Entah sudah berapa menit memasuki hari yang baru, keriaan kecil di pinggir Malioboro masih saja terus berlanjut. Saya beranjak dari tempat itu dan mencoba menikmati sudut-sudut yang lain. Warung-warung tenda lesehan sudah mulai sepi, hanya satu dua pengunjung yang terlihat masih menikmati gudeg, pecel lele, ayam goreng dan yang lainnya sebagai menu makan larut malam. Sementara warung yang lain sudah mulai dibereskan dan dibongkar oleh pemiliknya.
Gerobak kopi keliling terlihat ada di beberapa titik di Malioboro. Penjual kopi yang mengenakan baju tradisional khas Jawa bermotif lurik atau garis-garis hitam dan coklat setia melayani pembeli yang masih ingin bertahan menikmati malam.Â
Secangkir kopi hitam saya pesan, lalu saya mengambil duduk di salah satu bangku panjang yang ada di trotoar. Perlahan saya menyesap kopi sambil menikmati Malioboro selepas malam yang sudah mulai kehilangan hiruk-pikuknya.
Masih ada pengunjung lainnya di bangku-bangku trotoar Malioboro, ikut menikmati suasana kota budaya itu. Ada yang duduk seorang diri, ada pula yang berdua. Mungkin dengan teman, mungkin juga kekasih. Atau bisa saja bersama selingkuhan, entahlah.Â
Masing-masing larut dengan caranya untuk mencoba memberi makna bagi waktu yang ada tersebut. Saya mulai mengaktifkan tombol wifi pada gawai, dan menikmati hotspot gratis untuk membuka berita daring atau media sosial.
Beberapa pengunjung yang mungkin sudah puas (mungkin juga jenuh atau lelah) menikmati Jogjakarta mulai meninggalkan bangku-bangku trotoar Malioboro. Ada yang berjalan kaki sambil sesekali berhenti untuk berswafoto, ada pula yang memesan taksi atau ojek
online.Â
Saya mencoba bertahan beberapa menit lagi, sembari menikmati secangkir kopi yang tersisa beberapa reguk lagi. Hingga pada akhirnya saya memutuskan menyudahi kesyahduan itu.
Saya berjalan kaki untuk kembali ke penginapan. Satu dua penarik becak terlihat masih mencoba bertahan di sudut jalan sambil berharap masih ada keberuntungan dan rezeki mampir kepadanya.Â
Di tengah maraknya bisnis sewa kendaraan online, mungkin ia tetap yakin masih ada tersisa penumpang terakhir yang menyewa jasa becaknya. Dan nadi Malioboro berdenyut semakin pelan, sebelum pagi nanti akan kembali mengencang.
***
(Semua foto adalah dokumentasi pribadi)
Lihat Trip Selengkapnya