Tenis memang masih kalah bersaing dengan bulutangkis sebagai cabang olahraga penyumbang prestasi bagi Indonesia. Di ajang Asian Games, bulutangkis telah menyumbang medali terbanyak sepanjang keikutsertaan Indonesia sejak Asian Games pertama di New Delhi tahun 1951.
Sampai saat ini, 11 cabang olahraga telah menyumbangkan medali emas di pesta olahraga 4 tahunan tersebut. Cabang-cabang tersebut adalah bulutangkis, tenis, atletik, tinju, perahu naga, balap sepeda, karate, layar, boling, wushu, dan menyelam.
Sebanyak 91 medali yang terdiri 26 emas, 25 perak dan 40 perunggu diraih oleh Indonesia di Asian Games dari cabang bulutangkis. Tenis menduduki peringkat kedua dengan raihan 15 emas, 6 perak dan 21 perunggu.
Pada even Olimpiade, kita mengenal istilah pasangan atau pengantin emas Indonesia. Istilah ini disematkan kepada pebulutangkis Susi Susanti dan Alan Budikusuma saat merebut emas tunggal putri dan putra pada Olimpiade Barcelona 1992.
Dua tahun sebelumnya, Indonesia juga memiliki pasangan atau pengantin emas untuk cabang tenis. Pada Asian Games Beijing tahun 1990, Yayuk Basuki dan Hary Suharyadi meraih emas di nomor ganda campuran. Keduanya menikah beberapa tahun sesudahnya, tepatnya pada tahun 1994.
Yayuk Basuki dan medali Asian Games
Yayuk Basuki adalah nama besar di dunia tenis Indonesia. Wanita yang memiliki nama asli Nani Rahayu Basuki, lahir di Yogyakarta pada 30 November 1970. Empat medali emas telah diraihnya pada ajang Asian Games.
Pada Asian Games 1986, Yayuk Basuki merebut emas pertamanya pada usia yang masih sangat muda yaitu 16 tahun. Pada Asian Games ke-10 di Seoul tersebut, Yayuk berpasangan dengan Suzanna Wibowo meraih emas nomor ganda putri.
Pada Asian Games 1986 Indonesia juga meraih perunggu di ganda putra (Donald Wailan dan Sulistyono), ganda putri (Jooce Suwarimbo dan Mien Suhadi), ganda campuran (Suzanna Wibowo dan Tintus Wibowo), dan beregu putri.
Empat tahun berikutnya di Beijing 1990, Yayuk Basuki meraih 2 emas di nomor ganda campuran berpasangan dengan Hary Suharyadi dan nomor ganda putri berpasangan dengan Suzanna Wibowo.
Di Beijing 1990, Indonesia juga meraih perak di nomor beregu putri. Selain itu Indonesia meraih perunggu di nomor beregu putra, ganda putra (Bonit Wiryawan dan Daniel Heryanto), ganda putri (Lukky Tedjamukti dan Irawati Moerid), dan ganda campuran (Suzanna Wibowo dan Bonit Wiryawan).
Emas keempat Asian Games diraih Yayuk Basuki di Bangkok 1998. Kali ini ia berjaya di nomor tunggal setelah pada partai final mengalahkan pemain Thailand, Tamarine Tanasugarn. Menghadapi lawan seimbang dengan tekanan supporter tuan rumah tak membuat Yayuk lemah mental.Â
Yayuk Basuki akhirnya sukses mengakhiri kiprahnya di Asian Games dengan medali emas, di nomor yang spesial. Indonesia juga meraih 1 perunggu beregu putri di tahun 1998 tersebut.
Tenis Indonesia di Asian Games
Dengan raihan total 15 emas, 6 perak dan 21 perunggu, sampai saat ini tenis Indonesia menduduki peringkat ketiga di Asian Games di tengah kepungan empat negara Asia Timur yang menduduki 5 besar.Â
Jepang berada di posisi teratas perolehan medali dari tenis (27 emas, 18 perak dan 34 perunggu). Korea Selatan di posisi kedua (16 emas, 20 perak, dan 15 perunggu). China di posisi ke-4 (11 emas, 16 perak dan 19 perunggu) dan China Taipei di posisi ke-5 (7 emas, 6 perak dan 7 perunggu).
Cabang tenis mulai dipertandingkan sejak Asian Games 1958. Medali cabang tenis mulai diraih Indonesia ketika menjadi tuan rumah pada tahun 1962. Satu perak berhasil diraih dari nomor beregu putri. Sementara dua perunggu didulang dari beregu putra dan ganda putri.
(Di Jakarta 1962 inilah prestasi terbaik Indonesia di Asian Games sejauh ini dengan menempati peringkat ke-2 perolehan medali dari semua cabang olahraga. Raihan Indonesia sebanyak 21 emas, 26 perak, dan 30 perunggu, berada di bawah Jepang yang menjadi juara umum).
Empat tahun berikutnya barulah Indonesia bisa meraih emas di cabang tenis. Pada Asian Games Bangkok 1966, 3 emas diraih dari nomor tunggal, ganda, dan beregu putri. Indonesia juga meraih 3 perunggu yaitu satu perunggu dari tunggal putri dan dua perunggu dari ganda campuran.
Emas berikutnya diraih di Tehran 1974. Hanya satu keping emas yang diraih melalui Lita Sugiarto di nomor tunggal putri. Tambahan 1 perunggu juga disumbangkan dari tunggal putri oleh Lanny Kaligis.
Perolehan emas Indonesia kembali naik pada Asian Games 1978 di Bangkok. 3 keping emas diperoleh dari nomor tunggal, ganda, dan beregu putra. Tambahan 2 perunggu diraih dari ganda campuran dan beregu putri.
Pada Asian Games 1982 di New Delhi, dua emas berhasil diraih Indonesia dari nomor tunggal putra melalui pemain Justedjo Tarik dan nomor beregu putra.
Era emas tenis Indonesia dilanjutkan oleh Yayuk Basuki di Asian Games 1986-1998. Empat emas diraih Indonesia pada kurun waktu tersebut.
Setelah Yayuk Basuki mundur dari Asian Games 1998, Indonesia meraih emas terakhir dari cabang tenis pada tahun 2002 di Busan, Korea Selatan. Satu emas diraih dari nomor beregu putri, satu perak dari ganda putri, dan satu perunggu beregu putra.
Busan 2002 menjadi Asian Games terakhir di mana tenis Indonesia bisa menyumbangkan medali emas. Di Doha 2006, Guangzhou 2010, dan Incheon 2014 Indonesia bahkan gagal merebut satu medali dari tenis.
Tenis Indonesia di Asian Games 2018
Regenerasi petenis Indonesia berjalan lambat. Setelah era Yayuk Basuki dan Angelique Widjaja, belum muncul lagi pemain yang mampu menembus persaingan dunia, bahkan Asia.Â
Cabang tenis di Asian Games 2018 akan dilaksanakan di kompleks Jakabaring, Palembang. Tim tenis Indonesia optimistis bisa meraih medali di Asian Games 2018 karena ajang ini digelar seminggu sebelum turnamen grand slam Amerika Terbuka.Â
Diperkirakan petenis-petenis top Asia akan memilih tampil di Amerika Terbuka untuk mendapatkan poin di ATP maupun WTA, dan hadiah uang.
Mari kita #dukungbersama atlet-atlet Indonesia untuk berprestasi di Asian Games 2018!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H