnya di nomor 100 meter ini, Aceng Rumaedi, hanya mampu mencatat waktu 11,27 detik di babak heat dan gagal melangkah ke perempat final.
Zohri bukan hanya menjadi atlet Indonesia pertama yang menjuarai kejuaraan dunia tersebut, melainkan juga sebagai atlet Asia Tenggara pertama yang menjadi juara di ajang kejuaraan yunior tersebut.
Talenta yang dimiliki Zohri memang banyak mengagetkan para pecinta atletik. Pada Kejuaraan Nasional antar PPLP se-Indonesia, November 2017, Zohri mencatatkan hasil 10,27 detik. Panitia sempat tidak percaya, dan memeriksa ulang sistem waktu, kecepatan angin, dan jarak trek.
Zohri menjadi andalan provinsi Nusa Tenggara Barat yang disiapkan untuk PON 2020 Papua. Untuk level nasional, prestasinya antara lain menjadi juara pada Kejuaraan Nasional U18 dan U20 Rawamangun, Jakarta di nomor 200 meter dengan catatan waktu 21,96 detik.
Zohri lahir pada 1 Juli 2000, anak ketiga dari pasangan Saeriah dan Lalu Ahmad yang berprofesi sebagai nelayan dan bekerja sampingan sebagai buruh tani. Kedua orang tua Zohri telah meninggal dunia, sang ibu meninggal saat Zohri masih duduk di bangku sekolah dasar.Â
Zohri akan turun pada nomor 100 meter, 200 meter dan 4x100 meter Asian Games bulan Agustus nanti. Pada test event Asian Games 2018 bulan Februari yang lalu, Zohri meraih perak dengan catatan waktu 10,32 detik.
Prestasi Indonesia di nomor 100 meter adalah pada Asian Games 1962 di Jakarta. Pelari Muhammad Sarengat berhasil mempersembahkan emas di nomor tersebut. Saat itu Sarengat juga berhasil meraih emas di nomor lari gawang 110 meter, serta perunggu di nomor lari 200 meter. Semoga Zohri bisa menjadi penerus Sarengat menjadi yang tercepat se-Asia.
Mari kita dukung atlet Lalu Muhammad Zohri. Semoga ia bisa memberikan prestasi terbaik bagi Indonesia di Asian Games 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H