Hunian sebagai salah satu kebutuhan primer manusia selain makanan dan pakaian, sekarang ini menjadi sebuah permasalahan bagi orang-orang yang beraktivitas di perkotaan.Â
Di tengah-tengah kesibukan kerja yang menyita waktu dan kepadatan lalu lintas yang tinggi, sebuah hunian yang berlokasi tidak terlalu jauh dengan tempat kerja dan pusat kegiatan lainnya menjadi satu prioritas. Namun di sisi lain, hunian dengan lingkungan sekitar yang nyaman untuk menjaga keseimbangan hidup semakin susah dicari di area perkotaan.
Bagi generasi muda atau yang saat ini dikenal sebagai generasi milenial, memiliki hunian adalah sebuah impian yang sepertinya hampir mustahil diwujudkan. Sebuah riset bahkan mengatakan bahwa 5 tahun ke depan generasi milenial terancam tidak bisa memiliki rumah.Â
Kenaikan gaji normal yang dimiliki oleh seorang pekerja rata-rata sebesar 10 persen, sementara lonjakan harga rumah minimal 20 persen. Apalagi generasi milenial lebih mengutamakan gaya hidup daripada memikirkan kebutuhan jangka panjang.
Pukul 07.30 WIB para kompasianer berkumpul di Galeri Marketing Lloyd yang berlokasi di perumahan Alam Sutera, Tangerang. Setelah mendapatkan pengarahan singkat, kompasianer diajak berkeliling perumahan Alam Sutera selama hampir 1 jam dengan menggunakan 3 buah bus yang disebut Sutera Loop.Â
Bus berwarnaa merah ini menjadi transportasi publik yang memungkinkan warga menjangkau beberapa tempat di perumahan Alam Sutera. Berbagai informasi seputar perumahan Alam Sutera disampaikan kepada para kompasianer sepanjang perjalanan.
Jalan di perumahan Alam Sutera cukup lebar dengan pohon-pohon trembesi yang rindang di kedua sisinya, Â juga jalur khusus untuk sepeda dan pejalan kaki. Pohon trembesi memiliki kemampuan menyerap CO2 dalam jumlah banyak, sehingga mampu membuat udara menjadi segar.Â
Selain itu ada 3 danau yang akan menampung air hujan dan tentunya akan menambah kesegaran lingkungan. Untuk mendukung gaya hidup sehat bagi penghuninya, disediakan juga jogging track tersendiri. Beberapa event lomba lari bahkan secara rutin diadakan di Alam Sutera ini dan saya pernah ikut salah satu lomba tersebut. Nih, ada fotonya!
Beberapa panic button tower juga disediakan di tempat-tempat, seperti di tepi jalan. Alat ini memungkinkan warga untuk melaporkan keadaan darurat atau musibah yang tengah dialami seperti perampokan atau pelecehan seksual. Dalam waktu 5-10 menit, petugas akan datang untuk menangani laporan warga.
Ibu Liliana memulai talkshow dengan menceritakan bagaimana awal mula perumahan Alam Sutera berdiri. Pada tahun '90-an ketika banyak bisnis menggunakan istilah yang kebarat-baratan sebagai nama bisnis, maka Alam Sutera lebih memilih istilah dalam bahasa Indonesia sebagai nama untuk perumahan yang akan dibangun. Nama Alam Sutera juga dipilih mengingat awal mula bisnis bergerak di bidang tekstil.
Bapak Oki selanjutnya mengulas tentang gaya hidup generasi muda atau yang saat ini disebut generasi milenial. Generasi milenial lebih menyukai gaya hidup praktis, kekinian dan tidak bisa lepas dari gawai atau gadget dalam kesehariannya.Â
Generasi ini memiliki keinginan punya hunian yang terjangkau harganya. Untuk itulah Alam Setera mempersembahkan Lloyd sebagai jawaban atas kebutuhan hunian generasi milenial. Sebuah aplikasi Andorid bernama e-Town bisa diunduh oleh warga untuk keperluan layanan perumahan, akses ke CCTV, atau bayar tagihan listrik. Sejak pertama kali diluncurkan, sudah ada 1000 unduhan  aplikasi e-Town ini.
Permasalahan ini menjadi pertimbangan tersendiri bagi Alam Sutera untuk membangun hunian baru. Proyek Lloyd dibangun dengan konsep apartemen low rise dimana bangunan hanya terdiri dari 5 lantai, dan tiap lantai hanya ada 4 unit apartemen.Â
Hunian ini dari segi harga akan lebih murah daripada rumah tapak dengan lokasi yang sama. Dengan unitnya yang lebih sedikit, penghuni akan mendapatkan lingkungan yang lebih nyaman dan personal. Luas lahan yang dipakai untuk Lloyd sebesar 4 hektar dan 70% dari luas tersebut berupa berupa open space atau ruang terbuka hijau dengan fasilitas pendukung seperti jogging track, kolam renang, dan lapangan basket. Jadi hanya 30% saja yang dipakai untuk bangunan, sehingga kepadatannya rendah.
Bapak Yayat dalam kesempatan berikutnya menjelaskan bahwa membangun sebuah kota adalah membangun manusianya. Hunian yang dibangun sudah seharusnya bersifat 'nguwongke' atau memanusiakan penghuninya, sehingga penghuni merasa nyaman.Â
Konsep hunian yang nyaman akan membuat warga menjadi bahagia. Hunian milenial menyediakan CCTV untuk memantau kemananan dan mencegah tindakan kriminal, sehingga warga merasa aman. Kekuatan rasa aman ini akan memicu produktivitas warga.
 Nah, bagi generasi jaman now yang mengingkinkan hunian milenial, Lloyd bisa menjadi pilihan. Harga mulai 1,6 miliar rupiah sepadan untuk mendapatkan hunian yang bergaya kekinian, ditambah dengan lingkungan aman, nyaman dan mendukung perilaku hidup sehat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI