Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

"Everybody Can Be A Marathon Runner"

27 Oktober 2017   23:37 Diperbarui: 28 Oktober 2017   08:44 1784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertolak dari hasil marathon pertama tersebut, saya mulai belajar bagaimana untuk bisa menyelesaikan lomba sebelum 7 jam. Melalui group-group Facebook yang berisikan peminat lari, saya banyak mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat. Dan saya pun membuat kalkulasi sendiri yang akan saya pakai untuk bisa menyelesaikan marathon dalam 7 jam, yaitu:

  • Waktu 7 jam jika dibagi rata terhadap jarak 42 kilometer, maka setiap jamnya cukup menempuh jarak 6 kilometer saja. Pace atau lelaju yang digunakan adalah 10 menit/kilometer. Namun berlari dengan pace 10 cukup berisiko, karena sepanjang lomba kita akan berhenti untuk minum, beristirahat, atau berfoto-foto.
  • Untuk menghemat tenaga karena jarak marathon yang cukup jauh, maka pace 6 atau 7  yang biasanya saya pakai saat berlatih adalah terlalu cepat, dan akan berisiko terhadap habisnya stamina di pertengahan lomba.
  • Jika kita berjalan kaki dengan kecepatan biasa, maka pace yang digunakan adalah 15 menit/kilometer, atau dalam 1 jam hanya menempuh 4 kilometer. Tentunya kita tidak bisa menyelesaikan lomba dalam waktu 7 jam.

Dari ketiga poin di atas, saya akhirnya memiliki resep tersendiri untuk mengikuti marathon ke-2 yang diadakan di Bali pada bulan Agustus 2017 kemarin. Saya memulai start dengan pace 8 dan mencoba tidak terpancing dengan kecepatan pelari lainnya. Jika saya bisa bertahan pada pace 8 ini, maka saya akan menyelesaikan lomba dalam waktu hampir 6 jam. Saya cukup menikmati lomba yang dimulai jam 5 pagi tersebut. Bahkan saya sempat beberapa kali berhenti untuk mengambil foto. Namun masalah pada kaki kiri saya kembali terjadi. Saya mulai merasakan nyeri di KM 15 setelah 2 jam berlari, masih cukup jauh dari total 42 kilometer.

Dengan waktu tersisa masih 5 jam dan jarak masih 27 kilometer, saya mengubah strategi berlari. Saya melakukan kombinasi berlari dan berjalan kaki di kilometer selanjutnya sambil tetap memerhatikan jarak dan waktu yang tersisa. Strategi berlari dan berjalan ini saya terapkan sejauh 20 kilometer (hingga KM 35). Dengan waktu tempuh 5 jam untuk jarak sejauh 35 kilometer ini, saya melihat bahwa 2 jam yang tersisa bisa saya pakai menyelesaikan lomba sejauh 7 kilometer dengan berjalan kaki saja. Dan akhirnya saya berhasil menyelesaikan marathon dalam waktu 6 jam 48 menit, cukup bagus jika dibandingkan dengan hasil marathon sebelumnya.

Hari Minggu, 29 Oktober 2017 besok saya akan mengikuti marathon ke-3 di ajang Mandiri Jakarta Marathon 2017. Saya akan menerapkan strategi yang sama pada lomba sebelumnya, dan berharap kaki kiri saya tidak bermasalah di kilometer-kilometer awal. Ini akan membuat saya berlari dan menghasilkan kilometer yang lebih jauh dalam keadaan segar, dan berharap akan berlanjut hingga finish. Target saya adalah memperbaiki catatan waktu 6 jam 48 menit sebelumnya.

Demikianlah sharing dari saya yang pernah mengidap penyakit paru-paru, lalu mulai berlatih lari dari nol. Tantangan yang pernah saya ucapkan sebelumnya "apakah saya berani melakukan hal yang hampir mustahil bisa dilakukan oleh penderita paru-paru misalnya lari marathon" akhirnya bisa saya lakukan. Saya pun yakin semua orang bisa melakukannya, everybody can be a marathon runner.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun